Panjang Capai 4 Meter, Akhirnya Pemilik Serahkan Buaya Muara ke BKSDA

Awalnya Firman, enggan menyerahkan buaya muara, yang sudah dipelihara sekitar 13 tahunan itu ke Balai Konservasi Sumberdaya Alam Sumatera Utara (BKSDA-Sumut). Apa daya, buaya makin besar, panjang sudah mencapai empat meter. Akhirnya, warga Kelurahan Nangka, Binjai Utara, Binjai ini menyerahkan sukarela buaya peliharaannya itu. Senin (17/10/16), BKSDA datang mengevakuasi satwa ini dari kolam berpagar di belakang rumah Firman.

Herbert Aritonang, Kepala Seksi BKSDA Wilayah II Stabat, BBKSDA Sumut, mengatakan, Firman persuasif dan memperbolehkan binatang peliharaan disita.

Sebelum evakuasi, pemilik diperiksa, ternyata Firman tak tahu kalau buaya muara satwa dilindungi UU. Herbert dan tim memberitahukan Firman kalau buaya muara masuk satwa lindung dan bagi pemelihara, pemburu atau penjual bisa kena hukuman.

Proses evakuasi buaya muara dari rumah warga di Binjai. Foto: Ayat S Karokaro
Proses evakuasi buaya muara dari rumah warga di Binjai. Foto: Ayat S Karokaro

Karena penyerahan sukarela, kata Herbert, BKSDA hanya memeriksa dan memintai keterangan baru evakuasi.

“Karena pemilik tak tahu kalau satwa dilindungi, kita hanya memintai keterangan. Warga sekitar juga kita beritahu kalau satwa ini tak boleh dipelihara,” katanya.

Kala proses evakuasi, BKSDA sedikit mengalami kesulitan, karena berat badan dan ukuran buaya sudah empat meter. BKSDA memanggil pawang buaya. Dengan pakai tali, mulut buaya diikat, lalu menarik ke daratan untuk masuk mobil BKSDA.

Dari pantau proses evakuasi, buaya muara tampak melakukan perlawanan saat akan ditarik ke darat. Empat orang belum mampu membawa naik dari kolam. Meskipun, setelah cukup lama, buaya berhasil ditarik, kedua kaki pun diikat. Mulut buaya juga diikat dan ditutup karung goni.  Setelah itu, baru naik ke mobil dan dibawa ke pusat penangkaran buaya di Asam Kumbang, Medan.

Buaya muara di dalam kolam. Awalnya, hanya sepanjang satu meter. Dengan bertambah usia, kini sudah empat meter. Pemilik pun kewalahan dan akhirnya menyerahkan ke BKSDA. Foto: Ayat S Karokaro
Buaya muara di dalam kolam. Awalnya, hanya sepanjang satu meter. Dengan bertambah usia, kini sudah empat meter. Pemilik pun kewalahan dan akhirnya menyerahkan ke BKSDA. Foto: Ayat S Karokaro

Menurut Herbert, di Asam Kumbang, buaya muara ini akan menjalani karantina dan rehabilitasi.  Fokus utama, mengembalikan sifat liar sambil menilai apakah layak rilis ke alam atau tidak. Mengingat sudah 13 tahunan dalam ‘kadang’ maka sulit buaya bisa rilis dalam waktu dekat.

Mengapa di Asam Kumbang? Menurut Herbert, area ini, pengelola sudah berpengalaman dalam merawat berbagai jenis buaya. Terpenting, pemberian makanan layak.  “Itu sangat perlu dijaga agar satwa ini tak mati dan kekurangan gizi.”

Sebelum masuk kandang karantina, tampak tim medis dan petugas BKSDA memeriksa kesehatan si buaya. Pengukuran panjang dan berat badan dilakukan. “Kita akan pantau kesehatannya.”

Buaya muara dengan panjang epat meter. Foto: Ayat S Karokaro
Buaya muara dengan panjang epat meter. Foto: Ayat S Karokaro

Firman menceritakan, sudah memelihara satwa dilindungi ini sejak 2003. Buaya ini dari seorang sahabat di Rantau Parapat. Awalnya, buaya sepasang, sang betina mati karena tak cocok hidup di di kolam.

Awal memelihara, buaya hanya satu meter. Dengan pertambahan usia, buaya makin berat dan panjang. Firman bilang, dulu buaya makanan bangkai seekor ayam atau bebek setiap hari. Sekarang, dia harus memberi dua hingga tiga ekor ayam dan bebek. Karena sudah membutuhkan biaya cukup banyak, Firman menyerah. Dia pernah berniat menjual, tetapi tak ada yang mau.

Setiap hari,  banyak warga datang melihat buaya dalam kolam kecil milik Firman ini. Dia sempat khawatir jika anak-anak datang terjatuh ke kolam berisi buaya ini.

Diapun membuat pagar besi mengelilingi kolam. Sebagai peringatan, dia membuat tulisan agar berhati-hati agar tak jatuh ke kolam berisi buaya muara.

“Aku sempat takut kalau anak-anak datang melihat buaya ini. Panjang terus bertambah, jadi aku tanya kawan-kawan, disarankan serahkan ke BKSDA. Jadi kulakukan. Gak tahu rupanya buaya ini dilindungi, ” ucap Firman.

Bik Iyah, tetangga Firman, bilang, pemilik mengutip biaya bagi yang mau melihat. Pengunjung juga diminta membawa daging makanan buaya.

Buaya muara peliharaan warga Binjai, kala proses evakuasi. Foto: Ayat S Karokaro
Buaya muara peliharaan warga Binjai, kala proses evakuasi. Foto: Ayat S Karokaro
Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,