- Cagar Alam Taba Penanjung I dan II merupakan habitat Rafflesia arnoldii paling populer di Bengkulu. Di kawasan hutan seluas 3,7 hektar itu, setiap tahun Rafflesia mekar.
- Ada 13 jenis Rafflesia di Indonesia yang yang dilindungi pemerintah berdasarkan Peraturan 106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi
- Sebaran Rafflesia di Sumatera, berada di sepanjang bentang Bukit Barisan, dari Aceh hingga Lampung. Sementara di Bengkulu, di CA Taba Penanjung I dan II, Kemumu, Bengkulu Utara, Seluma serta Kaur.
- Peneliti Bunga Rafflesia dan Amorphopahalus, Agus Susatya menjelaskan, ekosistem hutan Sumatera sesuai dengan tumbuh kembang Rafflesia.
Rini Rohma girang, begitu melihat bonggol Rafflesia arnoldii di Hutan Lindung Bukit Daun Register V, Cagar Alam Taba Penanjung II, Bengkulu Tengah, Bengkulu, akhir Agustus 2019. Dia memotret bonggol yang tumbuh pada inangnya itu, sebagai pengalaman pertamanya melihat langsung Puspa Langka Nasional di habitat alaminya.
Pada inang lain, Rini menemukan bonggol Rafflesia sebesar kepal tangan orang dewasa, dan beberapa yang berukuran lebih kecil. Ada delapan bonggol dalam satu inang.
“Masih bonggol saja cantik, apalagi kalau sudah mekar,” ujarnya.
Rini merupakan anggota muda Komunitas Peduli Puspa Langka [KPPL] Bengkulu. “Saya ingin mengerti lebih jauh kondisi hutan dan habitat Rafflesia,” ujarnya.
Baca: Perlindungan Rafflesia dan Habitatnya Perlu Aturan Tegas
Tumbuh subur
Peneliti Bunga Rafflesia dan Amorphopallus dari Universitas Bengkulu, Agus Susatya menjelaskan, Rafflesia memang tumbuh subur di Sumatera, terlebih Bengkulu, karena hutannya sangat luas, sebagai hutan hujan tropis. Ekosistemnya selalu basah dan lembab.
Hutan hujan tropis ini menjadi rumah menyenangkan bagi sejumlah flora dan fauna di dunia. “Termasuk, Rafflesia,” kata Dosen Jurusan Kehutanan, Universitas Bengkulu, Minggu [08/9/2019].
Dia menjabarkan, Rafflesia tersebar mulai dari Thailand selatan, Filipina, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa, dan Kalimantan
Di Leuser [Aceh dan Sumatera Utara] ada empat jenis, yakni Rafflesia arnoldii, R. atjehensis, R. micropylora, dan R. rochussenii.
Di Jawa Barat, yaitu Cagar Alam Pangandaran, juga di Jawa Tengah [Nusa Kambangan] ada R. patma. Di selatan Jawa Timur, tepatnya di Taman Nasional Meru Betiri, ada R. zollingeriana.
“Jenis R. zollingeria pernah tercatat di Bali, dan sekarang tidak ada lagi,” terang penulis buku Rafflesia: Pesona Bunga Terbesar di Dunia.
Sedangkan di Kalimantan hanya dua jenis, yakni R. tuan-mudae [Cagar Alam Gunung Raya, dan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya], juga sepanjang pegunungan Muller, di sekitar perbatasan Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Kalimanbatan Timur. Lalu, R. pricei [TN Kayan Mentarang].
Baca: Lampu Hijau Gubernur Bengkulu untuk Perda Konservasi Rafflesia
Sumatera
Tercatat, ada 13 jenis Rafllesia tumbuh subur di Indonesia, yang 11 jenis di Sumatera. Sebut saja R. arnoldii, R. atjehensis, R. rochussenii, R. micropylora, R. hasseltii, R. gadutensis, R. tuan-mudae, R. patma, R. bengkuluensis, R. lawangesis, dan R. kemumu.
“Dari 11 jenis itu, 5 jenis hidup di Bengkulu,” lanjut dia.
