Wayang Samudra Ajak Rasakan Pencemaran Laut

Sih Agung Prasetya, dalang wayang kulit ini masuk ke arena penonton membawa alat pancing. Kemudian berkeliling arena sambil memperkenalkan tokoh-tokoh wayangnya, ada ikan kerapu macan, baronang, penyu, makarel, dan lainnya. Seniman gamelan Bali mengiringi dalang wayang kulit Jawa ini. Sebuah akulturasi seni konservasi.

Tak seperti pertunjukan wayang biasa, ia berkeliling menghampiri wayang yang ditaruh dekat penonton. “Bukan zamannya duduk diam, 15 tahun lagi laut kita akan rusak kalau hanya diam,” serunya. Agung dengan lincah memberikan roh pada biota-biota laut itu.

Kemudian kembali ke panggung dalang memainkan wayang Dewa Baruna pelindung laut. Sampai di babak akhir pertunjukan, sang dalang memancing ikan besar yang penuh plastik dan botol. Ikan besar bersisik ini diperankan Sujono, seniman instalasi, salah satu inisiator Komunitas Lima Gunung di Magelang, Jawa Tengah. Sujono membuat dan mengenakan kostum ikan yang cukup berat sampai membuatnya terengah-engah dan bercucur keringat.

Si ikan menggelepar-gelepar marah karena sekujur tubuhnya tertutup sampah. Agung dengan cekatan meminta penonton ikut membersihkan plastik dan botol agar si ikan tenang. “Manusia kalah tua dari ikan, ayo bersihkan plastiknya,” ajak sang dalang. Sejumlah pihak dipanggil untuk mencabuti plastik di kepala dan sisik ikan. Ia juga mengingatkan selain sampah dan penangkapan massal, reklamasi bisa merusak ekosistem laut.

Wayang Samudra hendak mengajak diskusi ancaman laut seperti pengambilan ikan yang tak ramah, pembangunan wilayah pesisir yang tak terencana serta polusi. Kemudian berembug cari solusi untuk menumbuhkan kesadaran masalah-masalah kelautan dan pelestariannya.

Coral Triangle Center (CTC) mengajak Komunitas Lima Gunung menciptakan satu set wayang kulit ini. Bertajuk Warung Samudera mempersonifikasikan kehidupan biota laut dan menyelami masalah ekosistem terumbu karang. Konsepnya dari rukti (menjaga), mina (ikan), dan jaadri (samudra).

Tiap tahun, komunitas ini menghelat pertunjukan seni di kawasan pegunungan Jawa Tengah membawa pesan kearifan lokal. Sujono lahir di Magelang 1970, Seniman kontemporer, instalasi yang saat ini tertarik berkesenian di isu konservasi lingkungan di Sanggar Saujana, Magelang.

Sujono, seniman instalasi, salah satu inisiator Komunitas Lima Gunung di Magelang, Jawa Tengah. Ia membuat dan mengenakan kostum ikan yang terjebak sampah plastik dan botol. Foto Luh De Suriyani
Sujono, seniman instalasi, salah satu inisiator Komunitas Lima Gunung di Magelang, Jawa Tengah. Ia membuat dan mengenakan kostum ikan yang terjebak sampah plastik dan botol. Foto Luh De Suriyani

Sih Agung Prasetya, belajar wayang Jawa klasik saat kuliah di Universitas Negeri Jogja. Bergabung di komunitas Lima Gunung pada 2011. Ia mengembangkan wayang Serangga dan Samudra.

CTC, lembaga konservasi internasional ini dalam sebuah charity dinner 15 Oktober lalu di Denpasar juga mempresentasikan rencana pembangunan pusat edukasi konservasi laut di area Sanur. Fasilitas ini akan memperlihatkan sejumlah fasilitas edukasi dan kampanye untuk keterlibatan konservasi laut dan rencananya diluncurkan pada 2018. Ditargetkan menjangkau 1,5 juta orang dalam 5 tahun pertama operasionalnya.

Alat peraga dan informasi direncanakan interaktif melibatkan konteks budaya dan ilmu pengetahuan. Misalnya ada simulasi SOS from the Deep, permainan yang mendorong adrenalin bagaimana bisa bekerja sama keluar dari sebuah ruangan dengan petunjuk-petunjuk terkait konservasi.

The Hub, istilah tempat ini disebut ditargetkan dikunjungi 100 ribu orang dan 2500 peserta pelatihan per tahunnya.

Sejumlah permainan edukatif juga dibuat seperti game menggunakan kartu bertajuk Aquatico bekerja sama dengan komunitas Kumara dari Bandung. Tiap kartu berisi gambar flora dan fauna serta lingkungan sekitarnya dengan petunjuk tantangan.

Marthen Welly dari CTC mengajak para donatur bermain tebak panjang ikan (fish length) sebagai bagian dari mengukur biomassa ikan dan jumlah ikan dalam laut. Untuk menguji apakah marine protection area (MPA) atau kawasan konservasi perairan berdampak pada jumlah ikan. “Jika menurun, MPA tak efektif,” ujarnya.

Untuk melibatkan orang dalam penghitungan jumlah ikan, para donatur diminta menebak panjang sejumlah ikan dalam gambar, misalnya kerapu atau grouper, napoleon, dan bumphead parrotish. Mereka menulis hasil tebakan di selembar kertas dan yang berhasil mendapat sejumlah hadiah dari sponsor. Tiap ikan dijelaskan statusnya apakah diambang kepunahan atau dilindungi terbatas.

Suasana pesisir Sanur dengan latar belakang gunung Agung di Bali Timur. Laut memberi makanan dan tempat rekreasi. Foto Luh De Suriyani
Suasana pesisir Sanur dengan latar belakang gunung Agung di Bali Timur. Laut memberi makanan dan tempat rekreasi. Foto Luh De Suriyani

Setelah itu Nyoman Karyawan Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) KKP Nusa Penida yang menjadi pengelola kawasan konservasi di perairan Kabupaten Klungkung, Bali ini menjelaskan salah satu cara monitoring dari upaya penangkapan ikan tak bertanggung jawab adalah dengan patroli bersama. Tahun ini, ia menyebut ada 3 kasus penangkapan misalnya menggunakan kompresor untuk meracun ikan hias dan menangkap ikan di zona terlarang. Kasus terakhir adalah vandalism di terumbu karang oleh sejumlah wisatawan asing yang sedang menyelam.

“Ada yang ketika ditangkap lari, boat mereka besar. Kita kecil tak bisa kejar saat ombak besar,” keluh Karyawan. Anggaran pemerintah untuk patroli laut ini hanya untuk tiga kali dalam setahun, sisanya disokong CTC.

KKP Nusa Penida berada di lebih 20 ribu hektar laut, diyakini melingkupi 296 jenis coral dan lebih dari 570 jenis ikan. Pembagian zonasinya terdiri dari zona inti yang melarang pengambilan ikan dan kegiatan ekstraktif lainnya. Lalu zona perikanan tradisional khusus untuk warga lokal dan konsumsi. Kemudian zona wisata laut dan pemanfaatan khusus seperti untuk snorkeling dan diving tapi tertutup untuk memancing.

Ada zona suci yang digunakan untuk ritual dan peribadatan, biasanya dekat pura. Zona pertanian rumput laut dan pelabuhan.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,