Inovasi: Telepon Pintar Untuk Mendeteksi Pembalakan Liar di Hutan Indonesia

Suara deru gergaji mesin para pembalak liar di sela kerimbunan hutan tropis Indonesia memecah kesunyian hutan. Tak berapa lama, para jagawana tiba-tiba muncul dan segera menghentikan para pembalak liar menebangi pepohonan dan menyelamatkan pohon-pohon yang tak ternilai harganya. Bagaimana mereka bisa segera mengetahui aktivitas pembalakan ini? Ternyata bocoran informasi suara dari sejumlah telepon genggam bekas yang terpasang di pohon berhasil membuat para jagawana bergerak. Inovasi baru ini dimuat dalam majalah New Scientist edisi Juni 2013.

Itulah gambaran yang disampaikan oleh pendiri proyek penyelamatan hutan tropis yang dilakukan oleh Rainforest Connection bernama Topher White. Organisasi yang berbasis di San Fransisco ini tengah meluncurkan proyek tersebut bulan Juni di hutan tropis Indonesia yang menggunakan telepon pintar android untuk merekam dan mengidentifikasi suara putaran mesin dari gergaji-gergaji mesin yang tengah beroperasi.

Pada awalnya, Rainforest Connection akan menggunakan telepon pintar baru untuk percobaan, kendati si penemu Topher White selanjutnya berencana untuk menggunakan telepon pintar bekas yang disumbangkan oleh para pendukung proyek ini.

Telepon pintar ini dilengkapi dengan panel surya yang didesain secara spesifik untuk bisa mengumpulkan energi dari sinar surya yang singkat yang bisa mencapai permukaan tanah. Mikrofon telepon ini menyala terus sepanjang waktu, demikian juga dengan peranti lunak untuk menangkap deru gergaji, dan akhirnya tanda peringatan akan menyala jika deru suara gergaji terdengar.

Secara umum, hanya para jagawana yang akan mendapat tanda peringatan dari sinyal suara ini, namun White berharap bisa merilis aplikasi Android gratis yang bisa membuat semua orang bisa menerima sinyal bahaya ini secara real time dan menunjukkan lokasi penebangan. “Kami ingin membuat setiap orang merasa bahwa mereka bisa menjadi bagian dari upaya garda depan dalam perlindungan hutan,” ungkapnya.

Upaya yang ada saat ini untuk menghentikan pembalakan liar di Indonesia sangat terbatas. “Kita bisa mencari berapa banyak hutan yang sudah ditebang lewat citra satelit, namun kita akan menerima itu setelahnya, jadi kita tidak bisa tahu kapan penebangan itu terjadi,” ungkap Dwiati Novita Rini, yang bekerja untuk proyek penghutanan kembali di hutan Sumatera bersama Birdlife International. Upaya lain, para aktivis konservasi bisa saja membayar pihak kepolisian untuk membantu memantau lewat udara di wilayah-wilayah yang rentan pembalakan liar, namun tentu saja hal ini akan menjadi terlalu mahal untuk dilakukan terlalu sering.

Untuk melakukan upaya ini, Rainforest Connection akan bekerjasama dengan lembaga konservasi Kalaweit untuk menempatkan dan menguji 15 set telepon di wilayah seluas 25.000 hektar di cagar alam Air Tarusan di barat Sumatera. Dalam percobaan ini, White berharap setiap telepon akan bisa didengar dalam radius 0,5 kilometer, dan hal ini akan menjadi upaya berbiaya rendah untuk memonitor hutan.

Indonesia, kehilangan lebih dari sejuta hektar hutan setiap tahun, menurut Rainforest Action Network. Hutan hujan tropis di negeri ini adalah yang ketiga terbesar di dunia, dan menjadi rumah bagi berbagai spesies unik flora dan fauna. Namun lebih dari setengah hutan hujan Indonesia sudah hilang sejak tahun 1960-an.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,