- Sejak lama peneliti tertarik ingin mengetahui kenapa tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) menutup daunnya ketika disentuh
- Peneliti menduga putri malu menutup daunnya saat disentuh untuk mengusir serangga yang hinggap di atasnya dan mengecoh satwa pemakan tumbuhan yang hendak memakannya untuk memilih tanaman lain yang terlihat lebih segar.
- Tetapi ada tumbuhan putri malu yang tidak menutup daunnya ketika disentuh. Peneliti menduga tanaman ini punya kemampuan membedakan mana gangguan yang membahayakan dan tidak.
- Tumbuhan putri malu berhenti menutup daunnya ketika mengetahui bahwa gangguan yang berulang-ulang tidak menimbulkan dampak kerusakan yang berarti. Uniknya, tanaman ini mampu mengingat apa yang telah dipelajari sebelumnya
Perilaku tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) yang menutup daunnya telah menggelitik para peneliti sejak lama. Saat disentuh, daunnya akan bergerak menangkup. Pada malam hari putri malu juga melakukan hal yang sama. Tanaman ini seperti tertidur. Daunnya baru mekar di keesokan harinya saat matahari kembali bersinar.
Sebagian tanaman diketahui menutup daunnya saat malam hari untuk menghindari penguapan kala tidak melakukan fotosintesis. Begitupun dengan tanaman putri malu ini.
Lantas mengapa putri malu daunnya menutup saat disentuh? Salah satu hipotesa menyebutkan gerakan melipat daun itu untuk mengusir serangga yang hinggap di atasnya. Selain itu, karena tampak layu, ini bisa mengecoh satwa pemakan tumbuhan yang hendak memakannya untuk memilih tanaman lain yang terlihat lebih segar.
Memang menyenangkan mengamati perilaku unik tanaman yang berasal dari Amerika timur beriklim tropis ini. Bagi mereka yang pernah menggoda si putri malu ini pasti pernah mendapati bahwa tanaman ini kadang tidak bereaksi meski telah disentuh beberapa kaåli. Mengapa bisa begitu? Rupanya tanaman ini punya kemampuan membedakan mana gangguan yang membahayakåan dan tidak. Ini berarti tanaman putri malu bisa belajar sekaligus mengingat.
Perilaku itu cukup mengejutkan para pakar biologi karena kemampuan belajar dan mengingat mirip binatang. Untuk membuktikannya, Monica Gagliano bersama tiga koleganya dari Australia dan Italia merancang percobaan untuk melatih ingatan putri malu, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Mereka menaruh beberapa tanaman putri malu setinggi 6 hingga 8 cm dalam pot. Kemudian pot berisi tanaman putri malu itu diletakkan pada gantungan yang diberi rel. Pot lalu dijatuhkan dari ketinggian 15 cm secara berulang. Respon tanaman dilihat dengan cara mengukur lebar daun setelah dijatuhkan.
baca : Kantong Semar, Tumbuhan yang Suka Makan Serangga
Tanaman dibedakan dengan memberi perlakuan disinari cahaya redup dan terang masing-masing selama 12 jam. Tanaman juga dibiarkan dalam kondisi tanpa cahaya selama 12 jam.
Selain dijatuhkan, tanaman juga diberi tetesan air. Masing-masing satu tetes hingga enam puluh tetes dalam interval waktu yang sudah ditetapkan.
Bukan itu saja, tanaman juga digoyang-goyang dengan kecepatan 250 rpm selama 5 detik. Semua perubahan pada daun lalu diukur. Rangkaian percobaan tersebut kemudian diulang pada hari ke 28.
Hasilnya, antara lain, daun putri malu akan membuka lebih cepat pada tetesan keempat hingga keenam. Ini memperlihatkan, saat putri malu belajar bahwa tetesan air ternyata bukan bahaya, dia akan membuka daunnya lebih cepat untuk melakukan fotosintesis. Beberapa tanaman percobaan bahkan tidak menutup daun sepenuhnya setelah beberapa kali terjatuh.
Saat percobaan kembali dilakukan 28 hari kemudian respon yang diperlihatkan putri malu mengonfirmasi hasil percobaan pertama. Individu putri malu seolah mengetahui pembiasaan baru dan mengambil tindakan tertentu sebagai respon pembelajaran yang dilakukan sebelumnya.
baca juga : Kapulaga, Rempah Asli Indonesia yang Mendunia
Mengutip Sci News, mereka berhasil menunjukkan tanaman putri malu berhenti menutup daunnya ketika mengetahui bahwa gangguan yang berulang-ulang tidak menimbulkan dampak kerusakan yang berarti. Uniknya, tanaman ini mampu mengingat apa yang telah dipelajari selama beberapa minggu tadi, bahkan setelah kondisi lingkungan berubah.
“Yang mengherankan, Mimosa dapat menunjukkan respons yang dipelajari bahkan ketika tidak diganggu di lingkungan yang lebih menguntungkan selama sebulan. Perubahan perilaku yang dipelajari dalam jangka waktu yang relatif lama sebagai hasil dari pengalaman sebelumnya ini cocok dengan efek pembiasaan yang terus-menerus diamati pada banyak hewan,” tulis para peneliti dalam laporan yang diterbitkan jurnal Oecologia.
Hasil penelitian mereka mempunyai implikasi besar yang bisa mengubah cara pandang atas batasan antara tumbuhan dan binatang, termasuk definisi tentang pembelajaran.
“Tanaman mungkin tidak memiliki otak dan jaringan saraf, namun mereka memiliki jaringan sinyal berbasis kalsium yang canggih di selnya mirip dengan proses memori hewan,” jelas mereka.
Seperti dikemukakan dalam laporan itu, dulu penelitian tentang kemampuan belajar dan mengingat yang merupakan bidang psikologi banyak menyoroti perilaku manusia. Selanjutnya berkembang hingga meneliti beberapa spesies hewan juga. Namun kini bahkan mesin pun bisa melakukan hal yang sama lewat teknologi kecerdasan buatan.
Maraknya penelitian yang sama terhadap tumbuhan agaknya hanya soal waktu. Seperti diketahui, kemampuan beradaptasi dengan mengolah informasi yang didapatkan dari lingkungan merupakan cara makhluk bertahan hidup. Berarti hal yang sama seharusnya lazim ditemukan pada tumbuhan.(***)