, ,

Selama 2015, Sekitar 1000 Hektar Hutan Di Jabar Terbakar

Kemarau berkepanjangan yang melanda berbagai kawasan di Indonesia, memicu munculnya permasalahan seperti terjadinya kebakaran hutan.  Dampak luas pun dirasakan  masyarakat seperti cuaca ekstrim, kekeringan hingga krisis air bersih.

Untuk wilayah Jawa Barat, Kepala Bidang Konservasi Dinas Kehutanan Jawa Barat, Budi Juanda, yang ditemui di Bandung, Jumat (18/09/2015),  mengatakan kebakaran telah terjadi pada areal hutan dengan luas lebih dari 1000 hektare pada kurun Juli hingga September 2015. Meski laporan secara resmi belum ada tapi secara tentatif sudah diketahui per tertanggal 17 september lalu.

Budi mengatakan peran pemerintah hanya melakukan pencegahan melaui administrasi serta memonitoring sedangkan tugas pokok ada di pihak pengelola adalah salah satunya fungsi perlindungan hutan.

Ada beberapa lembaga yang mengelola kawasan hutan di Jabar, sesuai dengan jenis peruntukan hutannya. Untuk kawasan hutan produksi dan hutan lindung dikelola oleh Perum Perhutani, kawasan konservasi seperti cagar alam,suaka marga satwa dan taman wisata alam dikelola oleh Balai Besar KSDA, sedangkan konservasi dan pelestarian dikelola oleh balai taman nasional. Keseluruhan kegiatan pengelolaan ada di bawah pengawasan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

“Ada 12 lokasi pokok terjadinya kebakaran di Jawa Barat kebanyakan di hutan konservasi, hutan rakyat, ada juga di taman hutan raya  (tahura) Gunung Kunci Sumedang, cagar alam serta hutan produksi juga terkena cuma sedikit, itu informasi yang baru sampai ke kita saat ini” tutur Budi.

Ia melanjutkan kawasan cagar alam yang terbakar ada di Gunung Guntur, Papandayan, Burangrang,  Suka Wayana Sukabumi dan Bojong Larang Jayanti Cianjur. Kasus kebakaran di cagar alam tersebut berada dekat puncak berketinggian 2000 meter diatas permukaan laut (mdpl).

Budi memprediksi penyebab utama kebakaran adalah faktor alamiah yaitu kekeringan dan cuaca ekstrim, bukan karena kelalaian manusia.

“ Pemicunya bisa terjadi mungkin karena adanya geseken secara alami dari adanya bahan bakar seperti semak belukar kemudian ketersedian oksigen memadai dan timbulnya api, itu segitiga pemicu kebakaran. Yang belum diketahui pemicu muculnya api berupa bara atau apa,” ucapnya.

Kebakaran yang terjadi di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), Jawa Barat, yang telah terjadi selama sepekan ini. Api sulit dipadamkan karena titik api muncul di ketinggian 2000 mdpl yang menyulitkan upaya pemadaman, selain kurangnya petugas dan air untuk memadamkan. Foto : TNGC
Kebakaran yang terjadi di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), Jawa Barat, yang telah terjadi selama sepekan ini. Api sulit dipadamkan karena titik api muncul di ketinggian 2000 mdpl yang menyulitkan upaya pemadaman, selain kurangnya petugas dan air untuk memadamkan. Foto : TNGC

Ia menuturkan konsentrasi pihak pengelola sendiri masih terarah pada pemadaman api, dan belum bisa menghitung luasan yang terbakar dan penyebab kebakaran. Sampai Kamis (17/09/2017), terus dilakukan pemadaman dan pencegahan meluasnya kebakaran.

Ia menjelaskan masih ada bara api di lokasi kebakaran, yang hanya bisa dipadamkan dengan air. Namun, sulit membawa air ke lokasi kebakaran dengan ketinggian tersebut, sehingga pihaknya tidak dapat memastikan semua titik api bakal padam sebelum musim hujan tiba.

Setiap Tahun Terbakar

Dari data yang dihimpun Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat tercatat ada 866.322 hektare luas hutan yang terbakar di 10 kawasan konservasi sepanjang tahun 2015. Dan luasan masih bisa bertambah karena data masih bersifat tentatif.

Kepala Seksi Perlindungan dan Pengawasan Balai Besar KSDA Jawa Barat, Fikri M. Siroja mengatakan pihaknya belum bisa menargetkan api padam dengan kurun waktu ditentukan. ” Kondisi dilapangan dan  faktor cuaca juga mempengaruhi tim pemadam yang bertugas memadamkan api. Namun, target kita ingin cepat selesai dan kemudian langkah selanjutnya pasca kebakaran bisa dilakukan,” ucapnya.

Hampir setiap tahun terjadi kebakaran di 10 kawasan konservasi di Jabar yaitu Suaka Margasatwa Cikepuh, Gunung Pancar, Cagar Alam Kamojang, Taman Wisata Alam Papandayan, Bojong Larang Jayanti, Cagar Alam Burangrang, Cagar Alam Suaka Wayana dan Taman Wisata Alam Guntur.

Sedangkan untuk tahun 2014, data BBKSDA Jabar menyebutkan telah terjadi kebakaran di kawasan konservasi seluas 303.57 hektare, dengan langganan kebakaran di SM Cikepuh dan Wisata Taman Alam Guntur, Garut.

Sedangkan dalam 5 tahun terakhir,  luas kebakaran hutan pada 2015 dua kali lipat dari 2014. Pada 2014, kebakaran terparah terjadi di Cagar Alam Kamojang, Garut seluas 200 hektar.

Sedangkan Koordinator Kebakaran Api Kawasan Konservasi dan Hutan, BBKSDA Jabar, Didik Sujianto memprediksi penyebab kebakaran karena aktivitas manusia, bukan karena faktor alam.

“Dugaan sementara pemicu kebakaran di Jawa yang disebabkan karena faktor alam, bisa jadi petir atau gunung meletus. Tetapi kan tidak terjadi petir ataupun gunung meletus. Kecuali di luar Jawa karena banyak lahan gambut, dimana jika cuaca sangat tinggi bisa memicu awal terjadinya kebakaran,” katanya.

Dia melihat adanya pola kecenderungan kawasan hutan yang sering terbakar, merupakan daerah dengan aktivitas masyarakat, seperti di sepanjang pantai Cekepuh Sukabumi, yang sering menjadi tempat pemancingan.

Di tempat tersebut, pengunjung ada yang merokok secara dan membuang puntungnya sembarangan, yang bisa menyebabkan kebakaran.

BBKSDA Jabar sendiri membagi tim penanganan menjadi dua yaitu tim pemadaman kebakaran dan tim evaluasi kebakaran dengan output data dan peta kebakaran.

‘Selanjutnya kita akan ajukan pemulihan ekosistem ke pemerintah pusat (KLHK). Kemungkinan musim hujan tahun depan sudah mulai pemulihan kembali ekosistem kembali” kata Didik.

Sejauh ini, BBKSDA Jabar menyatakan belum ada hewan dilindungi yang menadi korban kebakaran di kawasan konservasi. Ada beberapa spesies yang hidup di kawasan konservasi dan dilindungi di wilayah Jabar yaitu macan tutul, macan dahan, macan kumbang, owa jawa, elang jawa, elang ular bido, dan surili.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , , , , , , , , ,