,

Jakarta Darurat Banjir, Lima Orang Tewas

Banjir yang mengepung Jakarta, nyaris menyebabkan berbagai aktivitas lumpuh. Puluhan ribu warga terendam banjir, lima tewas. Sebagian kantor-kantor dan sekolah diliburkan.

Hujan yang mengguyur Jakarta, sejak Selasa hingga Kamis (15-17/1/13) plus air ‘kiriman’ dari Bogor, menyebabkan banjir di berbagai penjuru. Hingga Kamis, setidaknya 25.276 keluarga atau 94.624 jika menjadi korban dan 15.447 berada di pengungsian serta lima orang meninggal dunia.

Gubernur Jakarta, Joko Wibowo, pun pada Kamis (17/1/13) mengeluarkan pernyataan darurat bencana banjir berlaku 17-27 Januari 2013.  Dengan adanya pernyataan darurat, seluruh potensi sumber daya nasional dapat dikerahkan untuk membantu penanganan bencana banjir ini.

Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan, banjir menggenangi 500 RT, 203 RW di 44 kelurahan tersebar di 25 kecamatan. Jumlah penduduk terendam 25.276 keluarga atau 94.624. Pengungsi mencapai 15.447 jiwa. “Hingga saat ini data sementara tercatat lima orang meninggal sejak Selasa (15/1/13) hingga hari ini (Kamis). Pendataan masih dilakukan,” katanya di Jakarta.

Nama korban meninggal Angga (13) warga Tanjung Duren Utara, hanyut ke Sungai Sekretaris; Mak Inah (82) warga Kampung Pulo, Jatinegara karena usia lanjut; Mujiyo (46) warga Kedaung Kaliangke karena tersengat listrik. Lalu Muhamad Haikal (2 ) Kelurahan Kedaung Kaliangke karena jatuh dari tempat tidur di rumah yang sedang banjir; Solahuddin (35) warga Kalibata Pulo karena kesetrum listrik.

Hingga Kamis malam, kata Sutopo, sebagian banjir surut di beberapa wilayah. Berdasarkan pengukuran tinggi muka air di beberapa sungai telah terjadi penurunan tinggi muka air. Sampai pukul 19.00, tinggi muka air: Sungai Angke Hulu 300 cm M (siaga II); Pesanggrahan 115cm M (siaga IV); Krukut Hulu 137 cm (siaga IV); Katulampa 80 cm G (siaga IV); Depok 200cm M (siaga III); dan Manggarai 925cm M (siaga II). Lalu, Cipinang Hulu 125 cm M (siaga IV); Sunter Hulu 125 cm M (siaga IV); Karet 680 cm M (siaga I); Pulogadung 555 cm M (siaga III); serta Pasar Ikan 150 cm M (siaga IV).

Dampak banjirpun tak hanya menggenangi pemukiman penduduk. Istana Negara, Balai Kota Jakarta, sampai kantor KPK pun tak luput dari  banjir.  Presiden SBY mesti menunda beberapa jam pertemuan dengan Presiden Argentina, Cristina Fernandez de Kirchner, di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (17/1 /13).  Pada hari sama, KPK pun harus ‘mengungsikan’ para tahanan karena ruangan tergenang air.

Begitu juga sarana transportasi. Bus transJkaarta setop beroperasi dan halte mereka dijadikan tempat para pengungsi. Perjalanan kereta apipun terputus pada beberapa titik yang tergenang banjir.  Pada Kamis, rute kereta dalam kota sampai stasiun Palmerah, tak bisa lanjut ke Tanah Abang, karena banjir. Rel kereta di Sudirman pun menggantung sekitar 50 meter.  Beberapa sekolah dan perkantoran pun diliburkan, seperti di sekitar Thamrin-Sudirman.  Kini, di sekitar Thamrin-Sudirman, moda transportasi dibantu banyak pihak, seperti TNI, PMI dan lain-lain.

