,

Dilepasliarkan, Kado Natal buat Pelansi

SATU orangutan yang terkena jerat dengan tangan kanan dan sebagian lengan diamputasi, Pelansi, telah dilepasliarkan di hutan Kalimantan Barat (Kalbar), Selasa(11/12/12), setelah berbulan-bulan menjalani rehabilitasi dan perawatan.  Ini kado Natal bagi orangutan muda ini.

Tim dari International Ainimal Rescue Indonesia (Yayasan IAR Indonesia) dan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Ketapang, telah melepas Pelansi ke hutan Pematang Gadung.  Karena habitat asal Pelansi telah berubah menjadi kebun sawit, kini ia dikenalkan rumah baru di daerah berbeda. Setelah dilepas, tim ahli tetap mengikuti dan memonitor Pelansi dari dekat untuk melihat bagaimana satwa ini menyesuaikan diri dengan keadaan barunya itu.

Pematang Gadung adalah salah satu hutan di Kabupaten Ketapang yang kaya  keragaman hayati. Banyak spieses langka bisa ditemukan di hutan yang dimonitori kelompok sukarelawan dari masyarakat lokal di Pematang Gadung. Area ini memang belum resmi dilindungi. “Dengan melepasliarkan orangutan dan meningkatkan kepedulian pada keadaan orangutan serta habitat mereka di Ketapang, kami berharap, Pematang Gedung akan diberikan status perlindungan menjadi cagar alam,” kata  Adi Irawan, Manajer Program IAR di Ketapang.

Pada April 2012, dalam satu operasi, Yayasan IAR Indonesia and BKSDA Ketapang berhasil menyelamatkan Pelansi dari jerat di dekat kebun sawit. Ia telah terperangkat berhari-hari tanpa makanan dan air.

Beruntung, tim penyelamat menemukan Pelansi, yang diberi nama setelah ditemukan kala itu. Ia segera dibawa ke Pusat Rehabilitasi dan Konservasi Orangutan IAR Ketapang guna penyembuhan. Pada Mei 2012,  tim medis IAR dikepalai dokter hewan spesialis satwa liar Paolo Martelli, Kepala Veteriner dari Ocean Park di Hong Kong, mengoperasi dan mengamputasi Pelansi.

Beberapa minggu setelah penyelamatan,  tim medis IAR di Indonesia meneruskan perawatan intensif terhadap Pelansi sampai ia benar-benar membaik. Karmele Llano Sanchez,  Direktur Eksekutif IAR Indonesia mengatakan, nasib Pelansi tak jauh beda dengan banyak orangutan yang terus menerus mengalami kehancuran di alam liar. “Ini perlu perhatian serius demi kelangsungan hidup mereka,” katanya dalam pernyataan pers, Rabu(12/12/12).

Menurut dia, orangutan terdorong ke jurang kepunahan. “Konflik manusia dan orangutan tak terelakkan kala ekspansi perkebunan monokultur  seperti sawit dan konversi hutan ke lahan pertanian (perkebunan) makin meluas,” ucap Karmele Llano.

Alan Knight, Direktur Eksekutif IAR mengatakan, sudah tak sabar menanti hari Pelansi dilepasliarkan. “Kisah Pelansi mesti dirayakan. Tak hanya karena hidupnya diselamatkan, juga pengenalan ia kembali ke alam. Ini langkah kecil tetapi menjadi simbol  dukungan terhadap konservasi orangutan.”

Pelansi, setelah pelepasliaran. Foto: Abdurahman Al Qadrie/Yayasan IAR Indonesia
Pelansi, sesaat setelah pelepasliaran. Foto: Abdurahman Al Qadrie/Yayasan IAR Indonesia
Pelansi, setelah dilepasliarkan. Foto: Abdurahman Al Qadrie/Yayasan IAR Indonesia
Proses persiapan pelepasliaran Pelansi. Foto: Abdurahman Al Qadrie/Yayasan IAR Indonesia)
Pelansi menuju tempat pelepasliaran. Foto: Abdurahman Al Qadrie/Yayasan IAR Indonesia)
Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,