- Lautan dalam adalah tempat yang gelap, namun anjing laut dapat menyelam hingga lautan dalam dan mudah menemukan mangsanya.
- Mamalia air yang berburu di perairan dalam tidak memiliki kemewahan menggunakan penglihatan untuk melihat mangsanya.
- Para ilmuwan mengungkapkan sifat kumis anjing laut yang sangat sensitif sebagai sensor, yang memungkinkan mereka untuk berburu secara efektif bahkan dalam kondisi visual yang buruk.
- Dengan menempelkan kamera ke bagian pipi anjing laut, mereka menemukan fakta bahwa anjing laut memperpanjang kumisnya untuk berburu dan menariknya manakala tak digunakan untuk memangsa
Lautan dalam adalah tempat yang sangat gelap. Tak semua hewan laut memiliki kemampuan visual untuk bisa beraktivitas seperti berburu mangsa di lautan dalam. Akan tetapi ada beberapa hewan laut yang mempunyai kemampuan istimewa itu, seperti halnya Paus bergigi yang dapat berburu di perairan gelap menggunakan biosonar aktif atau ekolokasi untuk menemukan mangsanya.
Ya, di perairan laut dalam di mana tak ada sinar matahari yang bisa mencapai, bioluminesensi, cahaya yang dibawa oleh beberapa makhluk di tubuh mereka, dapat memberikan cahaya. Tetapi cahaya dari bioluminesensi ini sangat terbatas.
Sama seperti paus bergigi, anjing laut menyelam di kedalaman juga berburu di perairan ini. Namun mereka tidak memiliki sonar aktif seperti yang dimiliki paus untuk membantu mereka berburu. Lantas dengan cara apa mereka berburu?
Menjawab teka-teki tersebut, tim peneliti multinasional telah menggunakan studi berbasis lapangan untuk lebih memahami bagaimana anjing laut menggunakan kumis mereka dalam mencari mangsa. Tim tersebut berhipotesis bahwa anjing laut mengandalkan kumis mereka untuk menemukan mangsa. Tidak seperti manusia, kebanyakan mamalia memiliki vibrissae, atau kumis wajah bergerak. Kata “vibrissae” berasal dari kata Latin vibrio yang berarti bergetar.
baca : Ratusan Anjing Laut Mati Misterius di Danau Tertua di Dunia
Taiki Adachi, peneliti di University of California, Santa Cruz, dan rekan-rekannya mulai mengkarakterisasi kegunaan kumis anjing laut selama mencari makan di laut liar, sejenis pinniped, hewan dengan sirip depan dan belakang. Untuk melakukan ini, mereka menempelkan kamera mini ke pipi anjing laut gajah dan merekam gerakan kumis mereka.
Studi sebelumnya menemukan bahwa anjing laut memanjangkan kumis mereka saat berburu atau merespons isyarat hidrodinamik. Namun itu baru studi di penangkaran. Sehingga, para peneliti mencari gerakan serupa ketika anjing laut liar mencari makanan di alam liar.
Menurut Adachi, di alam liar, anjing laut tampaknya beralih di antara dua keadaan kumis tergantung pada seberapa dalam mereka berenang atau jika mereka menemukan mangsa. Pada kedalaman yang dangkal, kumis justru ditarik. Ketika masuk lebih ke perairan lebih dalam untuk mencari makanan, anjing laut akan memperpanjang kumis mereka. Temuan ini mengungkapkan kemungkinkan anjing laut untuk mencari, mengejar, dan menangkap mangsa di laut dalam.
“Anjing laut benar-benar memanjangkan kumis ke depan mulut di laut dalam,” kata Adachi seperti dikutip Sciencedaily, Senin 25 Juli 2022.
baca juga : Kisah Sedih Laika, Anjing Pertama yang Meluncur ke Orbit Bumi
Ia menambahkan, bahkan ketika mangsanya terlihat karena proses bioluminesensi, gerakan kumis anjing laut tetap digunakan untuk mencari makan. “Temuan kami memecahkan misteri beberapa dekade tentang bagaimana anjing laut penyelaman menemukan mangsanya tanpa biosonar yang digunakan oleh paus, ini mengungkapkan adaptasi mamalia laut lain di perairan dalam yang gelap.”
Penelitian itu melengkapi studi mengenai kumis anjing laut di penangkaran. Adapun, kata Adachi, langkah selanjutnya adalah melakukan studi lapangan komparatif untuk lebih memahami bagaimana penginderaan melalui “kumis” membentuk perilaku alami pada setiap spesies mamalia di bawah lingkungan yang berbeda.
Di sisi lain, hasil kajiannya menjadi referensi penting bagi bidang ekologi sensorik pada hewan. Karena keistimewaan kumis anjing laut belum sepenuhnya terdeteksi terutama di tempat tanpa cahaya.
Ini membuat para peneliti kesulitan untuk mengetahui isyarat yang mungkin bereaksi terhadap kumis anjing laut. Akan tetapi temuan ini menambah khazanah pengetahuan tentang adaptasi cara berburu anjing laut di laut gelap.
baca juga : Suara Anjing Liar Pegunungan Papua Ini Tidak Melolong, tapi Bernyanyi
Sumber: doi.org dan sciencedaily.com