Potret Aktivitas Warga: Pendataan Jenis Ikan Ciliwung lewat Lomba Mancing

Lomba memancing ini tidak hanya untuk senang-senang tetapi juga untuk melakukan pendataan dan pengidentifikasian jenis-jenis ikan yang ada di Ciliwung.

Tidak seperti biasanya, pada hari Sabtu siang tanggal 7 September 2013 terlihat ratusan orang duduk dengan asyik dengan pancing di bawah seberang jembatan Gadog arah Puncak, kabupaten Bogor.  Kebanyakan memilih duduk diam.  Ada yang duduk di pinggir sungai tetapi ada pula yang memilih duduk di atas batu-batu lava yang ada di sungai Ciliwung, Gadog. Semuanya hening, sembari harap-harap cemas menunggu umpan di ujung pancingnya bergerak dimakan ikan.

Ya, memang hari itu diadakan perlombaan memancing ikan di sungai Ciliwung.  Berbeda dengan lomba memancing untuk sekedar penyaluran hobi, lomba memancing ini pun agak berbeda tujuannya, yaitu untuk mengidentifikasikan berbagai jenis ikan yang hidup di sungai Ciliwung.

“Hari ini yang ikut ada 280 orang, berasal dari berbagai tempat, ada yang dari Jakarta, Bogor, Depok, Tugu dan sebagainya.  Lomba ini baru pertama kalinya kami adakan, jika sebelumnya sudah tiga kali kami lakukan tapi kalau paling hanya 20-an orang pemancing saja.  Lomba kali ini agak berbeda, ikan yang dipancing dikembalikan lagi,” demikian Maruli Alpia, Ketua Panitia, yang berasal dari Komunitas Mancing Sungai Ciliwung atau Ciliwung River Fishing Community.

peserta lomba mancing di aliran sungai Ciliwung, Gadog
Peserta lomba mancing di aliran sungai Ciliwung, Gadog, Kabupaten Bogor. Foto: Ridzki R. Sigit

“Diharapkan dengan lomba mancing masyarakat akan lebih peduli akan pelestarian ikan lokal Ciliwung, termasuk dari tuba dan setrum, serta agar lebih sadar pentingnya sungai yang bersih dan lestari, sehingga masyarakat akhirnya dapat menikmati nilai ekonomi dari sungai.” Marulipun menambahkan. Maruli sendiri mengaku dulunya ia juga suka menggunakan tuba untuk mencari ikan di sungai.

Salah seorang peserta, Abdul Hakim yang berasal dari Ciawi, Bogor mengaku tiap minggu sekali secara rutin ia memancing di sungai Ciliwung.  “Tiap hari Jumat saya pasti mancing di sini. Kebetulan saya lihat ada informasi tentang lomba ini, saya putuskan untuk ikut lomba, bukan cari menangnya, tapi semata buat hiburan.”

Hakim mengaku sudah dari pagi di lokasi dan telah memperoleh seekor ikan arelot, jenis ikan lokal Ciliwung yang biasa hidup di bawah batu.  Sebagai seorang yang sudah biasa memancing di sungai Ciliwung, hari itu Hakim memilih untuk memancing di bagian pinggir sungai yang berbatu tetapi masih dialiri oleh arus air.

Lomba memancing untuk mengidentifikasi jenis-jenis ikan di sungai termasuk sebuah inovasi baru yang dilakukan oleh para kelompok yang peduli dengan kelestarian sungai dan lingkungan Ciliwung.  Dengan melakukan identifikasi terhadap ikan-ikan yang terpancing, tidak saja berbagai jenis ikan yang dapat diketahui, namun juga dapat diperkirakan berapa banyak kelimpahan jenis suatu spesies ikan yang berada di sepanjang aliran Ciliwung.  Uniknya lagi, ikan yang terpancing setelah diukur panjangnya serta di identifikasi jenisnya, ikan tersebut kemudian dilepas lagi ke sungai.

Menurut Ruby Vidia Kusumah, peneliti dari Balai Riset Budidaya Ikan Hias (BRBIH), saat ini sungai Ciliwung hanya memiliki 33 jenis ikan, dimana hanya 20 jenis saja yang termasuk jenis ikan lokal Ciliwung.  Angka ini turun drastis dari sekitar 187 jenis yang dilaporkan pada survey yang dilakukan pada tahun 1910.

“Beberapa spesimen ikan yang kami temukan di sungai ini hari ini, rencananya juga akan kami awetkan dan kami serahkan kepada LIPI agar dapat melengkapi koleksi yang ada,” sembari menunjukkan ikan hampalang (Hampala macrolepidata) salah satu jenis ikan sungai asli Ciliwung yang telah di formalin.

Jenis-Ikan-di-Sungai-Ciliwung

Lebih jauh, Ruby pun menjelaskan bahwa kegiatan seperti ini akan terus dilakukan bersama dengan komunitas yang peduli dengan sungai dan lingkungan Ciliwung.  Ia  berharap kegiatan ini akan menggugah kesadaran masyarakat untuk mencintai ikan-ikan asli yang ada di sungai Ciliwung.

Sebagai bagian dari rangkaian acara, panitia pun telah melepaskan beberapa jenis ikan lokal yang telah berhasil dipijahkan secara eksitu.  Demikian pula, para peserta serta aparat bersama-sama secara simbolis telah menandatangani Komitmen Bersama untuk menjaga kelestarian sungai dan menolak praktek penangkapan ikan dengan cara racun dan setrum.

Dalam lomba mancing ini beberapa jenis asli ikan yang ditemukan adalah berod (Macrognathus maculatus), senggal (Hemibagrus nemurus), soro (Tor soro) dan beunteur (Puntius binotatus).  Untuk jenis senggal yang terpanjang berukuran 34 cm, sedang ikan soro terbesar adalah berukuran 429 gram.

Dengan kualitas sungai yang terus mengalami tekanan dan degradasi, memang sudah waktunya masyarakat mencintai sungai sebagai bagian dari lingkungan tempat hidupnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,