,

Hari Laut se-Dunia, Momentum Tepat untuk Selamatkan Laut Indonesia

Berstatus sebagai negara yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di duni setelah Kanada, tak lantas membuat Indonesia bisa menasbihkan diri sebagai salah satu negara maritim terbaik di dunia. Karena nyatanya, hingga saat ini wilayah laut Indonesia masih belum terjaga dengan baik. Termasuk, dari sisi penyelamatan ekosistem yang ada di dalamnya.

Pernyataan tersebut diungkapkan Marine Protected Area (MPA) Manager World Wildlife Fund (WWF) Indonesia Anton Wijonarno menyikapi perayaan Hari Laut se-Dunia yang jatuh pada Rabu (08/06/2016). Kepada Mongabay Indonesia, Anton bercerita bahwa saat ini kondisi laut di Indonesia masih butuh penyelamatan lebih lanjut.

“Kita bicara penyelamatan laut, kita lihat saat ini saja, kalau jujur, di beberapa ekosistem pesisir dan laut lepas, kondisinya belum baik,” ucap dia.

Menurut Anton, walau posisi Indonesia sangat diuntungkan karena diapit Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, namun itu tidak menjadikan Indonesia bisa seenaknya memanfaatkan kekayaan lautnya.

Karena itu, dengan segala kekayaan yang ada di dalam laut, seharusnya semua pihak bisa menjagaya dengan sanagat baik. Jangan sampai, kata dia, pemanfaatannya pun dilakukan dengan semena-mena dan dengan cara yang tidak baik.

“Ini yang namanya ancaman. Tingkat ancaman dan sumber-sumber ancaman harus bisa diketahui karena itu bisa membantu penyelamatan laut dari sekarang,” ungkap dia.

Untuk itu, Anton menghimbau kepada semua pihak, jika ingin memanfaatkan laut, maka lakukanlah dengan cara yang baik. Karena kata dia, sekarang laut masih aman, tapi belum tentu di masa depan kondisinya akan tetap sama.

Selain karena perilaku masyarakat Indonesia, Anton mengingatkan, penyelamatan laut juga harus dilakukan, karena ada faktor alam seperti perubahan iklim yang tidak bisa dihindari oleh siapapun. Kondisi yang sedang terjadi sekarang, kata dia, adalah pemutihan terumbu karang yang terjadi di hampir semua wilayah Indonesia.

Lebih lanjut Anton mengungkapkan, ancaman lain yang bisa merusak keberlangsungan ekosistem di laut, adalah sampah. Keberadaan sampah, adalah hal yang tidak bisa dihindari namun bisa dikelola. Menurut dia, sampah di laut sudah menjadi masalah yang kritis karena jika tidak diatasi dari sekarang, pada 2050 nanti sampah akan menutup lautan.

“Harus ada perubahan paradigma dari masyarakat. Laut harus jadi rumah bagian depan, dan bukan bagian belakang lagi. Dengan demikian, orang akan berpikir ulang untuk membuang sampah di bagian depan,” jelas dia.

20 Juta Hektare Kawasan Konservasi Laut

Sementara itu Fisheries Program Manager Wildlife Conservation Society (WCS) Irfan Yulianto mengungkapan, saat ini ada banyak data yang beredar di publik terkait kondisi sumber daya laut di dunia, khususnya di Indonesia. Namun, di sisi lain, ada juga pihak yang memiliki perhatian tinggi dalam konservasi di laut.

Salah satunya, kata Irfan, adalah penyelamatan yang dilakukan Pemerintah Indonesia dengan menggagas target 20 juta hektare kawasan konservasi di laut. Program tersebut, kata dia, menjadi langkah yang baik karena bisa menjadi sarana untuk menyelamatkan ekosistem di laut yang mengalami kerusakan.

Di lain kesempatan, Juru Kampanye Laut Greenpeace Indonesia Sumardi Ariansyah mengatakan, penyelamatan laut di dunia saat ini memang mendesak dilakukan. Hal itu, terutama karena masih adanya ancaman sampah plastik yang beredar dengan bebas di lautan lepas.

“Sampah plastik sudah dalam tahap mengkhawatirkan, karena akan membuat banyak kerugian bukan hanya pada sumber daya laut namun juga pada sisi perekonomian masyarakat. Sampah yang terproses cukup lama menjadi butiran-butiran kecil akan mengontaminasi ikan,” sebut dia.

Tumpukan sampah di pesisir pantai.  Sampah di laut membahayakan bagi biota laut dan juga manusia bila masuk ke rantai makanan. Foto : kkp.go.id
Tumpukan sampah di pesisir pantai. Sampah di laut membahayakan bagi biota laut dan juga manusia bila masuk ke rantai makanan. Foto : kkp.go.id

Jika ikan sudah terkontaminasi, Sumardi berpendapat, itu akan membahayakan jiwa manusia yang menjadi konsumen terakhir dari ikan-ikan yang ada di lautan.

“Sampah juga bisa berefek negatif untuk wisata di laut. Karenanya, sampah plastik harus menjadi perhatian kita semua,” tandas dia.

Menurut ketiga orang di atas tersebut, momen Hari Laut se-Dunia, harus bisa dimanfaatkan sebagai momen untuk melakukan penyelamatan laut lebih baik lagi. Jangan sampai, status Indonesia sebagia negara yang memiliki garis panjang kedua di dunia, hanya sebatas status saja.

Mari, dari sekarang kita jaga dan selamatkan Laut Indonesia. Selamat Hari Laut se-Dunia!

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,