,

Beasiswa Pendidikan untuk Menjaga Lahan Gambut. Seperti Apakah?

PT. OKI Pulp & Paper Mills merupakan perusahaan pabrik kertas terbesar di Asia. Pabriknya saat ini tengah dibangun di Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan. Perusahaan yang masuk grup APP (Asia Pulp & Paper) ini bertekad menjadi pelopor penjaga lahan gambut, yang selama ini selalu mengalami kebakaran. Bagaimana caranya?

Salah satu caranya adalah dengan merangkul tenaga kerja dari masyarakat lokal, yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai industri pulp dan kertas juga memahami persoalan lingkungan hidup.

“Faktanya, kita kan sulit mendapatkan sumber daya manusia yang ideal. Apalagi, generasi muda di pedesaan sangat minim mendapatkan pendidikan formal yang baik. Caranya, kita akan memberikan bantuan beasiswa pendidikan. Terutama kepada generasi muda yang sudah masuk usia kerja,” kata Humas PT. OKI Pulp & Paper, Gadang Hesta Hartawan, di Kayuagung, Rabu (05/11/2014).

Pada tahap awal ini, kata Gadang, pihaknya telah memberikan beasiswa kepada empat anak di Kecamatan Air Sugihan dan Tulung Selapan. Saat ini, mereka sudah kuliah di Akademi Teknologi Pulp dan Kertas (ATPK) Bandung, Jawa Barat.

Keempat anak tersebut Anwar Amidi, warga Desa Rantau Karya; Ari Susanto dari Desa Nusa Karta; Yususf Firmansyah dari Desa Jadi Muliya; serta Adi Irawan Siswa dari Kecamatan Tulung Selapan. Keempat anak tersebut hasil seleksi dari 10 siswa terbaik dari dua sekolah menengah atas di Air Sugihan dan Tulung Selapan. Salah satu materi yang diujikan bagi mereka yang akan menerima beasiswa adalah mengenai lingkungan hidup. Khususnya, lahan gambut.

Selain biaya kuliah dibayar penuh, mereka juga bebas biaya asrama, uang saku sebesar Rp 1 juta per bulan, biaya tiket liburan lebaran Rp1 juta per tahun, biaya buku dan alat tulis sebesar Rp 1 juta per tahun.

APP dan ATPK telah menjalin kerja sama cukup lama dalam penempatan calon mahasiswa untuk menempuh pendidikan industri pul dan kertas tiap tahunnya. Ratusan lulusan terbaik langsung dipekerjakan pada pabrik-pabrik milik APP di Indonesia.

Seperti diketahui,  saat ini di Indonesia beroperasi 16 pabrik pulp yang memproduksi pulp serat pendek dan serat panjang. Serta, 74 pabrik kertas yang memproduksi kertas tulis cetak, kertas koran, kertas industri, dan kertas rumah tangga. Industri ini tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Lampung, Riau, Jambi, Sumatera Utara, Aceh, dan Kalimantan.

“Program ini akan dilakukan setiap tahun bagi masyarakat di sekitar perusahaan hingga kebutuhan tenaga kerja tercukupi,” kata Gadang.

Dijelaskan Gadang, tenaga kerja yang berpendidikan yang berasal dari lokal atau di sekitar pabrik, akan menjadi juru bicara lingkungan di masyarakat. Mereka akan memberikan pengertian dan pemahaman terhadap keluarga, tetangga, atau teman sekampungnya jika aktivitas pembakaran lahan dalam usaha pertanian dan perkebunan tidaklah baik. Harus dihindari.

“Jika terjadi kebakaran, bukan hanya masyarakat yang rugi, perusahaan terkena imbas pula.” ujarnya.

Kalau masyarakat sejahtera, lahan gambut akan terjaga. Aktivitas perambahan hutan gambut atau pembakaran lahan gambut itu akibat kemiskinan dan pengetahuan yang lemah. “Jika mereka sejahtera, tidak akan ada lagi aktivitas tersebut.”

Selain tenaga kerja terdidik, perusahaan juga membuka peluang sebesar-besarnya bagi masyarakat lokal untuk bekerja di perusahaan. “Sebelum bekerja, mereka akan diberikan pendidikan, termasuk pemahaman mengenai lingkungan hidup. Contoh yang paling sederhana adalah tidak membuang puntung rokok sembarangan. Sebab, pada lahan gambut dapat menimbulkan kebakaran,” ujarnya.

Empat pelajar ini mendapatkan beasiswa kuliah di ATPK Bandung, Jawa Barat. Foto: Dok. PT. OKI Pulp & Paper
Empat pelajar ini mendapatkan beasiswa kuliah di ATPK Bandung, Jawa Barat. Foto: Dok. PT. OKI Pulp & Paper

Pangan dan infrastruktur

Selain memberikan beasiswa pendidikan kepada masyarakat lokal, PT. OKI Pulp & Paper Mills juga mendorong program penguatan pangan di masyarakat, termasuk pula membangun infrastruktur bagi kepentingan masyarakat. Program ini sejalan dengan visi pemerintah Kabupaten OKI yang akan membangun dari desa.

“Program pangan yang akan dorong pada masyarakat, sesuai dengan aktivitas pertanian yang sudah berlangsung selama ini. Seperti padi, buahan, dan sayuran. Kita pun akan mendorong pengembangan pangan berupa perikanan yang memanfaatkan Sungai Air Sugihan oleh masyarakat,” ujarnya.

Sementara, infrastruktur masyarakat yang telah dibangun adalah jembatan sebanyak 12 unit. Jembatan ini menghubungkan berbagai wilayah desa di Air Sugihan yang dibatasi oleh sejumlah sungai dan kanal. 

Menuai kritik

Kehadiran PT. OKI Pulp & Paper Mills di Kabupaten OKI mendapat kritik dari para pegiat lingkungan hidup. Perusahaan ini akan mendapatkan pasokan bahan baku dari empat perusahaan HTI di OKI dan sejumlah perusahaan HTI di Banyuasin, Musirawas, dan lainnya.

Kritik ini seperti disampaikan Koalisi Masyarakat Sipil untuk Penyelamatan Hutan dan Rakyat. Dalam pernyataan sikapnya, Minggu (25/11/12), mereka menuntut rencana pembangunan pabrik PT. OKI Pulp dan Paper Mills di Kabupaten OKI dan pabrik di kabupaten lain di Sumatera Selatan dihentikan. Koalisi juga meminta, pemerintah menghentikan ekspansi perizinan hutan tanaman industri (HTI) di Sumsel karena telah berkontribusi terhadap kerusakan hutan alam di sana.

Sumatera Selatan sendiri memiliki hutan seluas 3,7 juta hektar. Kawasan hutan berkondisi baik diperkirakan sekitar 800 ribu hektar. Berdasarkan data Dinas Kehutanan Sumatera Selatan tahun 2012, luas HTI sekitar 1,375,312 hektar yang dikuasai 19 perusahaan.  Dari luasan ini hanya 944,205 hektar efektif untuk tanaman pokok.

Tulisan ini hasil kerja sama Mongabay dengan Green Radio

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,