- Hope, orangutan yang diselamatkan dari Kota Subulussalam (10/03), saat ini sedang mendapat perawatan intensif tim dokter dari YEL-SOCP di Sibolangit.
- Tim dokter yang diwakili drh Yenny Saraswati, menyebut kondisi Hope sudah lebih baik, namun dipastikan ia bakal cacat seumur hidup, Hope dipastikan buta dan tidak akan dapat dilepasliarkan.
- Lewat petisi, Presiden Jokowi, Menteri LHK Siti Nurbaya, Kapolri Tito Karnavian dan Gubernur Aceh didesak untuk melakukan penertiban peredaran senapan angin yang digunakan untuk perburuan satwa liar.
- BKSDA Aceh, Balai Penegakkan Hukum KLHK Sumatera bersama penyidik Polda Aceh sedang mendalami kasus ini untuk mengungkap pelakunya.
Berita sebelumnya: Keji! Ditembaki Senapan Angin, 74 Peluru Bersarang di Induk Orangutan ini, Bayinya Mati Kekurangan Gizi
Orangutan sumatera betina yang terluka akibat terkena 74 peluru senapan angin, patah tulang dan luka akibat senjata tajam akan mengalami kebutaan seumur hidup dan sudah tidak bisa dilepasliarkan kedalam hutan.
Seperti disampaikan dalam tulisan sebelumnya, Hope, -begitu orangutan itu diberi nama, diselamatkan oleh tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh dan Yayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Center (YOSL-OIC) baru saja sampai di Desa Bunga Tanjung, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam (10/03).
Setelah mendapat perawatan intensif, Hope dalam waktu dekat akan dioperasi untuk penyembuhan luka-lukanya.
Dokter hewan dari Yayasan Ekosistem Lestari – Sumatran Orangutan Conservation Programme (YEL-SOCP), drh. Yenny Saraswati menyebut, Hope saat ini masih berada di ruang perawatan intensif Pusat Karantina Orangutan di Sibolangit, Provinsi Sumatera Utara.
“Jika dibandingkan saat masuk ke pusat karantina dengan sekarang, kondisinya sudah lebih baik. Sudah mau makan buah, sudah mulai merespon ketika terdengar langkah manusia. Tapi gerakannya masih dibatasi agar luka yang dia alami tidak bertambah parah,” sebutnya (15/03)
Menurut Yenny, tim dokter sedang mendiskusikan untuk melakukan operasi tulang bahu Hope yang patah, dokter akan fokus untuk mengobati patah tulang terlebih dahulu karena sangat mengganggu satwa yang dilindungi itu.
“Peluru senapan angin yang bersarang di tubuh Hope akan dikeluarkan, seperti yang tidak masuk terlalu dalam atau yang tidak berada didekat anggota tubuh yang vital,” ujar Yenny.
Sementara itu, Yenny menambahkan, kedua mata Hope sudah tidak bisa diselamatkan dan akan mengalami kebutaan seumur hidup. “Untuk sembuh total dan dilepasliarkan ke dalam hutan sudah tidak bisa, karena matanya akan buta seumur hidup.”
Justice for Hope
Sementara itu, desakan kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Polda Aceh untuk mengusut kasus penembakan orangutan dengan senapan angin semakin gencar dikampanyekan. Sejumlah masyarakat Aceh melalui media sosial terus mendesak agar pelaku segera ditangkap dan senapan angin segera ditertibkan.
Desakan agar kasus ini diusut tuntas juga disuarakan oleh sejumlah masyarakat Aceh melalui web petisi change.org. Per 16 Maret 2019, petisi yang dibuat pada 14 Maret 2019 itu telah ditandatangani lebih dari 3.500 orang.
“Saya tidak bisa membayangkan apa yang dipikirkan oleh orang yang telah memuntahkan peluru senapan angin itu ke sekujur tubuh si ibu orangutan di Kota Subulussalam. Apa dia tidak melihat ada bayinya yang sedang menangis ketakutan? Di mana nurani mereka yang melakukan? Saya tidak mau kita sebagai bangsa Indonesia menjadi orang-orang yang kejam, yang tidak peduli pada nasib satwa kita yang terancam punah,” tulis Bahagia Saputra di pengantar petisi itu.
Bahagia juga mengatakan, kekejaman terhadap hewan-hewan ini harus segera dihentikan, senapan angin itu momok bagi burung, monyet, kijang, rusa, senjata yang bebas berkeliaran di mana-mana dan dimiliki oleh siapa saja.
Dalam petisinya, dia menyampaikan, dengan kasus Hope masyarakat diajak untuk ikut menitipkan pesan-pesan penyelamatan satwa liar dilindungi ke Presiden Jokowi, Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya, Kapolri Tito Karnavian dan Gubernur Aceh agar tidak ada lagi satwa-satwa kita jadi korban kekejaman.
“Kita harus menghentikan perdagangan secara bebas senapan angin, air soft gun atau apapun alat-alat yang mengancam kehidupan satwa. Awasi secara ketat penggunaannya. Kita menuntut para pelaku bisa dihukum berat agar ini jadi pembelajaran bagi banyak orang untuk tidak melakukan hal yang sama terhadap satwa-satwa yang tidak bersalah.”
Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Forum Orangutan Aceh (FORA) pada 15 Maret 2019 bersama aktivis lingkungan juga melakukan unjukrasa di Bundaran Simpang Lima, Kota Banda Aceh. Mereka menuntut penembak Hope dihukum seberat-beratnya dan kepolisian segera menertibkan peredaran senapan angin di masyarakat.
“Pembunuh Orangutan dan satwa liar dan dilindungi lainnya dengan menggunakan senapan angin sudah sangat sering terjadi, Hope harus menjadi yang terakhir. Kedepan semua pihak harus memastikan tidak ada lagi orangutan yang disiksa baik dilukai maupun dipelihara,” ujar Akmal Qurazi, Koordinator FORA dalam orasinya.
Kepala BKSDA Aceh, Sapto Aji Prabowo saat berorasi dalam unjukrasa mengatakan, tim penyidik dan Balai Penegakkan Hukum KLHK untuk wilayah Sumatera bersama penyidik Polda Aceh sedang mendalami kasus ini. BKSDA Aceh berharap kasus ini juga segera terungkap dan akan membantu penegak hukum.
“Terimakasih untuk semua pihak yang telah membantu dan mendukung agar kasus penembakkan Orangutan dan satwa dilindungi lainnya di Aceh. Kita terus mendorong agar kasus ini segera terungkap dan pelaku dihukum seberat-beratnya,” ungkapnya.