- Para ilmuwan telah menemukan lebih dari 5.000 spesies baru yang hidup di dasar laut pada Zona Clarion-Clipperton (CCZ) di Samudra Pasifik. Lokasi tersebut diidentifikasi sebagai hotspot masa depan untuk penambangan laut dalam karena daerah kaya mineral di dasar laut.
- Diperkirakan 92% spesies yang diidentifikasi dari CCZ adalah spesies baru bagi sains yang belum pernah ditemukan di wilayah lain di dunia. Total ada 436 spesies bernama dari total 5.578 yang tercatat
- Temuan ini sangat penting untuk menilai risiko kepunahan spesies sebagai akibat dari aktivitas penambangan yang akan dilakukan.
- Namun demikian, temuan ekspedisi ini hanya sebatas untuk menginformasikan dan imbauan agar aktivitas penambangan tidak sampai merusak alam.
Keanekaragaman hayati di laut sangatlah melimpah. Hingga saat ini, masih banyak spesies yang belum teridentifikasi terutama yang berada di laut dalam.
Baru-baru ini, survei yang dilakukan peneliti mengungkap ribuan spesies baru ditemukan di lokasi yang akan dijadikan pertambangan laut dalam di Zona Clarion-Clipperton, Samudera Pasifik. Kawasan yang dikenal sebagai Zona Clarion-Clipperton (CCZ) ini membentang sepanjang 6 juta kilometer dari Meksiko ke Hawaii. Kira-kira dua kali ukuran India.
Zona ini memang daerah kaya mineral. Sebagian besar spesies yang teridentifikasi oleh para peneliti adalah baru bagi ilmu pengetahuan. Mereka juga menemukan keunikan satwa semisalnya, spons karnivora dan teripang yang jarang ditemukan di habitat biasanya.
Akan tetapi, kontrak untuk eksplorasi pertambangan di CCZ telah kadung diberikan kepada 17 kontraktor pertambangan laut dalam di area seluas 745.000 mil persegi. Perusahaan-perusahaan tersebut, yang didukung oleh negara-negara termasuk Inggris, Amerika Serikat, dan Tiongkok, ingin mengeksploitasi mineral termasuk kobalt, mangan, dan nikel, sebagian untuk dijual ke sektor energi alternatif.
Pada bulan Juli mendatang, Otoritas Dasar Laut Internasional, sebuah badan dibawah Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang berbasis di Jamaika yang mengatur pertambangan laut dalam, akan mulai menerima aplikasi eksploitasi dari perusahaan-perusahaan ini.
baca : Makhluk Laut Dalam Aneh Ini Hidup di Bangkai Kapal Endurance di Antartika
Padahal dalam laporan ekspedisi yang diterbitkan dalam Jurnal Current Biology, terdapat 5.578 spesies berbeda ditemukan di CCZ. Peneliti memperkirakan 88-92 persen belum pernah terlihat sebelumnya. Atau bahkan belum ditemukan di wilayah manapun.
“Kami mencoba menelusuri lebih dalam semua keanekaragaman hayati yang menakjubkan ini. Dan kami memiliki tanggung jawab untuk memahaminya dan melindunginya,” kata Muriel Rabone, seorang ahli ekologi laut dalam di Natural History Museum (NHM), London, Inggris, seperti dikutip dari The Guardians.
Beruntung ahli biologi mampu meyakinkan perusahaan tambang. Kerja sama itu memberi peluang untuk mempelajari dan mengumpulkan spesimen dari dasar laut menggunakan kapal penelitian berikut wahana penyelaman nir-awak yang dikendalikan jarak jauh.
Wahana nir-awak itu mampu menjelajahi kegelapan dasar laut hingga kedalaman 4.000 hingga 6.000 meter. Para ilmuwan melihat berbagai spesies laut dalam melalui video dari wahana itu langsung dari kapal.
Hasilnya, cukup memuaskan. Ditemukan arthropoda seperti cacing dan spons. Spesies itu dikenal sebagai “tupai bergetah,” teripang yang tampak seperti agar-agar dengan tonjolan besar seperti ekor. Konon, hanya enam spesies yang terlihat di tempat lain di lautan.
baca juga : Ini Penemuan-penemuan di Laut Dalam Paling Menakjubkan selama 2021
Muriel Rabone kagum. Spesies yang ditemukan oleh tim risetnya memiliki bentuk unik nan cantik. Beberapa spons terlihat seperti spons mandi. Beberapa juga tampak seperti vas bunga.
“Salah satu favorit saya adalah spons kaca. Mereka memiliki duri kecil ini, dan di bawah mikroskop, mereka terlihat seperti lampu gantung kecil atau patung kecil. Cantik bukan main,” ucapnya.
Butuh Komitmen
Agaknya, penelitian dasar laut tak boleh kalah cepat dengan penambangan mineral laut dalam. Mengingat wilayah eksplorasi mereka menimbulkan “nodul polimetalik” atau endapan berukuran besar yang berpotensi merusak perairan laut dalam.
“Ada begitu banyak spesies indah di CCZ. Tentunya sangat penting bagi kita untuk mengetahui lebih banyak tentang habitat yang benar-benar belum dipelajari ini,” kata Rabone.
baca juga : Kecoak Raksasa Ini Ditemukan di Laut Dalam Indonesia
Seorang ahli biologi laut dalam NHM, Dr. Adrian Glover, yang dikutip dari The Guardians mengungkapkan bahwa dasar laut adalah tempat yang menakjubkan. Di sana bisa jadi memiliki petunjuk ihwal bagaimana evolusi bumi terjadi.
Sementara itu, berbagai ilmuwan termasuk Sir David Attenborough telah menyerukan moratorium atau larangan penambangan. Alasannya, karena kerusakan permanen yang timbul lebih besar dari keuntungan ekonominya.
Mengenai seruan moratorium itu, Glover meyakini ilmuwan berperannya dalam adalah untuk menginformasikan tentang keanekaragaman hayati laut dalam yang luar biasa sehingga penambangan harus dilakukan dengan cara yang baik untuk membatasi dampaknya terhadap alam. Karena kehidupan laut dalam masih menjadi sebuah misteri yang perlu terus dipelajari.
“Peran kami sebagai ilmuwan bukan untuk memutuskan apakah (penambangan) itu bisa dilanjutkan, melainkan untuk menyediakan data (tentang kondisi keanekaragaman hayati di laut dalam). Dalam beberapa hal saya melihatnya sangat positif bahwa kami dapat membuat peraturan sebelum penambangan dilakukan. (Dalam) industri besar lainnya, seperti minyak dan gas, peraturannya datang belakangan,” pungkas Glover.
menarik dibaca : Ekspedisi Laut Dalam Selatan Jawa, Peneliti Temukan Berbagai Spesies Tak Biasa
Sumber : cell.com/current-biology dan theguardian.com