- Untuk mencegah penyebaran dan penularan virus Corona BBKSDA NTT melakukan berbagai upaya pencegahan dengan menyediakan tempat mencuci tangan,melakukan penyemprotan desinfektan serta berbagai langkah pencegahan lainnya di lingkup kantor BBKSDA NTT.
- BBKSDA NTT juga memberikan batuan suplemen penambah daya tahan tubuh sebagai wujud bentuk dukungan kepada tenaga medis di RSUD Prof.W.Z.Johannes Kupang
- BBKSDA NTT juga membuat infografis terkait dengan penutupan Taman Wisata Alam (TWA) di wilayah NTT yang meliputi 13 TWA yang tersebar di berbagai pulau.
- Penutupan 13 TWA di segenap wilayah NTT tersebut merupakan bagian dari penutupan 56 kawasan konservasi yang terdiri dari 26 Taman Nasional (TN), 27 Taman Wisata Alam (TWA) dan 3 Suaka Margasatwa (SM) di seluruh Indonesia sejak tanggal 19 Maret 2020 hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Nusa Tenggara Timur (NTT) mendayagunakan anggarannya untuk mendukung tenaga medis pada rumah sakit Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang. Rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit rujukan penanganan pasien virus corona di NTT.
Dukungan yang diberikan adalah suplemen penambah daya tahan tubuh meliputi madu hutan sebanyak 100 botol, minyak Kala Kode atau Sirih Hutan sabanyak 25 botol dan Kacang Mete 78 bungkus.
Bantuan ini diperoleh dari pembelian hasil produksi masyarakat Kelompok Tani Hutan (KTH) binaan BBKSDA NTT yang merupakan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK).
Kepala BBKSDA NTT, Timbul Batubara dalam rilis yang diterima Mongabay Indonesia, Kamis (3/4/2020) menerangkan bahwa, bantuan yang diberikan sebagai salah satu bentuk dukungan dan support BBKSDA NTT atas perjuangan dan dedikasi para tenaga medis menangani permasalahan penyebaran COVID-19.
baca : Ritual Tolak Bala Corona di Sikka, Seperti Apa?

Tentunya jumlah ini kata Timbul, masih sangat kurang namun mereka tetap berdoa untuk para tenaga medis agar tetap sehat dalam menjalankan tugas, sebab nyawa pun mereka pertaruhkan demi kesehatan masyarakat.
Timbul menambahkan, sejak merebaknya wabah COVID-19 pada pertengahan bulan Maret 2020 lalu, BBKSDA NTT telah melakukan upaya untuk pencegahan penyebaran Covid-19 di wilayah kerja BBKSDA NTT dan provinsi NTT pada umumnya.
Meningkatnya kasus Covid-19 di Indonesia menjadi perhatian serius pemerintah termasuk Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Surat Edaran Menteri.
“Terakhir adalah Surat Edaran Menteri LHK Nomor SE.4/MENLHK-SETJEN/ ROUM/SET.1/3/2020 tanggal 31 Maret 2020 tentang Kesinambungan Pencegahan Penyebaran Corona Virus Desease 2019 (COVID-19) di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,” jelas Kasubag Humas BKSDA NTT Agustinus Djami Koreh.
Memperhatikan arahan Menteri LHK dan Maklumat Dirjen KSDAE tanggal 28 Maret 2020 maka Balai Besar KSDA NTT mendayagunakan anggarannya untuk mendukung tenaga medis pada RSUD Prof.W.Z Johannes Kupang.
baca juga : Cara Mereka Antisipasi Virus Corona agar Wilayah Tak Tertular

