, ,

Longsor Mengintai Di Sumatera Barat

Hujan deras mengguyur Sumatera Barat (Sumbar) akhir-akhir ini. Hal itu dapat memicu terjadinya bencana banjir dan longsor di beberapa kabupaten/kota. Oleh karena itu, masyarat dihimbau untuk hati-hati dan bersiap, karena intensitas hujan tinggi hingga akhir tahun.

Intensitas hujan yang tinggi, telah membuat aliran Sungai Batang Lembang, Kabupaten Solok, pada akhir Oktober melaup sehingga menimbulkan banjir. Mesti tidak ada korban jiwa, banjir setinggi pinggang orang dewasa itu telah merendam pemukiman dan areal persawahan masyarakat di Nagari Salayo, Koto Baru dan Muaro Paneh. Akibatnya, aktivitas warga lumpuh total.

Ditempat lain, longsor menimbun 8 rumah warga di Jorong Pintu Kayu Gadang, Nagari Pakan Rabaa, Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh, Kabupaten Solok Selatan. Hujan lebat juga menyebabkan meluapnya Sungai Batang Kula dan mengakibatkan banjir, sehingga lebih dari 15 hektar tanaman padi rusak berat.

Di Kota Padang, batu besar menimpa rumah warga di Batubusuk. Batu berukuran sekitar 2 x 2 meter itu jatuh akibat tingginya curah hujan beberapa waktu yang lalu. Masyarakat yang tinggal di daerah kelerengan harus waspada karena sewaktu-waktu longsor mengancam.

Kayu bekas penebangan liar yang ditemukan oleh tim investigasi WALHI Sumbar saat terjadi bencana banjir bandang pada tahun 2012 di Nagari Simpang, Kecamatan Alahan Mati, Kabupaten Pasaman. Foto : Riko Coubut
Kayu bekas penebangan liar yang ditemukan oleh tim investigasi WALHI Sumbar saat terjadi bencana banjir bandang pada tahun 2012 di Nagari Simpang, Kecamatan Alahan Mati, Kabupaten Pasaman. Foto : Riko Coubut

Kepala Seksi Observasi dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Padang, Budi Iman, yang ditemui minggu kemarin mengatakan, bahwa intensitas hujan di Sumbar hingga pertengahan Desember cenderung meningkat antara 10,0 – 20 mm/jam atau 50 – 100 mm/hari dan bahkan bisa mencapai 400 mm/hari.

Arah angin cenderung bergerak ke arah barat daya dengan kecepatan 10-13 km/jam dan kelembaban udara 66-97 persen. Sumbar di tahun 2013 pernah diguyur hujan selama 3 hari tanpa henti, dan hal serupa berpeluang terjadi kembali.

Ancaman bencana ekologis

Sumbar memiliki kawasan hutan seluas 2.380.058 atau setara dengan 56,287 persen dari total luas propinsi seluas 4.229.730 hektar. Daerahnya didominasi oleh perbukitan dan sekitar 39,08 persen wilayahnya berada pada kemiringan lebih dari 40 persen. Terdapat 606 sungai besar dan kecil, 27 sungai lintas provinsi, 81 sungai lintas kabupaten/kota, dan 238 danau/embung dan telaga.

Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sumbar, Uslaini, mengatakan  tingginya curah hujan mengancam terjadinya bencana ekologis. Laju kerusakan hutan Sumbar cukup tinggi setiap tahunnya. Penyebab kerusakan hutan tersebut akibat kebakaran, ladang berpindah, penebangan liar (illegal logging) dan perambahan hutan.

“Kerusakan hutan sumbar mencapai 10.343,05 hektar setiap tahunnya akibat aktifitas penebangan liar,” ucap uslaini.

Akibatnya kerusakan hutan berkontribusi terjadinya longsor dan banjir. Perlu ditingkatkan pengawasan terhadap kawasan kedepan guna menekan laju penurunan kualitas hutan, tambahnya.

Kayu gelondongan menghantam pemukiman masyarakat saat terjadi banjir bandang pada tahun 2012 di Nagari Simpang, Kecamatan Alahan Mati, Kabupaten Pasaman. Foto : Riko Coubut
Kayu gelondongan menghantam pemukiman masyarakat saat terjadi banjir bandang pada tahun 2012 di Nagari Simpang, Kecamatan Alahan Mati, Kabupaten Pasaman. Foto : Riko Coubut

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar, Eli Usman menghimbau seluruh masyarakat di Sumbar  untuk meningkatkan kewaspadaannya terhadap ancaman bencana akibat tingginya intensitas hujan di Sumbar akhir-akhir ini. Terutama untuk wilayah rawan pergerakan tanah dan longsor diantaranya Kabupaten Solok, Padang Pariaman, Solok Selatan, Agam, Kota Bukittinggi, Sijunjung, Dharmasraya, Limapuluh Kota, Tanah Datar, Pasaman, Pasaman Barat, Pesisir Selatan, Kepulauan Mentawai, Kota Padang, Panjang, Kota Solok, Kota Padang dan Kota Sawahlunto. Tingkat potensi bencana banjir dan longsor dilokasi tersebut bervariatif, mulai dari potensi rendah, sedang dan tinggi.

Dia menambahkan BPBD telah melakukan rapat koordinasi bersama BPBD se-kabupaten/kota. Rapat ini dilakukan guna meningkatkan kesiapsiasagaan BPBD dalam menghadapi bencana kedepan. BPBD telah melakukan pemberdayaan masyarakat guna meningkatkan pemahamannya mengenai bencana serta telah membuat sistem komunikasi saat terjadi bencana. Dalam rapat ini juga juga dibahas terkait kebutuhan peralatan dilapangan, seperti; perahu karet, alat komunikasi, kendaraan operasional serta anggaran untuk bantuan makanan bagi masyarakat yang terkena musibah.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , ,