Miris.. Orang Ini Unggah Foto dan Makan Hasil Berburu Penyu

Aksi perburuan penyu kembali terjadi. Seorang pemilik akun facebook bernama Van Watung, mengunggah foto dengan gaya menenteng 2 ekor penyu. Seekor berjenis penyu hijau (Chelonia mydas). Satunya lagi penyu sisik (Eretmochelys imbricata).

Dalam foto itu, Van Watung menggunakan baju dan celana loreng. Ia tersenyum sambil menampilkan barisan giginya yang putih. Sebentar lagi taringnya akan mencabik daging penyu.

“Hasil takapan… Mkng Ikang tuturuga has makanan Maluku,” demikian dituliskannya dalam keterangan foto. Kalimat tersebut berarti, “Hasil tangkapan. Makan penyu, makanan khas Maluku.”

Foto itu dalam waktu singkat memancing respon netizen. Banyak yang mengecam, men-screencap dan menyebarluaskannya.

Salah satunya netizen bernama Nova Bwox, berkomentar panjang-lebar menjelaskan soal konservasi dan perlindungan hukum terhadap penyu. Nova menyebut PP No.7 tahun 1999 yang mengatur perlindungan 6 jenis penyu di Indonesia.

Di samping itu, Nova menambahkan pasal 21 ayat 2, serta pasal 40 ayat 2 UU 5 tahun 1990 tentang larangan dan sanksi bagi pemburu, pedagang serta pemelihara satwa liar dilindungi.

“Selamat buat manusia terhormat dan yang paling gagah, yaitu Van Watung, semoga anda berhak dipenjara dan didenda. Sekali lagi selamat,” demikian dituliskan Nova Bwox.

Dari 7 jenis penyu di dunia, memang 6 di antaranya terdapat di Indonesia. Jenis-jenis tersebut adalah penyu tempayan (Caretta caretta), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu lekang (Lepidochelys olivacea) dan penyu pipih (Natator depressus).

Dua penyu dalam foto yang diunggah Van Watung adalah jenis penyu hijau dan penyu sisik. Populasi penyu hijau, sesuai kategoriasi IUCN redlist, berada pada status endangered  (terancam). Sementara, penyu sisik, dikategorikan critically endangered (terancam punah).

Keterancaman populasi penyu disebabkan berbagai faktor. Misalnya, dari ratusan telur, hanya belasan tukik yang berhasil sampai ke laut dan tumbuh dewasa. Belum lagi ancaman predator alami seperti kepiting, burung serta ikan-ikan besar.

Dan, dari foto yang diunggah Van Watung, kita tahu, penurunan populasi penyu juga disebabkan oleh kunyahan gigi manusia.

Screenshoot akun facebook bernama Van Watung, yang mengunggah foto dengan gaya menenteng 2 ekor penyu. Seekor berjenis penyu hijau (Chelonia mydas) dan seekor penyu sisik (Eretmochelys imbricata) dengan keterangan foto “Hasil takapan… Mkng Ikang tuturuga has makanan Maluku,” . Sumber : facebook

Padahal, konsumsi daging dan telur penyu bisa berdampak penyakit. Seperti dikatakan Dwi Suprapti, Marine Species Conservation Coordinator WWF, “Di dalam bagian tubuh penyu, terdapat sejumlah kandungan seperti DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroethane), Polutant Organic Persisten (POPs), polychlorinated biphenyl (PCB) serta kadar kolesterol yang tinggi.”

DDT atau pestisida sintetis, bisa membuat jantung tidak berfungsi menawarkan racun, gangguan jaringan syaraf dengan gejala kelelahan, kejang, potensi lumpuh dan bisa menyebabkan kanker.

Kandungan senyawa POPs dalam telur penyu tak kalah mengerikan. Konsumen, kata Dwi, bisa terkena penyakit seperti kanker, liver, kerusakan sistem syaraf dan gangguan hormon endokrin.

Di telur penyu juga terdapat senyawa PCB. Sejak tahun 1979 kongres AS telah menetapkan PCB sebagai senyawa terlarang karena disebut-sebut bertanggungjawab atas kasus cacat lahir dan berbagai jenis kanker.

“Kadar kolestrol yang tinggi dalam telur penyu berpotensi pula meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke, menyumbat pembuluh darah di sekitar alat vital pria, serta meningkatkan risiko terjadinya impotensi di kemudian hari,” papar Dwi Suprapti ketika dihubungi Mongabay.

