Sekarat berakhir tewas. Begitulah keadaan orangutan (Pongo pygmeus) jantan, yang ditemukan warga Dusun Danau, Desa Peniraman, Kecamatan Sungai Pinyuh, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar), pada Senin (21/10/03) petang.
Orangutan ini tak merespon kedatangan manusia. Ia bersandar pada batang kayu—awalnya untuk mengikat satwa dilindungi ini. Paling mengharukan, saat seorang ibu menggendong anak, menghampiri orangutan sekarat itu. Dia meletakkan tangan di paha mahluk berbulu lebat itu, yang hanya dibalas dengan pandangan sayu. Tak lama kemudian mati.
Warga beranggapan, orangutan itu mati karena kelaparan. “Diberi minum tak mau, diberi jambu juga tidak mau makan,” kata Suryadi, Ketua RT20/RW10, yang mengamankan orangutan itu.
Sebelum petugas BKSDA datang, warga diminta tak mengubur orangutan ini. Menurut Suryadi, itu kali pertama orangutan turun ke kebun warga. Satwa itu datang dari arah Utara.
Sejak ditangkap warga, ia tak mau makan dan minum. Dia menduga, lantaran satwa ini terjatuh dari pohon sebelum tertangkap. Kondisi makin memburuk. Selasa (22/10/13) pagi, Suryadi menghubungi kepala desa setempat, dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). “Disini tidak ada dokter hewan.”
Orangutan ini ditemukan di kebun karet oleh Mubirin, warga desa itu. Si pongo juga sempat mengejar warga setempat. Karena cemas, orangutan itu pun ditangkap beramai-ramai. Warga cemas karena tak tahu sifat orangutan yang sebenarnya tak berbahaya jika tak diganggu.
Ia pun diangkap, lalu diikat dengan merenggangkan kedua kaki dan tangan. Ada luka di kepala dan pergelangan tangan. Menurut Suryadi, terpaksa diikat seperti itu karena orangutan sangat kuat meronta.
Selang sehari, ia tak lagi agresif. Saat dilepaskan, hanya terduduk membatu. Warga menduga orangutan itu sakit. Bantuan dari Pontianak, hingga petang hari belum juga datang.
Jika dilihat dari bantalan pipi, orangutan ini diperkirakan berusia sembilan tahun. Sesuai perkembangan tubuh yang membesar, wajah orangutan pun akan berubah drastis ketika beranjak dewasa. Orangutan jantan dominan memiliki bantalan pipi (cheek pads) dan kantung suara (throat poach) di bawah dagu.
Masuknya orangutan ke permukiman penduduk sering terjadi di Kabupaten Pontianak. Diduga, habitat mereka mulai tergusur perkebunan sawit yang terus meluas. Dua kali sudah di kawasan sekitar ini, penangkapan orangutan berakhir kematian. Pertengahan tahun lalu, berniat mengevakuasi, warga tak sengaja membakar orangutan yang masuk ke pemukiman penduduk.
Siti Chadidjah Kaniawati, Kepala BKSDA Kalbar mengatakan, sudah membentuk tim untuk penyelidikan masuknya orangutan ke kebun warga. Meski demikian, secara umum penyebab utama manusia sudah menghancurkan hutan sebagai habitat asli orangutan.
Pemukiman dan sawit menyebabkan pohon tempat orangutan bersarang, hilang. Makanan utama orangutan tanaman dan serangga. Rinciannya, buah (60%), daun muda (25%), bunga serta kulit kayu (10%), dan semut, rayap, dan jangkrik (5%). “Jika orangutan sudah turun ke tanah untuk mencari makan, artinya makanan alami sudah jarang dijumpai.”