Wilayah yang sering didapati Rafflesia di Bengkulu adalah CA Pagar Gunung, Air Musno, CA Taba Penanjung I dan II, Kemumu, Beringin Tiga, Taba Rena, juga di Taman Nasional Kerinci Seblat dari Air Manjo, Air Musno, Dusun Baru, hingga Muara Sako.
Tak ketinggalan di Bukit Daun, Bukit Hitam [Bengkulu Utara], Padang Capo [Seluma], Kedurang, Muara Sahung [Kaur], hingga kawasan Bukit Barisan Selatan.
Baca: Hidup Mati Agus Susatya untuk Rafflesia
Berdasarkan data KPPL Bengkulu Tengah, Cagar Alam Taba Penanjung I dan II merupakan habitat Rafflesia paling produktif di Bengkulu. Di kawasan hutan seluas 3,7 hektar itu, setiap tahun Rafflesia rutin mekar.
Pada 2014, tercatat 57 Rafflesia bermekaran, lalu 2015 [70 mekar], 2016 [40 mekar], 2017 [10 mekar], 2018 [10 mekar], dan Januari-Agustus 2019 [13 mekar], dan kemungkinan bertambah 9 lagi karena sudah ditemukan bonggolnya.
“Rafflesia di Taba Penanjung mudah terdata karena lokasinya di pinggir jalan utama Bengkulu Tengah-Kapahiang,” kata Agus.
Baca: Hanya Rafflesia di Hati Sofi Mursidawati
Dari catatan panjang tersebut, ditemukan pula pola pertumbuhannya di Sumatera. Rata-rata, ada di sisi barat pegunungan Bukit Barisan yang terbentang dari Aceh hingga Lampung.
Agus menduga, berbagai jenis Rafflesia tumbuh di Sumatera dikarenakan memang pusatnya, di hutan zona Asiatis. Alasan logis lain adalah, penelitian di hutan Sumatera lebih intensif ketimbang hutan di tempat lainnya.
“Di hutan Sumatera, masih ada peluang ditemukannya jenis baru. Begitu juga Pulau Kalimantan, hanya perlu penelitian intensif saja,” kata Agus yang merupakan penemu tiga jenis Rafflesia: R. lawangensis, R. bengkuluensis, dan R. kemumu.
Baca juga: Sudah Saatnya, Bengkulu Mendirikan Pusat Informasi Rafflesia
Konservasi
Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah kepada Mongabay menegaskan dukungannya untuk kegiatan konservasi Rafflesia. Dia mengimbau masyarakat Bengkulu agar menjaga hutan yang merupakan habitat alami bunga langka tersebut.
“Penjagaan dilakukan, menghindari perambahan dan pembukaan hutan,” terangnya,
Rohidin mengatakan, jangan sampai anak cucu kita nanti tidak dapat melihat keindahan bunga tersebut, akibat ulah kita sendiri. “Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan menyelamatkannya,” ujarnya.
Rohidin pun mendukung terkait usulan pembuatan Peraturan Daerah [Perda] Konservasi Rafflesia yang digaungkan Komunitas Peduli Puspa Langka [KPPL] Bengkulu bersama Peneliti Rafflesia dan Amorphophallus Universitas Bengkulu.
“Sudah seharusnya, peraturan dibuat untuk menjaga hutan Bengkulu. Terlebih, habitat Rafflesia. Kita diskusikan dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Pak Agus [Peneliti Rafflesia dan Amorphopahalus],” paparnya.
Di Indonesia, 13 jenis Rafflesia yang ada, dilindungi pemerintah berdasarkan peraturan P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.
13 jenis itu adalah rafflesia raksasa [Rafflesia arnoldii], rafflesia bengkulu [Rafflesia bengkuluensis], rafflesia gadut [Rafflesia gadutensis], tindawan biring [Rafflesia hasseltii], rafflesia lawang [Rafflesia lawangensis], rafflesia Meyer [Rafflesia meijeri], rafflesia mulut kecil [Rafflesia micropylora], rafflesia Prise [Rafflesia pricei], perud kibarera [Rafflesia rochussenii], bunga patma [Rafflesia tuan-mudae], patma/kembang banyu [Rafflesia zollingeriana], patma sari [Rafflesia patma], dan rafflesia kemumu [Rafflesia kemumu].