Sebuah investigasi yang digelar oleh Friends of the Earth mengungkapkan bahwa dua perusahaan produsen telepon cerdas (smartphone) dunia, Samsung dan Apple masih menggunakan bahan timah yang diambil dari Pulau Bangka, Indonesia.
Dalam laporan ini ditunjukkan bahwa penambangan timah telah menyebabkan kehancuran hutan, tanah pertanian, merusak terumbu karang, dan merugikan warga masyarakat.
Selain itu disebutkan juga bahwa pertambangan timah telah merusak ekologi dan menghancurkan lebih dari setengah pulau Bangka sejak beberapa dekade terakhir.
“Pertambangan timah sudah merusak 65% hutan di Pulau Bangka dan lebih dari 70% terumbu karang di sekitar Pulau Bangka. Selain itu, limabelas sungai kini terkontaminasi oleh limbah penambangan timah dan akses ke air bersih kian menjadi masalah bagi lebih dari setengah populasi di Pulau Bangka. Dan pertambangan di Pulau Bangka itu sangat berbahaya: sejak awal tahun 2012, lebih dari 60 orang tewas di pertambangan, sebagian besar akibat terkubur atau terjebak di bawah air,” ungkap Pius Ginting, Manajer Kampanye untuk Friends of Earth Indonesia dan Manajer Kampanye Tambang dan Energi Walhi Indonesia.
Hal serupa juga ditemukan dalam investigasi yang dilakukan oleh BusinessWeek terkait penambangan timah di Pulau Bangka. Dalam penyelidikan tersebut terungkap bahwa memang benar PT Timah, yang merupakan Badan Usaha Milik Negara menjadi pemasok bahan pembuat telepon cerdas untuk Samsung, sama seperti produsen patri Chernan dan Shenmao, yang menjadi pemasok untuk Foxconn (yang membuat berbagai produk Apple). Chernan juga memasok untuk Samsung, Sony dan LG.
Jadi mungkin saja komputer tablet, atau telepon genggam yang anda pegang saat ini memiliki kandungan timah dari Pulau Bangka, yang dihasilkan para buruh tambang bergaji sekitar 60 ribu rupiah per hari, dari bisnis yang menghasilkan 42 juta poundsterling (sekitar 630 miliar rupiah) bagi negara mereka tercinta setiap tahun.
Bangka dan Belitung adalah penghasil sekitar 90% timah Indonesia, dan Indonesia sendiri adalah eksportir timah kedua terbesar dunia.
Pertambangan timah di Indonesia, sudah dimulai sejak awal abad ke-19. Saat itu salah satu tujuan penambangan yang dilakukan oleh kuli lokal dan kuli pendatang dari Cina adalah mengumpulkan timah sebanyak mungkin untuk digunakan sebagai campuran untuk aluminium, bahan penghantar listrik, dan pelat timah. Kini, setelah ratusan tahun berjalan, penambangan timah di Bangka tidak banyak berubah, namun kini mereka memasok bisnis yang berbeda, utamanya untuk memenuhi bahan pembuat telepon dan berbagai peralatan elektronik lainnya.
Mengapa penyelidikan ini menyasar Samsung dan Apple? Dalam laporan ini diungkap bahwa Samsung adalah telepon dengan pasar terbesar di Eropa. Di tahun 2011 saja, mereka menjual 95 juta telepon cerdas, atau seperlima dari pasar telepon ceerdas dunia. Dalam proses pembuatan laporan investigasi ini, penyelidik dari Friends of the Earth telah menanyai pihak Samsung apakah mereka sadar dan tahu bahwa salah satu materi yang digunakan dalam komputer tablet dan telepon cerdas mereka berasal dari penambangan timah di Pulau Bangka yang merusak ekosistem setempat, dan pihak perusahaan tidak memberikan jawaban menolak atau mengiyakan hal tersebut.
Sementara Apple adalah produsen berbagai produk yang sangat dikenal di dunia sepeti iMac, iPad dan iPhone. Perusahaan yang berbasis di California ini telah mencapai nilai 623 juta dollar Amerika Serikat di pasar saham pada bulan Agustus 2012, dan menjadi yang terbesar dalam sejarah AS.
Saat ditanyakan keterkaitan mereka dengan penambangan timah di Pulau Bangka pada bulan Agustus 2012, mereka menolak berkomentar dan menyebutkan darimana asal timah yang digunakan .
Apa yang diharapkan lebih lanjut kepada Samsung dan Apple terkait adanya laporan perusakan lingkungan ini? Pihak Walhi dan Friends of the Earth Indonesia berharap kedua perusahaan ini mau mengimplementasikan sebuah rencana untuk menekan berbagai masalah sosial dan lingkungan yang muncul akibat pertambangan di Pulau Bangka, Indonesia.
Mereka juga berharap bahwa kedua perusahaan ini mau memberikan solusi yang jelas bagi para nelayan, petambang lokal, pemerintah lokal dan kelompok masyarakat lainnya. Seharusnya, pertambangan dan devisa bisa berjalan dan menghasilkan pendapatan negara tanpa harus mengorbankan hak hidup warga atas lingkungan yang lestari.