Lapangan Desa Tajuk, Kecamatan Getasan, Semarang, tepat di lereng Gunung Merbabu, akan menjadi lokasi Festival Mata Air VI pada 13-15 Juni 2014. Gawe yang digawangi Komunitas Tanam Untuk Kehidupan (TUK) ini sebagai aksi perlindungan mata air sekaligus kampanye lingkungan lewat seni, budaya dan kegiatan luar ruang.
Panitia Festival Mata Air VI akan menampilkan panggung hiburan, panggung budaya, diskusi lingkungan, dan workshop. Ada juga pemeliharaan tanaman dan pameran instalasi bersebelahan dengan area perkemahan di hutan pinus.
“Pemilihan Desa Tajuk karena ada komunitas warga desa yang selama ini konsen menjaga kelestarian hutan dan sumber mata air di lereng Gunung Merbabu,” kata Jatmiko, panitia Festival Mata Air, kepada Mongabay awal Juni 2014.
Selain itu, katanya, hutan di lereng gunung menjadi daerah tangkapan air, yang dialirkan ke Boyolali, Semarang dan Salatiga. Kepedulian warga Desa Tajuk terhadap hutan dan sumber mata air selama ini menuai hasil positif.
“Debit air terus meningkat dan tanaman endemik dan konservasi dijaga warga, tumbuh baik dan menuai manfaat.”
Dalam rilis yang diterima Mongabay, 5 Juni 2014, Festival Mata Air VI mengambil tema “Garuda di Mata Air Indonesia.” TUK memilih tema ini karena bersamaan dengan tahun politik di Indonesia. Festival ini mungkin tidak sepopuler “pesta demokrasi,” tetapi mereka rutin menyuarakan dan aksi perlindungan mata air.
Kenyataan, katanya, hanya sedikit pilihan pada calon pemimpin bangsa yang mau peduli dan benar-benar turun tangan bersama rakyat mengatasi berbagai masalah lingkungan.
“Kami terinspirasi pada Garuda, sebagai ideologi bangsa yang mulai dilupakan. Kami juga kagum pada elang, yang terbang di lahan penanaman Gumuk Sambu, tempat kami dan para sukarelawan menanam dan memelihara 13.000 pohon selama ini.”
Garuda, jata Jatmiko, mengajarkan keragaman, elang melambangkan cara pandang yang fokus dan tepat sasaran. “Inilah yang kami coba renungkan dan pelajari kembali.”
Berdasarkan penelitian Komunitas Tanaman Untuk Kehidupan (TUK) ditemukan debit mata air Senjoyo sejalan dengan kegiatan konservasi mata air. Pada 1999, debit mata air Senjoyo sebesar 1.150 liter perdetik, 2009 menurun tinggal 900 liter per detik. Pada 2014, terjadi kenaikan debit mata air Senjoyo menjadi 1.617 liter per detik. “Inilah salah satu alasan kenapa juga kita harus merayakan mata air.”
Festival Mata Air 6 didukung banyak pihak, antara lain, Kelompok Anak Tajuk Bernyanyi bersama Gading Suryadmaja, Tari Prajuritan Desa Tajuk, Drumblek Gareng, Tlatah Bocah, Ucup and the Rebel Project, Leonardo and his Impecable Six, Galih Folk Fore. Lalu, Wayang Kampung Sebelah, Karawitan Desa Tajuk, Sita and the Yoga Gank, Laskar Kendeng, dan Mongabay Indonesia, sebagai media partner pada event ini.
“Kami mengundang anda semua menikmati alam pegunungan lereng Gunung Merbabu, keramahan Desa Tajuk,kemeriahan hajatan rakyat dan kesederhanaan dalam memaknai lingkungan.”