- Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) kaya dengan area karst, yang sampai saat ini belum banyak tereksplorasi.
- Di Resor Gunung Bongkok, tim eksplorasi karst Lawalata IPB telah memetakan 5 gua dan menemukan 57 titik mulut gua/aven, dolin dan lokasi air keluar. Gua Otjang merupakan satu-satunya gua yang memiliki aliran air dan lorong sempit yang berisi air (sump).
- Kawasan karst memiliki nilai hidrologi, biologi, geologi, mineralogi, klimatologi, nilai budaya, nilai sosial ekonomi dan juga rekreasi.
- Tim ekplorasi mencatat beragam biota gua yang ada, diantaranya serangga, tokek, cacing, siput hingga jenis-jenis arthropoda
Gua-gua karst yang berada di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), hingga saat ini belum banyak diteliti oleh para peneliti maupun dikenal oleh publik.
Alasan ini yang mendorong Perkumpulan Mahasiswa Pecinta Alam (Lawalata) IPB untuk melakukan eksplorasi karst di Resor Gunung Bongkok yang secara administratif berada di Kecamatan Sobang, Kabupaten Lebak, Banten. Ekspedisi ini dilakukan dari tanggal 26 September hingga 6 Oktober 2020.
Tujuan eksplorasi ini adalah untuk melakukan inventarisasi atau pendataan lokasi mulut gua, melakukan penelusuran serta pemetaan gua, serta melakukan inventarisasi biota gua yang ditemukan.
Metode inventarisasi persebaran gua ini diawali dengan cara melihat peta persebaran batuan gamping yang diperoleh dari Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Kepmen ESDM).
Berdasarkan peta tersebut, di lapangan tim mengkonfirmasi keberadaan mulut gua dengan bertanya kepada masyarakat sekitar kawasan dan kemudian memvalidasi data dengan melakukan survei pencarian gua.
Alat yang digunakan adalah GPS dan kamera sebagai perekam titik koordinat lokasi temuan gua serta tipe bentuk gua. Tim berpencar dan menyisir bukit yang diduga memiliki potensi karst dengan melihat jenis batuan atau aliran air.
Eksplorasi Potensi Karst dan Gua Gunung Bongkok
Selama eksplorasi, tim berhasil memetakan 5 gua dan menemukan 57 titik mulut gua, gua/aven, dolin dan lokasi air keluar. Lima gua yang kemudian dipetakan adalah Gua Keramat, Gua Karang, Gua Guling, Gua Otjang, dan Gua Zonke.
Titik lokasi persebaran mulut gua, gua/aven, dolin dan air tersebar di Desa Hariyang, Desa Pasir Reuih, Desa Jagaraksa, dan Desa Sobang, Kecamatan Sobang, Kebupaten Lebak, Banten.
Pemetaan gua dilakukan dengan metode maju (forward methode) dan memakai teknik bottom to top serta top to bottom. Penelusuran gua dilakukan di pagi hari dan selesai di siang atau sore hari. Faktor keselamatan tim menjadi pertimbangan utama, mengingat hujan yang umumnya datang di saat siang hingga sore hari.
Gua yang berhasil dipetakan berada di Desa Hariyang, dengan karakteristik empat gua horizontal (Gua Keramat, Gua Karang, Gua Guling, Gua Otjang) dan satu vertikal (Gua Zonke) yang berkedalaman 8 meter.
Berbeda dengan Gua Karang dan Gua Otjang yang ditemukan di sisi bukit. Mulut tiga gua, yaitu Gua Keramat, Gua Guling dan Gua Zonke semuanya berada di puncak bukit.
Lokasi Gua Keramat berada di kompleks karst Sanghiang, sedangkan Gua Guling dan Gua Zonke berada di kompleks karst Mandala. Adapun, Gua Karang dan Gua Otjang berada di kompleks Cidikit.
Gua terpanjang yang berhasil dipetakan tim adalah Gua Keramat dengan panjang lorong 200,59 meter. Gua ini adalah gua wisata yang telah dikelola oleh masyarakat Desa Hariyang. Sedangkan gua terpendek yang dipetakan adalah Gua Zonke dengan panjang lorong 10 meter. Untuk menjelajahi gua vertikal ini, teknik SRT (single rope technique) digunakan oleh anggota tim.
