,

Harimau Sumatera Dijerat, Dibunuh dan Dikuliti di Labuhan Batu

BALAI Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara terus  menyelidiki kasus pembantaian satwa langka diduga harimau Sumatera (Pantera tigris sumatrae) di Dusun II Desa Rombisan Kecamatan Aek Natas, Kabupaten Labuhan Batu, Sumut, pekan lalu.  Harimau ini awalnya terkena jerat di kebun, karena petugas terlambat  menyelamatkan keburu dibunuh oknum masyarakat.

Kepala BBKSDA Sumut Istanto, Rabu(28/11), mengatakan, sudah mengirim sampel daging yang didapat di lapangan ke laboratorium Eikjman Institute di Jakarta untuk tes DNA guna memastikan apakah satwa itu harimau atau macan dahan. Secara intelejen, pihaknya terus menyelidiki intensif di lapangan.

“Ada dugaan pembunuhan ini secara profesional oleh oknum masyarakat dan ada oknum polisi terlibat. Karena tidak mungkin harimau terkena jerat itu mati dengan cepat. Mereka seperti sudah terlatih.”

Menurut  informasi dari Sekretaris Desa Rombisan, Munthe, pada 20 November pagi, seorang bidan desa dan suami melintas Dusun II bersepeda motor menemukan harimau terkena jerat di kebun di atas bukit. Harimau itu mengaum keras dan meronta-ronta. Bidan desa itu ketakutan dan  segera melapor ke kampung. Jarak lokasi ke pusat kampung 30 kilometer dengan kondisi jalan berbatu dan berlumpur.

Tengah hari, harimau itu dikabarkan berhasil terlepas dari jerat dan turun ke jalan lintas desa. Namun pukul 4.00 sore harimau sudah mati ditimpa pohon dan ditombak oknum masyarakat karena takut harimau menyerang.

Sebelum itu, sekitar pukul 02.00 ada dua oknum polisi dari Polsek Aek Natas datang ke kebun.“Kami curiga, apakah harimau juga ditembak, kami mencari selongsong peluru, tapi tidak mendapatkan,” kata Istanto.

Staf Divisi Konservasi Vesswic, Zul Asfi yang ikut ke lapangan menyayangkan mereka terlambat tiba. Tim Vesswic mendapat informasi ada harimau terjerat 20 November malam dan segera berangkat ke lokasi, tiba esok pagi. Di sana mereka bergabung bersama dua anggota SPORC dan sejumlah staf dari LSM Wildlife Conservation Society (WCS), Sumatera Orangutan Conservation Program (SOCP)  dan Orangutan Information Centre (OIC).

Mereka sempat berkoordinasi dengan aparatur desa sebelum ke lokasi. “Sayang sekali, kami tidak berhasil menyelamatkan harimau itu,” kata Zul.

Tim awalnya menemukan genangan darah yang mulai kering dan ditutup serasah. Ketika menyisir kebun, mereka menemukan jerat petik jenis sling kawat, lalu onggokan isi perut seperti jantung, hati dan usus, daging serta sisa bulu harimau yang sudah dikupas. “Tak ada kepala, kulit dan tulang. Pekerjaan sangat rapi.”

Menurut Zul Asfi, para pelaku paham dan profesional tentang perburuan harimau, hingga tahu bagian tubuh apa yang berharga dijual. Vesswic mendesak BBKSDA Sumut dan aparat terkait menindaklanjuti kasus ini ke jalur hukum.

“Kasus ini jangan sampai diendapkan. BBKSDA dan Polda harus mengungkap kasus ini dan kemungkinan ada oknum aparat yang terlibat. Kami kawatir jika didiamkan akan membuka peluang orang makin berani memburu satwa yang dilindungi.”

Kebun dimana harimau terjerat berada di perbukitan dekat kawasan hutan yang bergunung tinggi. Di sana, sebagian besar kawasan hutan sudah beralih fungsi menjadi kebun sawit dan kebun rambung (karet)  serta ladang milik warga dan perusahaan. Juga marak pembalakan liar. Hutan sudah banyak terfragmentasi.

Kawasan itu, salah satu habitat harimau Sumatera di Sumut. Sebelum terkena jerat dan dibunuh, beberapa minggu terakhir  warga mengatakan ada melihat harimau berkeliaran dekat kampung dan memangsa ternak peliharaan warga seperti sapi dan kambing.

Istanto berjanji menaikkan kasus ini ke jalur hukum. “Ini peristiwa kedua harimau dibunuh. Lima tahun lalu seekor harimau juga dibunuh tak jauh dari situ.”

Tim menemukan daging harimau yang sudah dikuliti, tanpa kepala, kaki dan tangan. Foto: Zul Asfi Vesswic
Jerat yang ditemukan tim di lapangan. Foto: Zul Asfi Vesswic
Tim mengindentifikasi lokasi jerat. Foto: Zul Asfi Vesswic
Artikel yang diterbitkan oleh
, ,