Maskapai Garuda pun mau peduli banjir. Maskapai ini siap memfasilitasi penumpang yang tertinggal pesawat karena terlambat tiba di Bandara. Menurut keterangan resmi mereka, Kamis (17/1/2013), para penumpang bisa menggunakan penerbangan selanjutnya. Garuda tidak mengenakan biaya cancellation fee bagi penumpang terlambat.Namun harus refund atau rebook untuk tiket dengan tanggal keberangkatan atau kepulangan 17 – 18 Januari 2013 dari dan menuju Jakarta.

Seluruh operasional penerbangan Garuda Indonesia, baik di bandara Soekarno – Hatta, Cengkareng dan bandara lain berjalan normal dan tepat waktu. Sekitar delapan penerbangan mengalami keterlambatan hingga 30 menit akibat menunggu penumpang dan awak pesawat yang terjebak macet.

 Untuk mendapatkan peta dalam ukuran sebenarnya, Anda bisa mendownload peta  di sini, atau download peta.

Untuk mendapatkan peta dalam ukuran sebenarnya, Anda bisa mendownload peta tersebut di sini.

Minta Bantuan Pusat

Banjir seperti ini, Jakowi pun tak bisa mengatasi sendiri. Guna mengatasi masalah banjir jangka panjang, pemerintah Jakarta, meminta bantuan pemerintah pusat.  “Karena ini memang penanganan jangka panjang dan tadi kita juga sudah ke Pak Wapres agar dipercepat. Ya kalau ndak ya kita akan seperti ini,” kata Jokowi seperti dikutip dari Indopos, Rabu(16//1/13).

Jakowi menyampaikan saat kunjungan ke korban banjir di Jl Bina Warga RW 07, Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan. Menurut dia, saat ini solusi jangka pendek berupa pemberian bantuan logistik, menyiagakan perahu karet dan pertolongan kesehatan. Rencana jangka panjang baru bisa dengan bantuan pemerintah pusat dan dukungan APBD Jakarta.

Gini seperti apa yang sering saya sampaikan, proses panjang itu normalisasi sungai, pengerukan sungai. Ini yang akan kita mulai cepat pada tahun ini. Ini menunggu APBD dan air surut dan kering.”

Guna membantu korban banjir, berbagai kalangan ambil bangian, baik masyarakat, komunitas sampai organisasi. Pada Kamis(17/1/13), Greenpeace meluncurkan Greenpeace Rescue Station (GPRS) dan aktif sejak Desember 2012 di beberapa titik rawan banjir. Gunanya, untuk evakuasi, distribusi logistik, pertolongan pertama, penyembuhan trauma akibat banjir dan lain-lain. Greenpeace Rescue Station ini dapat ditemui di di beberapa titik rawan banjir di Jakarta, seperti Kebon Baru dan Kebon Manggis, Tebet, Jakarta Selatan.

Selain evakuasi, dan pertolongan cepat untuk korban banjir, GPRS juga menyediakan referensi informasi berita terkini bagi rekan-rekan media mengenai titik-titik rawan banjir, daerah tergenang banjir, serta update ketinggian air di beberapa pintu air setiap jam. Dalam situasi tertentu atau genting, update ketinggian pintu air, dan lain-lain, dilakukan per jam atau kurang.

Aktivis Greenpeace pun aktif membantu evakuasi. Juga berkomunikasi langsung dengan pengelola pintu air seperti Katulampa, Depok, dan Manggarai, agar selalu siap siaga.

Lapangan parkir Gandhi Memorial International School tergenang. Pada Kamis(17/1/13), aktivitas belajar mengajar terganggu. Bahkan, pihak sekolah menyarankan, jika hujan tetap turun, siswa diperbolehkan tidak sekolah. Foto: Norman Harsono
Banjir di kawasan Tebet, Jakarta. Foto: Greenpeace

Untuk mendapatkan peta dalam ukuran sebenarnya, Anda bisa mendownload peta tersebut di sini

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,