“SID... SID... SID... SID…. SID….”
Sorak suara para OutSIDers dan Lady Roses –sebutan bagi penggemar Superman Is Dead– terdengar dari depan panggung, di Alun-alun Utara, Yogyakarta, pada Sabtu malam (06/09/2014). Waktu menujukan pukul 19.55 WIB, ketika mobil yang membawa rombongan personil band Superman Is Dead (SID) tiba di tenda transit, di belakang panggung.
Selang waktu lima menit, akhirnya Mongabay Indonesia dipersilahkan untuk melakukan wawancara dengan Jerinx, penggebuk drum grup band asal Bali, SID.
Jerinx, yang malam itu berkaos singlet hitam, terasa segar dan siap untuk tampil memuaskan para penggemarnya. Sebelum naik panggung, pria bernama asli I Gede Ari Astina, bercerita tentang SID yang bersemangat menyuarakan penyelamatan lingkungan dan alam Bali.
Ia bersama dengan personil SID yaitu vokalis dan gitarist I Made Putra Budi Sartika alias Bobby Kool, serta bassist I Made Eka Arsana alias Eka Rock bersuara lantang untuk melawan investor-investor yang dianggap merusak alam dan budaya masyarakat Bali.
Mereka juga sering mengkritik kebijakan pemerintah yang bertentangan dengan suara warga Bali, seperti rencana reklamasi di Teluk Benoa. SID semakin bersuara lantang ketika muncul Peraturan Presiden Nomor 51 tahun 2014, yang dianggap melegalkan investor untuk merusak sekitar 700 hektar lahan di Teluk Benoa, merusak hutan mangrove dan menghilangkan ruang hidup para nelayan lokal serta tidak ketinggalan ancaman bencana abrasi dan banjir rob.
Bagaimana Jerinx menanggapi permasalahan reklamasi Teluk Benoa? Berikut hasil wawancaranya.
Mongabay Indonesia : Apa tanggapan Bli terkait dikeluarkannya Pepres 51 tahun 2014 yang melegalkan reklamasi di Teluk Benoa, Bali?
Jerinx : Saya sebagai warga negara dan orang Bali merasa sangat dirugikan atas dikeluarkannya Perpres 51 tahun 2014 ini. Bagi saya lahirnya Perpres tersebut ialah akal-akalan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menurunkan status konservasi dan beralih fungsi. Terlihat sekali kalau SBY melindungi agenda investor. Beliau sampai membuat peraturan baru demi mengakomodir kepentingan investor. Saya selaku orang Bali, sebagai warga negara Indonesia sangat kecewa punya presiden yang diakhir masa jabatan bukannya membuat sebuah prestasi, malah membuat musibah di Bali dan Indonesia.
Mongabay Indonesia: Lalu, apa alasan Bli dan ForBali menolak dan ingin Perpres 51 tahun 2014 harus dibatalkan?
Jerinx : Banyak sekali alasannya. Salah satunya daerah itu sebelumnya diganti Perpres 51 tahun 2014 adalah daerah konservasi. Dimana-mana yang namanya daerah konservasi ya harus dilindungi. Kedua, pembangunan di Bali Selatan sudah terlalu pesat dan di Bali pembangunan tidak merata. Saat ini di Bali selatan sudah over populated, namun sampai saat ini masih dibangun terus.
Saya bukannya tidak pro pembangunan, tidak anti kemajuan, namun saya hanya anti pembangunan yang ngawur, tidak merata, yang mementingkan kepentingan jangka pendek investor. Kalau Bali lama-kelamaan seperti Bali selatan semua maka kita hanya bisa menjadi budak di tanahnya sendiri. Nah jika itu yang terjadi, berarti kita sebagai manusia sudah tidak bernurani. Lebih mementingkan kapital saja. Jadi jangan sampai kapital menjadi Tuhan. Bali kan Pulau Seribu Pura dan Pulau Seribu Dewa, tapi kenapa seolah-olah Bali ini tuhannya hanya satu saja yaitu uang. Jadi jangan sampai kapitalisme menjadi tuhan di Bali.
Para investor hanya investasi dan ingin dapat keuntungan cepat, namun jangka panjangnya orang-orang Bali-lah yang akan merasakan dampaknya buruknya. Selain itu ancaman lainnya adalah akan ada budaya-budaya Bali yang sudah dijalankan beberapa generasi yang hilang jika Teluk Benoa itu diuruk.
Mongabay Indonesia: Beberapa minggu lalu, baliho-baliho penolakan reklamasi Teluk Benoa dirusak oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Apa tanggapan Bli?
