Sejumlah titik panas masih terus melanda berbagai wilayah Indonesia saat ini. Minimnya curah hujan, dan terpaan angin yang kencang, serta maraknya pembakaran hutan dan lahan, menyebabkan beberapa daerah mengalami kebutaan akibat kabut asap yang muncul dari titik-titik api yang menyala dan membakar sekitarnya. Mulai dari sisi paling barat Indonesia, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi hingga wilayah Kalimantan, saat ini titik api masih terus bermunculan.
Kondisi terakhir dilaporkan dari Provinsi Kalimantan Tengah yang dilanda sedikitnya 133 titik panas (hot spot) yang terpantau oleh satelit National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA). Seperti dilaporkan oleh Kalimantan-News.com, wilayah ini memang rentan munculnya titik panas akiat kebakaran hutan.”Dari 133 titik panas itu, 31 diantaranya berada di wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim),” kata staf penyaji data deteksi dini Manggala Agni, Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), Andreas Dodi kepada Kalimantan-News.com hari Rabu 27 Juni 2012.
Titik panas yang terpantau satelit NOAA tidak seluruhnya akibat api atau kebakaran hutan dan lahan, tapi bisa saja disebabkan oleh hal lain, seperti adanya hamparan pasir yang luas dan pemukiman penduduk yang rata-rata atap rumahnya terbuat dari lembaran seng. Untuk Kabupaten Kotim wilayah yang rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan adalah wilayah selatan dan daerah tersebut perlu pengawasan yang ketat.
Kecamatan yang paling rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Kotim adalah, Kecamatan Baamang, Mentawa Baru Ketapang, Seranau, Pulau Hanaut, Mentaya Hulu Utara, Mentaya Hulu Selatan dan Teluk Sampit. Pemerintah daerah yang memiliki wilayah rawan kebakaran lahan dan hutan diharapkan untuk selalu siaga, sebab kebakaran hutan dan lahan bisa terjadi sewaktu-waktu.
Menurut Dodi, titik panas akibat api, seperti adanya kegiatan pembersihan lahan yang dilakukan masyarakat jumlahnya masih kecil dan dapat dikendalikan, namun demikian hal itu tetap harus diwaspadai agar api tidak menjalar ke lahan kosong lainnya. Khusus untuk titik panas yang ada di wilayah Kabupaten Kotim indikasinya lebih mengarah pada api yang ditimbulkan adanya kegiatan pembersihan lahan pertanian dan perkebunan.
Pemerintah daerah itu mulai saat ini harus waspada dan siaga terhadap terjadinya bahaya kebakaran hutan dan lahan dalam jumlah besar karena saat ini curah hujan sudah mulai berkurang dan suhu udara cenderung panas sehingga bisa saja memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan.
“Kebakaran hutan dan lahan yang terpantau di sejumlah wilayah saat ini pada umumnya masih terkendali dan hal itu akibat adanya kegiatan pembersihan lahan yang dilakukan masyarakat, namun meski terkendali seluruh pihak diimbau untuk tetap waspada dan siaga, agar api tidak menjalar dan membesar,” katanya.
Sementara kondisi Kabupaten Kotim, terutama wilayah Kota Sampit dalam tiga hari terakhir diselimuti kabut asap tipis. Kabut asap tipis terjadi pada pagi hari dan mulai menghilang menjelang siang, karena diterpa angin