Istilah “Zonke” diambil karena pada awal menemukan mulut gua, ekspektasi tim terhadap gua ini adalah menemukan sebuah ornamen, biota, atau melihat keindahan gua didalamnya. Namun “sayangnya” selama penelusuran dan pemetaan tim tidak menjumpai harapan tersebut.
Gua Otjang merupakan satu-satunya gua yang memiliki aliran air dan telah berhasil dipetakan. Gua ini memiliki lorong sempit yang berisi air (sump) sehingga menjadi tantangan tersendiri ketika melewatinya. Saat melewati, posisi tubuh sang penelusur gua harus terbalik ketika melewati sump tersebut, dengan kepala dibawah dan kaki diatas.
Lorong sempit ini hanya cukup untuk dilewati oleh satu orang sehingga pergerakan pun sangat terbatas dengan kondisi lorong yang penuh dengan air.
Uniknya setelah berhasil keluar dari lorong tersebut, tim menemukan aliran air yang cukup besar layaknya air terjun atau curug, seolah-olah berada di nirwana setelah sulitnya medan yang dilalui. Namun, kondisi air yang mulai meningkat debitnya, menyebabkan tim segera keluar dari gua untuk menghindari hal-hal tak diinginkan.
Selain sump, beberapa ornamen yang ditemukan di dalam lorong gua selama penelusuran ini berlangsung antara lain yaitu flowstone (batu yang diatasnya memiliki aliran air), pilar, stalaktit, stalagmit dan gordyn.
Selain melakukan penelusuran dan pemetaan gua, tim juga mengumpulkan data inventarisasi biota gua di setiap gua yang dipetakan.
Hasil ekplorasi mencatat hampir 60 persen lebih biota yang ditemukan di dalam gua adalah jangkrik, sisanya spesies arthropoda seperti laba-laba, kalacemeti, dan kaki seribu. Di beberapa gua juga ditemukan kelelawar, tokek, cacing, bahkan siput.
Kepala BTNGS Ahmad Munawir dalam pernyataannya dalam Seminar Hasil Eksplorasi Kawasan Karst (17/10) menyebut potensi kawasan karst di TNGHS masih belum banyak dieksplorasi. Dengan demikian, kawasan karst di Gunung Bongkok adalah peluang bagi peneliti, mahasiswa dan pecinta alam untuk melakukan melakukan penelitian lebih lanjut.
Menurut Munawir, data dari tim eksplorasi ini dapat dijadikan data awal (baseline), yang kedepannya dapat digunakan dalam berbagai riset lanjutan, khususnya terkait manajemen pengelolaan potensi kawasan karst di sekitar Taman Nasional Gunung Halimun Salak.
Arzyana Sunkar, Dosen Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB, yang juga ahli ekologi karst, pun turut memberikan pandangannya. Jelasnya, batuan karst adalah sumberdaya alam yang berharga. Ia bersifat tidak terbarukan, bersifat khas akibat proses hidrologi dan berfungsi sebagai penyuplai air. Untuk membentuk bentang alam atau ekosistem karst, diperlukan waktu ratusan hingga jutaan tahun.
Kawasan karst memiliki nilai hidrologi, biologi, geologi, mineralogi, klimatologi, nilai budaya, nilai sosial ekonomi dan juga rekreasi. Penting untuk menjaga kawasan karst sebagai bentuk pelestarian ekosistem dan keanekaragaman hayati.
Demikian pula, kawasan karst di wilayah Gunung Bongkok adalah surga tersembunyi yang memiliki nilai-nilai penting untuk kehidupan makhluk hidup, baik itu manusia, tumbuhan, dan juga hewan. Untuk masyarakat sekitar, ekologi karst Gunung Bongkok pun turut berperan penting sebagai bagian penting yang menyediakan air untuk tata air di wilayah tersebut
Keberadaan kawasan karst dengan demikian perlu dijaga secara berkelanjutan.
* Ziadatunnisa Ilmi Latifa dan Beibi Widya Hutasoit, kedua penulis adalah mahasiswa IPB dan anggota Mahasiswa Pecinta Alam Lawalata IPB.
***
Foto utama: Penelusur gua dan ornamen gua di karst Gunung Bongkok. Foto: Iqbal Ishlahiddin/Lawalata IPB