,

Menabung Ikan dan Menjaga Lingkungan Lewat para Pejuang Penjaga Laut

“Awal-awal tidak mudah. Nelayan menolak jadi kawasan konservasi. Susah kompromi. Malah diancam mau dipukul.”  Demikian ungkapan Vidi Bachtiar, konservasionis dari Dinas Kelautan dan Perikanan, Kabupaten Alor. Vidi yang sehari-hari bertugas memberikan penyuluhan kepada waga mengenai betapa penting kawasan larangan tangkap, yang hanya sebagian kecil dari perairan laut.

Tak mudah memberikan penyadaran kepada warga. Bahkan, dalam beberapa pertemuan sempat bentrok karena sebagian masyarakat merasa ‘kawasan larangan’ itu membatasi ruang penghidupan, dan mengurangi wilayah tangkap mereka. “Itu tantangan. Itu saya hadapi,” katanya di Jakarta, Rabu (5/6/13) saat peluncuran Kampanye Pride.

Vidi tak mundur. Dia malah tertantang. Dia memberikan pemahaman kepada warga, jika kawasan larangan tangkap itu sebagai tempat menabung benih ikan. “Jika dibiarkan tak diambil maka menyebabkan ikan-ikan berkesempatan tumbuh dan hasil tangkap nelayan malah bertambah.” Lambat laun wargapun mulai menyadari.

Taufiq Alimi, Wakil Presiden Rare Indonesia mengatakan, suka duka di lapangan dialami saat memperkenalkan kawasan larang tangkap ini. Ada daerah yang warga sulit menerima, tetapi ada yang meminta dibuatkan setelah melihat kesuksesan wilayah ‘tetangga’ mereka.

Ini dialami Taufik Hidayah, pengkampanye Pride di Berau.  Setelah ada zona merah penangkapan, ikan menjadi lebih banyak dan lebih besar di kawasan itu. “Masyarakat  di luar kawasan malah minta  tambah zona larangan tangkap.”

Di Wakatobi juga terlihat perubahan dari sebelum ada zona larangan dan sesudah. “Misal, orang menyelam biasa temukan tiga ekor ikan di dalam dua meter, sekarang sudah lima ikan. Ini dalam periode enam bulan.” Jika sebelumnya, ikan ditemukan 300 kg per hektar, dengan kampanye Pride menjadi 628,3 kg per hektar.

“Saat ini kita luncurkan hal yang sama 12 konservasionis di 12 kawasan tersebar dari Sabang hingga Marauke,” ucap Taufiq. Program ini, katanya, hasil kerja sama Rare, Dinas Kelautan dan Perikanan di daerah serta Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Cherry Yunia, Kepala Sub-Direktorat Lahan Basah Kementerian Kehutanan mengatakan, tujuh taman nasional laut berkerja sama dengan Rare. Dia berharap bisa dikembangkan ke depan seperti di Taman Nasional Cendrawasih, Togean, maupun Taman Nasional Ujung Kulon.

Dia berharap, kegiatan ini berjalan baik. Jangan sampai  hanya bagus di atas kertas. “Yang tak bagus eksekusi di lapangan.” Sebab, hambatan menjaga kawasan konservasi datang dari berbagai pihak,  termasuk antar pemerintah. “Selisih pendapat visi dan misi (antar pemerintah) itu ada. Tugas Rare memberi kesadaran pada nelayan juga pengambil kebijakan, yaitu pemerintah daerah,” ujar dia.

Toni Ruchimat, Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Kementerian Kelautan dan Perikanan, mengatakan, tak mudah memang mengubah perilaku masyarakat. Terlebih di tengah anggapan jika konservasi yang ada hanya larangan-larangan. Padahal, konsep konservasi ini pelarangan dan pemanfaatan. “Dengan zona inti kita  biarkan kawasan tertentu tanpa diganggu manusia, ikan-ikan di kawasan itu jadi besar, dan bisa dimanfaatkan oleh nelayan.”

Namun, penyadaran ini memang  bukan pekerjaan mudah. “Tantangan bagaimana menyadarkan masyarakat. Juga bagaimana menyadarkan pimpinan daerah sampai pegawai.”

Kegiatan peluncuran ini untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup 2013. Peluncuran kampanye serupa dilakukan serentak di 12 kawasan perlindungan llaut atau kawasan perairan daerah di seluruh Indonesia dan Malaysia pada 8 Juni, tepat Hari Samudera Sedunia. Penyebarluasan informasi seputar “Zona Larang Tangkap” menjadi salah satu fokus Kampanye Pride di 12 lokasi. Tujuannya, supaya ikan tumbuh besar dan memijahkan lebih banyak telur.

Kawasan-kawasan itu antara lain, Teluk Kolono (Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara), Selat Tiworo( Muna, Sulawesi Tenggara), daerah perlindungan laut Wangi-Wangi (Dinas Kelautan dan Perikanan Wakatobi, Sulawesi Tenggara), Taman Nasional Komodo (Balai Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur). Lalu, Teluk Bumbang (Kawasan Konservasi Laut Daerah Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat), Kawasan Konservasi Perairan Daerah Selat Dampier (Raja Ampat, Papua Barat) dan Taman Laut Tun Sakaran (Sabah Parks, Malaysia).

Artikel yang diterbitkan oleh
, ,