Proteksi Habitat Lebih Mendesak Untuk Badak Sumatera. Kenapa?

Badak sumatera merupakan salah satu hewan langka dan dilindungi di Indonesia. Upaya konservasi badak sumatera telah dilakukan berbagai pihak. Wulan Pusparini, peneliti badak sumatera dari Wildlife Conservation Society (WCS) mengatakan selama ini, konservasi badak sumatera lebih memprioritaskan upaya penangkaran di luar habitatnya.

Wulan mengatakan meskipun upaya penangkaran tetap penting untuk menjamin kelestarian badak paling primitif ini, namun sudah saatnya memprioritaskan upaya pengamanan populasi di alam.

“Pengamanan hutan yang menjadi habitat badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) harus menjadi prioritas Indonesia kedepannya untuk menghindarkan hewan langka itu dari kepunahan,” katanya dalam seminar bertajuk Ecology and Conservation of Sumatran Rhinoceros, Occurance and Abundance on Sumatra: 2007 – 2010 di kompleks CICO, Bogor, Jawa Barat, pada minggu kemarin.

“Kelahiran badak sumatera di alam masih terpantau terjadi di Sumatera. Hal tersebut membuktikan bahwa sebenarnya kita masih memiliki peluang besar agar badak dapat lestari di habitat alaminya,” jelasnya kepada Mongabay.

Hingga saat ini, 40 ekor badak telah ditangkap untuk ditangkarkan dan sebagian besar diantaranya mati.

Keberhasilan penangkaranpun tidak dapat dibilang memuaskan. Dalam kurun waktu 144 tahun, baru satu ekor badak yang berhasil lahir di penangkaran di Taman Nasional (TN) Way Kambas, Lampung. Jika dilihat dari besarnya dana yang dicurahkan untuk pembiayaan penangkaran yang mencapai lebih dari 3 juta dollar, strategi tersebut perlu segera diperbaharui.

“Yang perlu didorong untuk menyelamatkan badak di sumatera adalah menghentikan pengambilan badak dari alam untuk kepentingan penangkaran. Selain itu, peningkatan pengamanan habitat dari perburuan ilegal maupun gangguan aktifitas manusia lainnya,” tegasnya.

Secara terpisah, Arief Rubiyanto, Manajer Perlindungan Perlindungan Wilayah Sumatera – Yayasan Badak Indonesia (YABI), menyampaikan bahwa referensi tentang badak sumatera masih sangat kurang. Upaya penangkaran, selain untuk meningkatkan populasinya, juga sangat penting untuk mempelajari perilaku seksual, siklus kawin serta hal-hal lain seperti kapan anakan badak memisahkan diri dari induknya.

“Selama 19 tahun kami bekerja di lapangan, kami masih kesulitan mendapatkan referensi yang lengkap tentang badak sumatera. Hal ini karena badak salah satu satwa yang sensitif. Mereka selalu menghindari lokasi-lokasi yang ada tanda-tanda bekas aktifitas manusia. Itu kenapa, kegiatan penangkaran masih dirasa penting untuk mendukung aktifitas di lapangan,” jelasnya lebih lanjut.

Inisiasi Zona Perlindungan Intensif

Upaya pengamanan habitat badak sumatera telah diinisiasi secara kolaboratif oleh pemerintah maupun LSM dengan menyusun konsep Intensive Protection Zones (IPZ). Konsep ini mengutamakan pengamanan populasi kawasan hutan yang menjadi habitat inti badak sumatera. Terdapat tiga zona perlindungan yang saat ini sedang dalam proses penetapan, yaitu TN Bukit Barisan Selatan, TN Way Kambas dan TN Gunung Leuser.

Arief menyampaikan bahwa IPZ ditentukan oleh bagus tidaknya populasi badak di kawasan tersebut serta ada tidaknya data penambahan populasi. Dari data lapangan yang berhasil diperoleh tim YABI, terdapat 2 ekor anak badak yang terpantau oleh kamera jebak yang dipasang di TN Way Kambas. Selain dari kamera trap, juga ditemukan setidaknya sekitar terdapat 20 ekor anak badak. Kawasan yang sudah teridentifikasi ada penambahan populasi tersebut kemudian menjadi dasar penetapan zona.

“Kami optimis, jika perlindungan intensif dilakukan di zona-zona yang sudah diketahui tersebut, populasi badak sumatera di alam dapat meningkat. Apalagi sudah lebih dari 3 tahun tim kami tidak menemukan lagi jerat badak sejak pelakunya ditangkap” jelasnya.

Terkait perlindungan habitat badak, Wulan Pusparini memberikan contoh keberhasilan pemerintah Nepal dalam menekan angka perburuan. Pada periode April 2013 –  April 2014 lalu, Nepal menerapkan kebijakan setahun tanpa perburuan. Program tersebut mentargetkan angka perburuan nol persen. Dia berharap Pemerintah Indonesia berani membuat kebijakan serupa agar aktifitas perburuan dapat ditekan.

“Meski situasinya beda antara Nepal dengan Indonesia, tapi kita harus optimis dalam menekan upaya perburuan, khususnya terhadap badak sumatera. Jika belum dapat dilaksanakan di seluruh Indonesia, minimal di habitat-habitat spesies langka yang terancam punah,” kata peneliti lulusan University of Massachusetts ini.

Badak Sumatera, butuh perlindungan nyata untuk kelestariannya. Foto: Save the Rhino International

Populasi Badak Sumatera Kritis

Populasi badak sumatera cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Lebih dari 200 tahun yang lalu diperkirakan populasi badak terkecil di dunia ini masih sekitar 10.000 individu. Semenjak tahun 1985, populasi terus menurun dari angka sekitar 600 ekor menjadi kurang dari 100 ekor saat ini. Penyebab utama penurunan tersebut antara lain perburuan dan hilangnya habitat akibat deforestasi.

Ditinjau dari sejarahnya, populasi badak sumatera tersebar mulai dari timur laut India menyebar ke selatan hingga semenanjung Malaysia hingga pulau Sumatera dan Kalimantan. Akan tetapi, karena desakan manusia, saat ini habitat badak sumatera hanya tersisa di TN Gunung Leuser, TN Bukit Barisan Selatan, TN Way Kambas, Taman Negara di semenanjung Malaysia, serta di pantai timur Sabah.

Selama bertahun-tahun, perburuan badak sumatera untuk diambil cula maupun bagian-bagian tubuh lainnya – biasanya dipercaya sebagai bahan obat tradisional – telah berakibat pada semakin berkurangnya populasi satwa tersebut. Saat ini, hilangnya habitat hutan menjadi ancaman utama bagi kelangsungan hidup badak Sumatera yang tersisa.

Badak sumatera merupakan badak terkecil di dunia dan termasuk salah satu di antara dua jenis yang bercula dua. Panjang cula depan biasanya berkisar antara 25 hingga 80 cm, sedangkan cula belakang biasanya relatif pendek dan tidak lebih dari 10 cm.

Saat anak badak sumatera lahir hingga remaja, kulitnya ditutupi oleh rambut yang lebat berwarna coklat kemerahan. Seiring bertambahnya usia satwa ini, rambut yang menutupi kulitnya semakin jarang dan berubah kehitaman. Panjang tubuh satwa dewasa berkisar antara 2-3 meter dengan tinggi 1 – 1,5 meter. Berat badan badak dewasa diperkirakan berkisar antara 600-950 kg.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,