- Sebanyak 200 pemuda melakukan aksi penanaman padang lamun perdana di pesisir Pantai Nara, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau.
- Gerakan yang diinisiasi oleh Lamun Warrior ini, sejalan dengan hari memperingati Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2023 lalu.
- Lamun selama ini dinilai luput dari perhatian, padahal memiliki banyak manfaat, seperti tumbuhan produksi karbon biru, tempat hidupnya hewan laut, hingga makanan ikan dugong.
- Namun, penelitian menunjukan lamun di Kepulauan Riau termasuk dalam kondisi miskin.
Ratusan pemuda dengan rasa suka cita perdana menanam lamun (seagrass) di Pantai Nara, Desa Kampung Teripang, Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Kegiatan berlangsung tepat dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda, Sabtu 28 Oktober 2023.
“Kegiatan ini bentuk kami merayakan hari bersejarah pemuda tanah air ini,” kata Siti Nurohmatiljanah Setiawan, Co-founder Lamun Warrior. Lamun Warrior merupakan komunitas sekelompok anak muda fokus dalam konservasi lamun di pesisir Bintan.
Mereka menggandeng beberapa pihak lain, seperti civitas akademika kampus Universitas Raja Ali Haji (Umrah) Tanjungpinang, Politeknik Bintan Cakrawala, Bintan Industrial Estate, BRC Lagoi Bintan, hingga anggota Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI).
“Tidak hanya dari Kepri, beberapa mahasiswa dari kampus luar Kepri juga ikut ambil andil, seperti teman-teman mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad), Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Indonesia (UI). Total yang ikut menanam sekitar 200 orang,” kata Siti.
Aksi penanaman lamun tidak muncul secara mendadak. Setidaknya komunitas yang lahir tepat pada hari lamun sedunia (1 Maret 2020) itu sudah melakukan riset dan persiapan budi daya padang lamun selama hampir 2 tahun.
Riset dilakukan untuk mendalami teknis budidaya lamun, mulai dari mencari bibit, menyemai bibit, hingga menanamnya di pesisir pantai. “Sekarang waktunya hasil riset itu kita aplikasikan dalam penanaman,” katanya.
baca : Padang Lamun, Gudang Karbon yang Terancam Punah
Lamun lebih dahulu disemai di darat, seperti benih penanaman padi. Jika panjang sudah mencapai 20 centimeter, lamun sudah bisa dipindahkan ditanam di pesisir pantai ketika air laut sedang surut.
Termasuk ketika menanam di Pantai Nara hari itu, penanaman mulai dilakukan pukul 01.00 siang ketika air laut mulai surut. Penanaman berlangsung sampai pukul 05.00 sore dengan 500 bibit lamun jenis Enhalus acoroides, jenis lamun yang paling banyak ditemukan di Indonesia.
“Penanaman lamun ini juga didukung penuh oleh Kampung Teripang Edu Ecotourism, yang juga fokus pada keberlanjutan ekologi di pesisir Bintan,” kata Siti.
Tidak hanya memperhatikan waktu penanaman. Hasil riset Lamun Warrior menunjukkan ada dua cara penanaman yaitu metode frame atau TERFs dan metode seeds via bag. “Tetapi polybag yang kita gunakan harus ramah lingkungan, sebenarnya sistem penanaman itu banyak, tetapi kami gunakan cara itu,” ujar Siti.
Manfaat Lamun Hadapi Perubahan Iklim
Semangat penanaman lamun ini kata Siti, sesuai dengan momentum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Archipelagic and Island States (AIS) Forum di Nusa Dua, Bali beberapa waktu lalu. Salah satu pesannya adalah mendorong negara di dunia menciptakan karbon biru menghadapi solusi perubahan iklim.
