,

Bunga Bangkai Raksasa Mekar di Desa Ranggitgit, Deli Serdang

Bunga bangkai atau suweg raksasa atau nama lokal dikenal dengan batang krebuit, mekar di Desa Ranggitgit, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda Hulu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut), Minggu (20/10/13).

Bunga langka berbau busuk dengan nama latin Amorpopalus titanum ini, tumbuh di dekat aliran Sungai Lau Bambu, dekat air terjun Tarunggang. Di tengah hijau daun dan pohon rimbum di sekitar air terjun, bunga raksasa ini terlihat menghiasi hutan yang perlahan mulai ditebangi dan ditanami palawija dan perkebunan.

Warga pun berbondong-bondong menyaksikan dan mengabadikan dengan kamera atau telephon seluler. Sesekali terlihat kumbang dan lalat berada di sekitar bunga yang melebar dan menjulang tinggi.

Menurut warga, bunga bangkai liar ini diketahui mulai mekar pada Minggu (20/10/13). Pada Selasa (22/10/13), berkembang sempurna. Ketinggian mencapai 1,5 meter. Pada Selasa-Rabu, masih indah dipandang, meski Rabu siang (23/10/13), perlahan mulai layu.  Dari cerita warga setempat, bunga bangkai ini mekar indah bertahan selama 48 jam.

Untuk mencapai lokasi ini, memerlukan waktu 15 menit, harus melewati bukit ditumbuhi pepohonan rimbun. Saat itu, hujan lebat dan jalan licin. Jalan harus berhati-hati agar tidak tergelincir karena banyak akar pohon dan lahan sedikit bergambut.

Bunga bangka ini sudah biasa tumbuh di Desa Ranggitgit, Kabupaten Deli Serdang, Sumut, ini. Para peneliti, mahasiswa dan warga dari berbagai daerah datang untuk meneliti maupun melihat keindahan bunga berbau busuk ini. Foto: Ayat S Karokaro
Bunga bangka ini sudah biasa tumbuh di Desa Ranggitgit, Kabupaten Deli Serdang, Sumut, ini. Para peneliti, mahasiswa dan warga dari berbagai daerah datang untuk meneliti maupun melihat keindahan bunga berbau busuk ini. Foto: Ayat S Karokaro

Adil Ginting, warga Desa Ranggitgit, mengatakan, di desa mereka setidaknya ada belasan bunga bangkai seperti ini tumbuh di dekat aliran Sungai Lau Bambu, atau di lereng bukit. Warga selalu menjaga dan menata lingkungan agar bunga bangkai terjaga dan tidak rusak atau dirusak. Tunas-tunas baru selalu muncul dan tumbuh indah menghiasi sebagian desa yang damai itu.

Selain warga sekitar dan masyarakat dari daerah lain di Sumut datang menyaksikan bunga bangkai ini mekar. Sejumlah peneliti kerap datang untuk mempelajari, baik bunga, maupun topografi dan kontur wilayah yang banyak ditumbuhi bunga langka ini.

Senada disampaikan Ferdi Sitepu, warga desa yang tinggal berpuluh tahun di Ranggitgit. Menurut dia, dalam satu tahun ini, sejumlah peneliti dari berbagai kampus di negara-negara Amerika dan Eropa, datang ke desa mereka. Mereka lebih dari 10 orang, ditambah pelajar dan mahasiswa yang ingin melihat langsung bunga bangkai ini tumbuh berkembang.

Warga menjaga bunga ini. “Kami tak mau ada kesalahan dan pemanfaatan keuntungan pribadi. Jadi kalau ada orang asing datang selalu kami temani dan awasi, cuma antisipasi.”

Sayangnya, bunga bangkai yang sering menjadi daya tarik masyarakat luas ini, tak mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Bertahun-tahun bunga ini tumbuh dan mekar, namun untuk pembudidayaan tak pernah dilakukan. “Kami berharap ada perhatian pemerintah untuk melestarikan bunga bangkai ini,” kata Sitepu.

Bunga bangkai ini merupakan tumbuhan suku talas-talasan (Araceae) endemik dari Sumatera, Indonesia, yang dikenal sebagai tumbuhan dengan bunga (majemuk) terbesar di dunia. Meskipun catatan menyebutkan kerabatnya, A. Gigas–juga endemik dari Sumatera–, dapat menghasilkan bunga setinggi lima meter.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,