Tutup Taman Wisata
Timbul mengatakan pihaknya melakukan berbagai kegiatan untuk mencegah penyebaran Covid-19, seperti menetapkan jadwal piket kantor dan menerapkan bekerja dari rumah untuk sebagian besar karyawan. Juga penyediaan hand sanitizer, masker, dan tempat cuci tangan di lingkungan kantor BBKSDA NTT.
BBKSDA NTT juga jelas Timbul, melakukan penyemprotan desinfektan mandiri di kantor BBKDA NTT. penyemprotan desinfektan mandiri di rumah-rumah pegawai BBKSDA NTT. Kemudian juga membentuk Satgas Tim Waspada Darurat Covi-19 lingkup BBKSDA NTT.
“BBKSDA NTT terus berkoordinasi dengan tim gugus tugas dan call center penanganan Covid-19 lingkup wilayah provinsi, kota madya dan kabupaten di provinsi NTT, serta kepada sekretaris daerah provinsi NTT selaku ketua Satgas Penanganan Covid-19 Provinsi NTT,” tambah Timbul.
Terakhir, mencegah menyebarnya Covid-19 BBKSDA NTT jelas Timbul,telah melakukan penutupan sementara, seluruh kawasan Taman Wisata Alam (TWA) di wilayah kerjanya untuk kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara.
Penetapan tersebut telah tertuang dalam pengumuman No.PG.19/K.5/TU/HMS.0/3/2020, tanggal 20 Maret 2020, tentang Penutupan Sementara TWA lingkup wilayah kerja BBKSDA NTT.
“Kami juga membuat infografis terkait penutupan kawasan TWA ini. Kami juga membuat infografis dan video clip untuk informasi pencegahan penyebaran Covid-19,” jelasnya.

Tutup Penjualan
Ada 12 Taman Wisata Alam (TWA) di NTT yang terdiri dari TWA 17 Pulau Riung, Baumata, Gugus Pulau Teluk Maumere, Menipo, Camplong Bipolo dan Teluk Kupang. Juga ada TWA Ruteng, Pulau Rusa, Pulau Lapang, Pulau Batang dan Tuti Adagae. Lamanya waktu penutupan TWA disesuaikan dengan kebijakan pemerintah pusat.
Elisia Digma Dari salah seorang anggota Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) cabang Sikka yang juga biasa mengantar wisatawan asing berkunjung ke TWA Gugus Pulau Teluk Maumere mengaku penutupan penjualan paket wisata telah dilakukan sejak Desember 2019.
Elisia sapaannya kepada Mongabay Indonesia, Minggu (5/4/2020) menyebutkan penjualan paket wisata ke Teluk Maumere dihentikan sementara mengingat situasi gelombang dan angin kencang. Namun setelah Maret, wabah COVID-19 mulai menyebar ke seluruh dunia termasuk di Sikka dan NTT.
“Kami terpaksa melakukan penutupan paket wisata ke Gugus Pulau Teluk Maumere mengikuti anjuran pemerintah kabupaten yang menerapkan social distancing serta pembatasan kegiatan di luar rumah, ” ungkapnya.
Selain itu kata Elisia,kunjungan wisatawan dari luar negeri pun sudah tidak ada sama sekali. Penutupan penjualan ini pun dilakukan hingga batas waktu yang tidak ditentukan disesuaikan dengan himbauan pemerintah.
“Dalam situasi mewabahnya virus Corona, jangankan wisatawan asing. Wisatawan lokal saja tidak ada yang berwisata dan kita tidak tahu sampai kapan situasi ini mereda,” ungkapnya.

Kepala desa Koja Doi, Hanawi, yang desanya menjadi salah satu desa wisata terpopuler dan berada di TWA Gugus Pulau Teluk Maumere juga mengaku telah menutup semua pintu masuk bagi wisatawan ke wilayahnya.
Hanawi mengatakan penutupan diambil agar menghindari warganya tertular virus Corona dari wisatawan asing dan domestik yang datang. Dirinya mengakui,dampak penutupan membuat warga desanya kehilangan pemasukan dari wisata.
“Biasanya hampir setiap hari selalu saja ada kunjungan wisatawan asing ke Koja Doi. Merebaknya virus Corona membuat sektor wisata ambruk dan masyarakat kecil kehilangan pendapatan,” ungkapnya.