Pemanfaatan berbagai sumber energi alternatif ramah lingkungan kini semakin menunjukkan ke arah perkembangan positif di Indonesia. Setelah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara yang bekerjasama dengan Greenpeace memanfaatkan sumber-sumber energi terbarukan untuk menyuplai energi listrik di tujuh komunitas adat di nusantara, kini perusahaan minyak berplat merah, Pertamina akan mengembangkan energi listrik berbasis sampah di Bantargebang, Bekasi Jawa Barat.
Rencana Pertamina memanfaatkan energi sampah menjadi energi listrik ini akan direalisasikan dalam sebuah proyek senilai 180 juta dollar di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu di Bantargebang yang setiap hari menerima tak kurang dari 2000 ton sampah.
Dalam keterangan tertulis mereka, Pertamina menjelaskan bahwa proyek ini adalah proyek berteknologi ramah lingkungan yang sangat efisien. “Hal “Ini membuktikan Pertamina tidak hanya fokus pada pengelolaan bisnis migas, melainkan sebagai perusahaan energi terintegrasi juga mengelola sumber-sumber energi baru dan terbarukan,” kata Direktur Gas Pertamina Hari Karyuliarto dalam keterangan tertulisnya.
Proses pengolahan sampah ini juga sangat aman bagi masyarakat sekitar, karena tidak menyisakan limbah, alias zero waste. Diharapkan dengan adanya proyek yang bisa membangkitkan listrik hingga 120 megawatt ini, harga pembelian listrik bisa ditekan.
Saat ini, harga pembelian listrik (feed in tariff) dari sampah kota tanpa sisa sampah (zero waste) Rp 1.050 per kWh, sementara model pembangkit sampah yang masih menyisakan sampah (landfill) menjadi Rp 850 per kWh. Menteri ESDM Jero Wacik mengatakan, pemerintah akan menaikkan harga pembelian listrik dari PLTSa ke kisaran US$ 12 sen per kWh sampai US$ 15 sen per kWh.
Langkah selanjutnya, pihak Pertamina akan melakukan perjanjian kerjasama yang lebih konkrit pada awal Desember 2012 mendatang dengan PT Godang Tuajaya yang menjadi pengelola Tempat Pembuangan Sampah Bantar Gebang. Awal 2014 mendatang, diharapkan proyek ini bisa berjalan dan beroperasi penuh.