Tangkap di Maluku Utara, Makan di Manado

Berdasarkan informasi yang diperoleh Mongabay-Indonesia, Van Watung mendokumentasikan foto tersebut di Maluku Utara.  Bukan Maluku, seperti yang dituliskannya pada keterangan foto.

Kedua wilayah tadi adalah dua provinsi berbeda. Pusat administrasi provinsi Maluku terletak di kota Ambon. Sementara, Maluku Utara berpusat di Sofifi.

Penyu hijau (Chelonia mydas) yang ditemui Pulau Derawan, Kaltim. Meski bertelur ratusan, tapi hanya belasan tukik yang bertahan sampai dewasa. Foto Wisuda

Ekawaty Ka’aba, koordinator Profauna Maluku Utara, segera menelusuri informasi begitu mengetahui kabar tersebut. Kuat dugaan, pelaku mengabadikan momen itu pada tanggal 27 Januari 2017. Lokasinya di Desa Gane Dalam, Kabupaten Halmahera Selatan. Foto baru diunggah di media sosial pada tanggal 30 Januari 2017 di kota Ternate.

Informasi lain menyebut, daging penyu itu akan dibawa ke Manado. Sebab, pada senin malam (30/01/2017) waktu setempat, Van Watung sudah meninggalkan Ternate menggunakan kapal Ferry. Jika benar demikian, seharusnya dia tiba di Manado atau Bitung pada Selasa (31/01/2017) malam.

Berbekal kabar itu, pengurus Profauna wilayah Maluku Utara telah dan akan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, misalnya KSDA wilayah Ternate, aktivis lingkungan di Sulawesi Utara, PT ASDP Indonesia Ferry serta TNI.

“Dalam waktu dekat, Profauna Maluku Utara akan mencoba melakukan sosialisasi masalah perlindungan satwa liar ini ke jajaran PT ASDP dan TNI, karena sangat penting ada upaya pencegahan,” kata dia.

Dugaan bahwa daging penyu akan dibawa ke wilayah Sulawesi Utara, juga didasari pernyataan pelaku di akun facebooknya. Ketika membalas komentar di foto tersebut, Van Watung sempat mengatakan akan membersihkan sisik dan menjemur bagian tertentu dari tubuh penyu.

“Tadinya bawa ransel, sekarang sudah bawa 2 dus. Barangkali, dia membawa penyu itu setelah dia keringkan,” terang Eka sesuai informasi yang diperolehnya.

penyu sisik hidup diantara terumbu karang. Foto : Arkive.org

Ia juga membantah argumentasi Van Watung yang menyebut konsumsi penyu adalah khas Maluku Utara. Sepengetahuannya, tak ada tradisi konsumsi daging penyu di wilayah itu. Ancaman terhadap penyu hadir karena perdagangan telur untuk dikonsumsi.

“Sejak saya aktif di Profauna, saya tidak pernah lihat masyarakat di sini konsumsi daging penyu. Ancaman justru karena perdagangan telur untuk dikonsumsi,” terangnya.

Di pelabuhan Bitung, Selasa malam (31/1/2017), sejumlah pihak telah berjaga. Mereka adalah aparat BKSDA Sulut, Gakkum Seksi III Manado dan PPS Tasikoki. Seharusnya, pukul 20.00 waktu setempat, Van Watung tiba di pelabuhan Bitung.

Namun, selama beberapa jam ditunggu, orang yang ditunggu tak kunjung datang. Aparat memperkirakan, Van Watung menggunakan kapal lain. Besar kemungkinan ia turun di pelabuhan Manado.

William Tengker, kepala seksi Gakkum Wilayah Manado, berjanji akan berusaha maksimal untuk menuntaskan kasus ini. Meski tak berhasil menemukan pelaku, namun dia mengapresiasi inisiatif pihak-pihak di lapangan.

“Saya yakin, petugas dari PPS Tasikoki, BKSDA Sulut dan Gakkum sudah (berusaha) maksimal. Upaya mereka patut diapresiasi,” ujar William Tengker ketika dihubungi Mongabay.

“Besok, pihak kami, akan melakukan evaluasi. Intinya, kami akan berusaha dengan maksimal untuk menuntaskan masalah ini.”

Saat ini, foto tersebut sudah dihapus pemilik akun facebook. Mongabay-Indonesia sempat menghubungi Van Watung melalui pesan facebook, namun hingga berita ini ditulis, belum ada tanggapan balik.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , ,