- Warga di Sampang menemukan belasan sapi mati dan mengambang di Pantau Dusun Pesisir pada 14 April lalu. Ada apa?
- Dari laporan warga, katanya, ada 20 bangkai sapi mengambang, tetapi hasil pendataan Polsek Camplong dan Dinas Perikanan, Peternakan, dan Pertanian Sampang, ada 14 ekor.
- Apakah penyebab kematian sapi-sapi ini? Belum ada kepastian. Diduga ternak sapi ini terkena penyakit. Baru-baru ini atau pada Januari 2022, ditemukan kasus bovine ephemeral fever atau virus BEF menyerang sapi di Sampang.
- Dokter hewan Bilqisthi Ari Putra, peneliti Patologi Forensik di Laboratorium Patologi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Surabaya mengatakan, untuk menentukan penyebab kematian apa karena penyakit atau bukan harus otopsi dan atau nekropsi. Sebelum tahu penyebab pasti kematian, tim evakuasi atau warga tetap harus berhati-hati dengan risiko penyakit menular (zoonosis).
Belasan sapi ditemukan mati dan mengambang di pantai Dusun Pesisir, Desa Dharma, Kecamatan Camplong, Sampang, Madura, Jawa Timur, pada Kamis (14/4/22) pagi. Dalam video yang diterima Mongabay, sapi-sapi itu mengambang dengan tubuh masih utuh, namun sudah bengkak.
“ini ada sapi mati, ngambang. Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan sembilan, 10, di dekat saya ada 10 dan di ujung barat sana ada sekitar enam . Sepertinya 16 ekor semua. Lokasi Lengser. Wah, kira-kira ini milik siapa ya, kok banyak sekali yang mati?” begitu suara warga dalam video dalam bahasa Madura.
AKP Budi Nugroho, Kepala Polisi Sektor (Kapolsek) Camplong, dalam rilis kepada media mengatakan, Polsek beserta sejumlah tim dokter hewan dari Dinas Perikanan, Peternakan dan Pertanian (DPPP) Pemerintah Sampang, datang ke lokasi mengecek dan mengevakuasi belasan sapi itu.
Dari laporan warga, katanya, yang mengambang ada 20 bangkai sapi, tetapi hasil pendataan Polsek Camplong dan Dinas Perikanan, Peternakan, dan Pertanian Sampang, ada 14 ekor.
“Sapi yang mati itu ditemukan di pantai Dusun Pesisir, Desa Dharma, sekitar pukul 08.00 WIB. Sapi-sapi yang mati di pesisir pantai pertama kali ditemukan warga setempat, lalu dilaporkan ke Mapolsek Camplong,” katanya Kamis (14/4/22).
Dari hasil penyidikan dokter hewan dari dinas terkait, katanya, tidak ditemukan ada indikasi keracunan atau bekas penganiayaan.
Polisi juga berkoordinasi dengan petugas Pos Keamanan Laut Terpadu (Kamladu) Sampang mengenai kemungkinan ada kapal pengangkut sapi yang tenggelam di perairan Sampang.
“Laporan Kamla Sampang tidak ada kejadian kapal tenggelam, atau kapal pengangkut sapi yang tenggelam.”
Setelah pemeriksaan, katanya, sapi-sapi itu dievakuasi ke tepi pantai dan akan ditenggelamkan di laut. Catur Raharjo, Kepala Satuan Kepolisian dan Udara (Polairud) bilang, proses evakuasi disepakati untuk ditenggelamkan ke tengah laut.
“Rencana mau dikubur, tapi alat tidak memungkinkan. Maka kami sepakat menenggelamkan. Ini kami sedang mempersiapkan alat untuk menggiring nanti, sambi menunggu air pasang.”
Penyakit BEF?
Moh Ihsan Zain, mahasiswa pascasarjana Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mengatakan, kejadian seperti itu perlu respon serius dan ditangani langsung dinas setempat. Apalagi, katanya, penyebab kematian sapi-sapi ini belum diketahui secara pasti.
Dia duga, sapi-sapi itu terkena penyakit. “Ini perlu segera ditanggapi serius.”
Pada Januari 2022, ditemukan kasus bovine ephemeral fever atau virus BEF pada sapi di Sampang.
“BEF pada sapi merupakan penyakit yang menyerang bangsa ruminansia atau sapi, kambing, dan domba,” katanya.
Namun, katanya, sebagai tindakan preventif karena penyebab kematian belum teridentifikasi pasti, sebaiknya masyarakat berhati-hati saat melakukan penanganan pada bangkai ternak itu, seperti gunakan alat pelindung diri (APD) saat evakuasi. Hal ini, katanya, guna mengantisipasi penyakit zoonosis (dapat berpindah dari hewan ke manusia).
Dokter hewan Bilqisthi Ari Putra, peneliti Patologi Forensik di Laboratorium Patologi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Surabaya mengatakan, dari rekaman video yang dikirimkan kematian kurang dari 48 jam.
Untuk menentukan penyebab kematian apa karena penyakit atau bukan harus otopsi dan atau nekropsi. Sebelum tahu penyebab pasti kematian, tim evakuasi atau warga tetap harus berhati-hati dengan risiko penyakit menular (zoonosis).
“Sebaiknya, bila ada kejadian seperti itu, warga segera melapor ke Dinas Peternakan atau Pertanian setempat, Polsek maupun Polres. Pihak terkait segera melakukan tindakan penanganan dengan ketentuan standar. Khawatir dalam tubuh sapi ada penyakit yang dapat berisiko zoonosis,” katanya.
Khairiyah, peneliti dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, dalam jurnal berjudul “Zoonosis dan Upaya Pencegahannya (kasus Sumatera Utara)” menyebutkan, peternakan di Indonesia rentan berbagai penyakit, termasuk zoonosis. Dengan demikian, zoonosis merupakan ancaman baru bagi kesehatan manusia.
Salah satu upaya mencegah penularan penyakit zoonosis, katanya, dengan meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kepedulian masyarakat terhadap penyakit-penyakit zoonosis strategis melalui sosialisasi.
*********