Begini Meriahnya Festival Anak yang Penuh Sampah

Taman Kota Denpasar,Bali, terlihat cantik dengan kreasi sampah, Sabtu-Minggu (6-7 Agustus) ini. Ada rumah botol bekas, pameran lukisan kardus, dan instalasi seni sabut kelapa. Ini festival anak atau Rare Bali Festival penuh sampah, yang menarik perhatian warga.

Di bagian lain, ribuan warga menonton pertunjukkan yang bertema kepedulian pada lingkungan. Sanggar-sanggar seni anak yang biasanya lekat dengan pertunjukkan tradisi ditantang membuat kampanye peduli sampah.

Misalnya dengan marching bekas. Ini sebutan untuk marching band yang khusus menggunakan alat musik dan atribut dari kreasi sampah.

Siwa Nadi Swara, sanggar seni yang beranggotakan anak SD dan SMP ini tampil atraktif dengan alat-alat musik dari peralatan rumah tangga. Misalnya drum besar, panci, wadah bekas cat, dan lainnya.

Karena terbiasa memainkan gamelan, mereka mencocokkan suara alat musik itu dengan perangkat gamelan. Misalnya tutup tong sampah menjadi cengceng, kaleng susu jadi reong, dan wadah cat jadi kendang.

Penampilan puluhan seniman cilik ini makin serius dengan pakaian Bali yang dijahit dari sampah, misalnya koran bekas sebagai selendang, karung beras jadi udeng (penutup kepala) dan baju. “Cari bahan sendiri, di rumah ada termasuk tukang jahitnya,” ujar Made Karja, pembina sanggar.

Rusdika, salah satu seniman yang memainkan cengceng juga mengaku senang dengan atraksi ini. “Suka ribut di rumah,” katanya terkekeh karena mencoba sejumlah alat dapur untuk dimainkan.

Para seniman cilik ini tak ketinggalan berkampanye melalui lagu dalam basa Bali. Begini penggalan lirik lagu Siwa Nadi Swara.

“Ida dana sareng sami ngentung lulu sing dadi ngawag. Yening ngawag sinah bencana hujan pasti banjir. Ngawit mangkin ngiring nabdabang ngentung lulu mangda pilah-pilah. Lulu organik kotakne gadang, kuning-barak plastik lan kaca..”

Kurang lebih terjemahannya begini. Semua orang tak boleh sembarangan buang sampah. Jika ngawur kalau hujan jadi banjir. Mulai sekarang buang sampah dipilah. Kalau organik di wadah hijau, kuning dan merah untuk plastik dan kaca.

Marching bekas, sebutan untuk marching band khusus memanfaatkan barang bekas oleh anak-anak disertai lagu kampanye lingkungan dalam acara festival anak atau Rare Bali Festival pada Sabtu-Minggu (6-7 Agustus 2016). Foto : Luh De Suriyani
Marching bekas, sebutan untuk marching band khusus memanfaatkan barang bekas oleh anak-anak disertai lagu kampanye lingkungan dalam acara festival anak atau Rare Bali Festival pada Sabtu-Minggu (6-7 Agustus 2016). Foto : Luh De Suriyani

Energi anak-anak memang besar. Mereka selalu serius merespon ide. Inilah yang dimanfaatkan panitia Rare Bali festival ini. Kegiatan ini didukung Pemerintah Kota Denpasar setelah tahun lalu dilaksanakan dengan fokus permainan tradisional.

Tak hanya anak-anak yang antusias. Para orang tua juga mengeksplorasi Taman Kota untuk melihat kreasi sampah lain seperti rumah botol bekas.

Pengunjung bisa melihat gerbang asitektur tradisional Bali yang disusun dari ratusan botol minuman ringan. Dua botol dihadapkan lubangnya lalu disusun berbagi bentuk untuk dirakit jadi pagar, gerbang, dan tembok.

Warnanya yang menyala membuat banyak yang foto depan rumah botol plastik ini. Ketika masuk gerbang ada air mancur juga tersusun dari botol plastik.

Kemudian di dalam ada pohon apel terbuat dari rangkaian pantat botol plastik yang disatukan, dicat merah, dan diberi dedaunan dari potongan botol plastik juga. Terlihat indah.

Juga ada pot-pot dari sampah botol, dan tirai dari rangkaian tutup botol warna warni. Semua ini dibuat secara gotong royong oleh anak sekolah dasar Sanggar Seni Jegeg Bagus SDN1 Mambang Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan.

Anisa, salah satu anggota sanggar menjawab pertanyaan pengunjung soal cara mengolah aneka sampah ini. Cara membuat rumah botol plastik ini juga diperlihatkan dalam rangkaian foto, mulai dari memilah, membersihkan, merangkai, dan merakitnya jadi bangunan.

Sanggar seni ini membuat pakaian adat dari karung beras bekas seperti udeng yang digunakan dikepala dan baju untuk seragam marching bekas dalam acara festival anak atau Rare Bali Festival pada Sabtu-Minggu (6-7 Agustus 2016). Foto : Luh De Suriyani
Sanggar seni ini membuat pakaian adat dari karung beras bekas seperti udeng yang digunakan dikepala dan baju untuk seragam marching bekas dalam acara festival anak atau Rare Bali Festival pada Sabtu-Minggu (6-7 Agustus 2016). Foto : Luh De Suriyani

Juga ada banyak perlengkapan rumah terbuat dari sampah kreasi anak-anak dari Kabupaten Tabanan ini. Ada tas dari kepala wadah gelas minuman teh instan, lampu hias, pigura, dan lainnya.

“Tiap kegiatan seperti Pramuka diajak mengumpulkan sampah, tak hanya untuk tujuan pameran ini saja,” kata Budi Susila, pemilik sanggar. Pembuatan rumah botol membuat anak-anak dan warga sekitar mengumpulkan tiap sampah botol di sekitar rumah karena diperlukan sangat banyak.

Panitia menyulap taman kota jadi tempat bermain dari limbah dengan kreatif. Di sudut lain ada ayunan bambu yang estetis. Bilah bambu bekas dirakit jadi arena bermain ayunan. Semua bahan dari bambu termasuk tempat duduk ayunananya.

Juga ada instalasi dari sabut kelapa. Sabut kelapa dirangkai jadi bunga-bunga matahari dengan tempurungnya yang bulat sebagai sari. Puluhan bunga matahari dari sabut kelapa ini ditempelkan di dinding bambu. Juga ada mainan jukung dari sabut dan tempurung kelapa.

Kemudian ada Komunitas Rumah Kardus yang memamerkan lukisan dari kardus. Misalnya Putu Cahaya Putra melukis Wayang Arjuna di lembar kardus bekas ukuran 40 x 30 centimeter. Anak-anak lain memotong lembar kardus jadi berbagai bentuk kemudian diwarnai sehingga menyerupai lukisan. Jika tak disebutkan bahan bakunya dari kardus, mungkin seperti lukisan biasa.

Pemerintah Kota Denpasar tahun ini membuat aturan baru untuk mengendalikan sampah. Bukan untuk mengurangi tapi mencegah meluber di jalanan. Peraturan Walikota Denpasar No.11/2016 ini melarang warga menaruh sampah di pinggir jalan, depan rumah, dan trotoar. Pengelolaan sampah juga dibebankan pada kepala dusun atau banjar untuk membuat swakelola sampah atau mengangkut sampah ke tempat pembuangan sampah sementara.

Artikel yang diterbitkan oleh
, ,