,

Kebakaran Lahan Gambut di Sumatera Selatan dan Ancaman Situs Proto Sriwijaya

Kebakaran lahan gambut di Sumatera Selatan yang luasnya sekitar 1,2 juta hektar, sudah berjalan 17 tahun. Tahun ini kebakaran besar pun mengancam, sebab serangan El Nino cukup panjang melanda Indonesia, khususnya Sumatera Selatan. Jika Sumatera Selatan tidak mampu mengatasinya, bukan hanya lahan gambut kian rusak, keberadaan situs proto Kerajaan Sriwijaya pun terancam.

Pada Juni-Juli 2015, beberapa titik api sudah muncul di lahan gambut di Pantai Timur Sumatera Selatan, mulai dari Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Banyuasin hingga Musi Banyuasin. Termasuk pula Kabupaten Ogan Ilir (OI) yang juga banyak lahan gambutnya.

Namun, Pemerintah Sumatera Selatan langsung melakukan water booming sebanyak dua kali dalam satu hari, dan menciptakan hujan buatan. Sehingga kebakaran tidak meluas, dan menciptakan kabut asap seperti Riau dan Kalimantan.

“Sejak 10 hingga 13 Juli hot spot di Sumsel tidak ada. Tanggal 8 dan 9 Juli hanya satu titk api,” kata Kepala UPTD Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (PKLH) Dinas Kehutanan Sumsel Achmad Taufik kepada wartawan, Senin (13/07/2015).

Menurut Taufik, puncak kebakaran tahun ini pada Agustus-September 2015. Tapi Sumatera selatan (Sumsel) siap mengatasinya. “Kita sejak awal bertekad mencegah bencana kabut asap seperti tahun-tahun sebelumnya,” katanya.

Wilayah mana yang paling sulit dipadamkan titik apinya? Menurut Taufik wilayah Kabupaten Musi Banyuasin sebab ada penolakan dari warga terhadap upaya pemdaman. “Tapi kita terus melakukan upaya pemadaman,” ujarnya.

Prasasti Telaga Batu yang menjelaskan tentang Kerajaan Sriwijaya. Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Nasional dengan nomor D 155. Sumber: Wikipedia commons

Mengancam situs Proto Sriwijaya

Terhadap ancaman kebakaran lahan gambut, Nurhadi Rangkuti, arkeolog yang juga Kepala Balai Arkeologi (Balar) Palembang, sangat mencemaskan dampaknya pada kerusakan situs purbakala masa Proto Kerajaan Sriwijaya. Sebagian besar keberadaannya di pesisir timur Sumatera Selatan hingga Jambi, terutama lahan basah atau gambut.

“Kebakaran lahan gambut dikhawatirkan akan merusak situs purbakala proto Sriwijaya. Termasuk pula kemungkinan penemuan situs purbakala yang belum ditemukan. Sebab saat ini kita terus melakukan penelitian di sana,” kata Nurhadi, Senin (13/07/2015).

Adapun situs purbakala proto Sriwijaya tersebut, saat ini berada di perkampungan dan di dekat wilayah perkebunan sawit dan hutan tanaman industri (HTI). Misalnya situs Karangagung Tengah yang berada di Kabupaten Musi Banyuasin. Situs diperkirakan menunjukkan kehidupan sekitar 220-400 dan 320-560 masehi.

Artefak yang ditemukan, sekitar Sungai Sembilang dan Sungai Lalan, memang sangat riskan hancur oleh kebakaran. Sebut saja kayu perahu kuno, tembikar, manik-manik batu dan kaca, anting, gelang, cincin, liontin perunggu, dan lainnya.

Selanjutnya situs itu berada di Air Sugihan. Tepatnya dari sebelah timur Sungai Saleh hingga pantai. Situs ini berada di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dan Kabupaten Banyuasin.

Ekskavasi situs mulai dilakukan Pusat Arkeologi Nasional pada puncak-puncaknya kebakaran lahan gambut di sana yakni 2008 dan 2009. Sejak 2014, ekskavasi dilanjutkan Balar Palembang.

Perkebunan juga mengancam

Selain kebakaran, Nurhadi juga mencemaskan aktivitas perkebunan dan HTI. “Bagi orang awam, mungkin penemuan kerangka kapal biasa saja. Bukan tidak mungkin para pekerja yang menemukannya langsung menghancurkan,” kata Nurhadi.

“Oleh karena itu kami sangat mengharapkan jika karyawan perusahaan, termasuk aparat pemerintahan desa, segera melaporkan jika di lapangan menemukan kemungkinan adanya artefak purbakala,” katanya. Di sisi lain, Nurhadi mengharapkan pemerintah maupun pelaku usaha mendukung soal aktivitas penelitian situs purbakala proto Sriwijaya.

Sebaran situs purbakala Proto Sriwijaya di wilayah pesisir timur Sumatera Selatan hingga Jambi. Peta: Balai Arkeologi Palembang
Sebaran situs purbakala Proto Sriwijaya di wilayah pesisir timur Sumatera Selatan hingga Jambi. Peta: Balai Arkeologi Palembang

Bukti penting Kerajaan Sriwijaya

Penemuan berbagai situs purbakala proto Sriwijaya di wilayah pesisir timur Sumatera Selatan, kata Nurhadi, sangatlah penting dalam penelusuran jejak sejarah Kerajaan Sriwijaya.

“Sementara ini, keberadaan situs-situs tersebut membuktikan bahwa ada kehidupan atau peradaban yang mendorong lahirnya Kerajaan Sriwijaya di Sumatera Selatan. Bukan tidak mungkin kita akan menemukan situs berupa bangunan kuno yang kian mempertegas adanya peradaban sebelum Kerajaan Sriwijaya, sehingga logika sejarah Kerajaan Sriwijaya benar-benar berada di Sumatera Selatan, khususnya Palembang, kian menguat. Termasuk pula berbagai bukti di wilayah pesisir Jambi, seperti di Muara Jambi, Lambut Area, Sentang, yang secara geografis berdekatan dengan beberapa situs di Sumatera Selatan,” ujarnya.

“Mudah-mudahan kebakaran di lahan gambut tidak seganas kemarin, dan para pelaku usaha perkebunan menyadari pentingnya situs purbakala tersebut,” kata Nurhadi.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , ,