Hutan Pantai

Pantai termasuk dalam ekosistem pesisir bersama dengan terumbu karang dan lamun.  Kondisi hutan pantai umumnya terbuka, berpasir, dengan ketinggian vegetasi rendah, bersemak.  Hutan pantai tumbuh pada kondisi pasir yang kering, umumnya terhindar dari pasang air laut.

Hutan pantai disebut juga vegetasi litoral yang berkembang di wilayah pasang-surut pesisir berperairan masin dangkal dengan substrat air atau karang.  Vegetasi di perairan dangkal dekat pantai didominasi oleh lamun dan ganggang laut.  Berbeda dengan kondisi pantai kering, terdapat terna (herba) yang didominiasi oleh Ipomoea pes-caprae yang bercampur dengan tumbuhan merayap lainna seperti Canavallia maritima dan Vigna marina.  Terdapat pula rumput Ischaemum muticum dan Spinifex littoreus serta teki-tekian Cyperus pedunculatus (Kartawinata 2013).

Formasi hutan pantai dibedakan berdasarkan spesies vegetasi yang dominan.  Misalnya formasi Pes-caprae yang merujuk pada tumbuhan merambat spesies Ipomoea pes-caprae.  Tumbuhan ini merupakan tipe perambat yang memiliki akar dalam menembus tanah hingga dapat mencapai air tanah.  Tanaman lainnya yang mendominasi adalah keluarga kacang-kacangan (leguminosae), misalnya Canavalia, Vigna, dan spesies keluarga rumput seperti rumput angin Spinifex littoreus, Thuarea involuta, Ischaemum muticum, dan sejenis patikan Euphorbia atoto (Noor et al. 1999, Kartawinata 2013).

Formasi lainnya yaitu Barringtonia yang dinamakan menurut nama pohon Barringtonia asiatica.  Formasi ini juga dihuni oleh pohon-pohon yang tinggi seperti nyamplung Calophyllum inophyllum, pace Morinda citrifolia, kepuh Sterculia foetida, katapang Terminalia catappa, dan waru Hibiscus tiliacus.  Tumbuhan lain yang sering ditemukan adalah pandan Pandanus tectorius.  Menurut Kartawinata (2013) komposisi flosristik hutan pantai seragam di seluruh Indonesia, baik di wilayah iklim basah maupun kering.

Hutan pantai digunakan sebagai tempat saltlick oleh berbagai spesies binatang, khususnya mamalia besar.  Saltlick merupakan aktivitas binatang untuk memperoleh garam mineral untuk memelihara kesimbangan fisiologis cairan tubuhnya.  Beberapa fauna yang sering tercatat berada di hutan pantai adalah rusa, babi hutan, kalong, biawak, dan lutung.

Hutan pantai secara khusus menjadi habitat dan lokasi peneluran penyu.  Di Jawa dan Bali, misalnya, tercatat ada tiga spesies penyu yang secara teratur berkunjung ke hutan pantai untuk bertelur.  Spesies penyu tersebut diantaranya penyu hijau Chelonia mydas, penyu sisik Eretmochelys imbricata, dan penyu belimbing Dermochelys coriacea. Satwa lainnya yang mudah dijumpai adalah berbagai spesies burung seperti Elang laut perut putih dan Elang bondol.  Tutupan hutan yang relatif terbuka juga memudahkan kita mengamati burung air yang berkunjung seperti bangau, cangak, kuntul, bebek.  Beberapa spesies burung laut seperti cikalang dan dara laut juga dapat ditemukan dalam kelompok yang besar (Whitten et al. 1999).

kembali