Jerinx : Kalau orang punya hati nurani, punya nalar, maka perusakan baliho penolakan reklamasi Teluk Benoa dan menuntut pembatalan Perpres 51 tahun 2014 itu menandakan bahwa penguasa dan investor takut jika rakyat makin kuat menyatakan sikapnya menolak reklamasi. Kenapa mereka takut? Karena, jika mereka di lawan dengan fakta yang sebenar-benarnya, pasti mereka akan kalah.
Sudah dari awal proyek reklamasi ini diawali dengan kebohongan, ketidakjujuran dan kelicikan. Segala hal yang dimulai dengan kecurangan dan kelicikan, maka mereka pasti akan melakukan segala hal untuk menutup-nutupi itu. Dan salah satunya menggunakan cara yang licik juga, seperti membungkam aspirasi rakyat.
Mongabay Indonesia : Jokowi beberapa waktu lalu datang ke Bali. Ada pemuda Bali yang menerobos barisan Paspampres dan memberikan berkas penolakan reklamasi. Bli juga Pilpres kemarin mendukung Jokowi. Apa harapan Bli terhadap Jokowi di pemerintahannya mendatang?
Jerinx : Sangat simple sih. Jokowi kemarin saat dia ke Bali, sempat beberapa kali membuat statement di halaman facebook pribadi beliau. Ia membuat beberapa statement yang secara intinya beliau sangat ingin pembangunan di Bali tidak menghancurkan alam dan budaya. Itu ada dua atau tiga kali beliau tekankan dalam statement pribadinya.
Saya pribadi berharap, mungkin masyarakat Bali juga berharap agar Jokowi tidak hanya berstatement seperti itu hanya untuk pencitraan semata. Tapi lakukan cara konkrit. Batalkan reklamasi dan batalkan perpres 51 tahun 2014. Itu sebagai satu-satunya cara agar masyarakat Bali percaya terhadap Jokowi.
Mongabay Indonesia : Bagaimana dengan pernyataan Jokowi, jika beliau adalah OutSIDer?
Jerinx : Saya belum percaya beliau outsider sejati sebelum beliau membatalkan reklamasi dan mencabut Perpres 51 tahun 2014.
Mongabay Indonesia: Bli Jerinx dan SID juga turut mendukung gerakan Jogja Ora Didol. Gerakan penolakan pembangunan di Jogja yang mengancam merusak lingkungan di Jogja. Mengapa Bli?
Jerinx : Saya juga melihat Jogja punya banyak kemiripan dengan Bali. Jadi sangat masuk akal jika nasib Jogja juga akan mengikuti nasib Bali. Yaitu pembangunan yang ngawur dan merusak lingkungan, karena keduanya punya potensi yang hampir sama. Saat ini, Bali sudah duluan dirusak dan berantakan. Jogja masih dalam tahap menuju keberantakan. Jadi semoga kawan-kawan di Jogja menjadikan contoh nyata di Bali yang mulai rusak alamnya oleh investor.
Sekarang Jogja ingin sepeti Bali atau tidak maka tentukan sikap dari sekarang. Jogja bisa mengabil contohnya dari Bali, sedangkan kami di Bali tidak punya contoh. Bali dijadikan proyek pertama untuk destinasi pariwisata secara masif. Sehingga untuk melakukan perlawanannya kami sedikit terlambat, namu Jogja sudah ada contohnya yakni Bali.
Mongabay Indonesia : Apa harapan Bli terhadap pemerintahan ke depan dalam penyelamatan alam di Indonesia dan Bali khususnya?
Jerinx : Saya harap pemerintahan baru dapat menghentikan pembodohan terhadap masyarakat. Salah satu pembodohan yang signifikan adalah membuat masyarakat Indonesia hanya peduli tentang hal-hal yang berhubungan dengan selangkangan dan isu SARA. Jadi masyarakat kita selalu dibuat bodoh, sehingga mereka hanya peduli pada dua hal tersebut.
Semoga pemerintahan baru bisa memutus rantai tersebut dan membuka mata masyarakat bahwa untuk kemajuan bangsa itu perlu keadilan, alam yang terjaga dan korupsi harus diberantas. Itu yang paling penting.
Mongabay Indonesia : OutSIDers dan Lady Roses makin banyak yang peduli alam dan mendukung penolakan reklamasi di Bali. Apa tanggapan Bli?
Jerinx : Kawan-kawan Lady Roses dan OutSIDers, walaupun kalian sering sekali sebagai sebuah fans dicap ikut-ikutan. Pesan saya, kalian jangan menyerah. Lebih baik kalian ikut-ikutan dalam hal yang positif. Dari pada diam saja ketika alam dan budaya kalian di rusak dan dihancurkan oleh kerakusan.