, ,

Suarakan Isu Lingkungan, Mongabay-Indonesia-Band Simponi Road Show di Sumatera

Mongabay-Indonesia bersama Grup Band Simponi mengadakan rangkaian tur sekolah di lima kota besar di Sumatera selama 25 hari, mulai 20 September hingga 16 Oktober 2013. Tur ini bertujuan memberikan penyadaran lingkungan kepada sejak dini kepada generasi muda. Terlebih di Sumatera, dalam 25 tahun ini terjadi kerusakan alam dan lingkungan begitu massif.

Tur lima kota bertajuk “Rock n’ Green Tour Sumatra 2013” yang akan mengunjungi lima kota besar di Sumatera lewat perjalanan darat ini dimulai dari Palembang, Jambi, Pekanbaru, Padang dan Medan.

Tim lawatan terdiri dari para personil Simponi, videografer acara dan awak pendukung lain.  Di setiap kota, tim akan berinteraksi dan berkolaborasi dengan musisi di setiap kota, aktivis gerakan lingkungan, media, serta komunitas yang ada.

M. Berkah Gamulya, manajer sekaligus musisi Simponi mengatakan, fokus kunjungan tur ini adalah siswa SMA di lima kota itu.  Aktivitas di tiap sekolah dengan memadukan seni musikalisasi dan presentasi kondisi alam dan lingkungan. “Tur diskusi musikal ini salah satu cara anak muda belajar dan bertindak bersama-sama untuk kelestarian lingkungan hidup,” katanya Jumat (20/9/13).

Kegiatan ini, juga menjadi pernyataan keras kepada pemerintah dan semua pihak untuk menghentikan praktik perusakan lingkungan.  “Kami belajar dan bernyanyi bersama demi generasi masa kini dan masa depan.”

Senada diungkapkan Ridzki R. Sigit Program Manajer situs berita Mongabay-Indonesia. Menurut dia, tekanan populasi, pembangunan yang tak ramah lingkungan, degradasi habitat dan hilangnya hutan-hutan terakhir di Sumatera menyebabkan berbagai permasalahan lingkungan kronis.

‘Kabut asap terus berulang akibat kebakaran lahan dan hutan, lahan gambut hilang, degradasi satwa liar adalah fenomena nyata dari kerusakan lingkungan,” ujar dia.

Kerugian material dan kerusakan fungsi penyediaan jasa lingkungan di Sumatera, telah mencapai tahap yang buruk. “Kami ingin permasalahan lingkungan di Indonesia, khusus Sumatera menjadi perhatian publik.”

Pemilihan tur di Sumatera, karena pulau ini mengalami degradasi lingkungan berat. Fokus generasi muda, karena mereka pemilik masa depan.  “Kami menempuh cara melalui kolaborasi dengan para seniman dan musisi yang memiliki idealisme seperti Simponi. Model seperti ini baru pertama kali kami lakukan.  Jika respon publik baik, kami akan lakukan di tempat-tempat lain di Indonesia,” kata Ridzki.

Tur ini akan diliput dan didokumentasikan khusus. Hasil dokumentasi pun akan diposting melalui kanal Youtube dan sosial media.  Bayu Amde Winata, freelancer videografer yang memenangi beberapa kali lomba foto dan video akan mendokumentasikan acara ini.

“Alasan mengikuti tur ini agar saya bisa terlibat dalam pergerakan mengenai lingkungan. Saya lahir, besar dan tinggal di Pekanbaru. Saya bisa melihat dengan mata kepala saya sendiri betapa kerusakan lingkungan mengubah sebagian lanskap dari Riau.”

Menurut Bayu,  berbagaia maslaah seperti kebakaran hutan, konversi lahan, kematian gajah, terjadi tanpa ada yang peduli. “Dengan mengikuti voluntering ini, setidaknya saya bisa terlibat di dalam penyelamatan lingkungan langsung. Dengan foto dan video saya.”

Adapun jadwal kunjungan di tiap kota yang dirancang dalam tur ini adalah Palembang (21-24 September), Jambi (26-27 September), Pekanbaru (30 September-1 Oktober), Padang (6-7 Oktober) dan Medan (11-12 Oktober).

Luas kawasan hutan di Sumatera 27 juta hektar atau 58 persen dari luas daratan yang identik dengan dua kali luas Jawa. Hutan alam menyusut hingga 49 persen karena tekanan pembangunan dan populasi.  Saat ini luas hutan baik tinggal 10 persen atau 2,7 juta hektar atau lebih kurang seluas Pulau Bangka.  Dalam 25 tahun terakhir 2,6 juta hektar lahan hutan dikonversi menjadi perkebunan sawit.

Hutan Sumatera tempat hidup dari spesies endemik yang saat ini terancam punah, seperti orangutan Sumatera, harimau Sumatera, badak Sumatera dan gajah Sumatera.

Aji Wihandandi, editor Mongabay-Indonesia (paling kanan) bersama personel Simponi usai siaran. Salah satu agenda rutin Mongabay-Indonesia, siaran di Radio Unisi Yogyakarta, seputar isu-isu lingkungan. Foto: Tommy Apriando
Aji Wihandandi, editor Mongabay-Indonesia (paling kanan) bersama personel Simponi usai siaran. Salah satu agenda rutin Mongabay-Indonesia, siaran di Radio Unisi Yogyakarta, seputar isu-isu lingkungan. Foto: Tommy Apriando
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,