Siti mengatakan, fokus aksi konservasi pada lamun, karena padang lamun jarang dilirik untuk dilakukan konservasi. Padahal, lamun mempunyai banyak manfaat. “Memang data jumlah luasan lamun belum ada secara menyeluruh, karena jarang menjadi perhatian,” kata Siti.
baca juga : Padang Lamun, Si Rumput Laut Pencegah Erosi Pantai dan Penyimpan Karbon
Ia menguraikan setidaknya terdapat berbagai macam manfaat lamun untuk ekologi manusia. Pertama, lamun sebagai salah satu tumbuhan menghadapi dampak perubahan iklim. “Makanya ini menjadi perhatian dunia di Bali saat KTT beberapa waktu lalu, lamun diharapkan menjadi karbon biru,” katanya.
Hasil temuan Lamun Warrior melalui berbagai penelitian, memang ditemukan padang lamun dapat menyimpan karbon cukup besar.
Berdasarkan penelitian BRIN, luasan padang lamun saat ini di seluruh Nusantara memiliki kemampuan menyerap karbondioksida (CO2) hingga 1,9–5,8 megaton (Mt) karbon per tahun. Seperti juga mangrove, kemampuan lamun menyerap karbon tak main-main. Dalam setiap hektare padang lamun, karbon yang mampu diserap mencapai 6,59 ton per tahun.
“Selain itu lamun juga menjadi biodiversitas laut, selain terumbu karang, dan mangrove, lamun tempat berkembang biak kepiting, ikan dan hewan kecil laut lainnya,” kata Siti.
Selain itu, konservasi lamun harus dilakukan untuk mengembalikan hewan endemik yang mulai punah yaitu dugong, pasalnya, lamun menjadi makan utama dugong.
Tidak Hanya Sekedar Menanam
Siti dan anggota komunitas Lamun Warrior lainnya memastikan aksi penanaman ini tidak hanya seremonial belaka. Lamun Warrior melakukan pemantauan kondisi bibit yang sudah ditanam.
Bahkan pemantauan dan monitoring dilakukan setiap hari setelah lamun di tanam. Termasuk laporan berkala satu kali dalam sebulan laporan monitoring kepada tim kolaborasi lainnya. “Kami setiap hari monitoring di Pantai Nara, kebetulan dekat dengan markas kami, setelah tiga hari ditanam, lamun masih tumbuh dengan baik di lokasi penanaman,” ujar Siti menceritakan hasil monitoring kepada Mongabay Indonesia, Selasa, 30 Oktober 2023.
Mereka juga mengajak komunitas lainnya ikut melakukan penanaman lamun. “Kami juga edukasi masyarakat melalui media sosial, tentu kami sangat terbuka untuk kolaborasi,” katanya.
Siti mengatakan biaya penanaman tidak terlalu mahal. “Untuk penanaman 500 bibit itu kita habiskan biaya sampai Rp 5 juta, termasuk untuk persiapan acara seremonialnya,” katanya.
baca juga : Padang Lamun di Teluk Bogam, Rumah Makan Kawanan Dugong
Dia mengatakan ada tiga elemen penting, yaitu mangrove, terumbu karang, dan lamun. Sayangnya lamun jarang dilirik meski banyak fungsinya. “Harapannya publik semakin memperhatikan lamun, mari bersama menjaga lamun,” katanya.
Setelah melakukan penanaman ratusan peserta juga berpartisipasi aksi bersih pantai yang berhasil mengumpulkan 107 kilogram sampah hari itu.
Padang Lamun Terluas
Dalam sebuah penelitian kampus Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, berjudul sebaran jenis dan kondisi tutupan lamun di Perairan Kepulauan Riau tahun 2021 menjelaskan secara detail luasan padang lamun di Kepulauan Riau.
Penelitian yang sudah terbit di jurnal Journal of Marine Research, pada Juli 2023 lalu menyimpulkan setidaknya terdapat 11 jenis lamun dari 14 lamun yang ada di Indonesia. Namun kondisi lamun tersebut terus menurun karena ulah aktivitas manusia di pesisir laut.
Dari penelitian tersebut juga dijelaskan berdasarkan nilai tutupannya lamun di perairan Kepulauan Riau memiliki nilai tutupan sebesar 29,564% nilai tersebut mengindikasikan bahwa tutupan lamun berada di dalam kondisi miskin. (***)