,

Hutan Terbakar, Orangutan Pindah ke Bantaran Sungai

Hamparan itu kini mulai terbuka, lapang. Di sebuah cabang pohon yang mengering, sekitar 200 meter dari aliran Sungai Deras, Desa Pematang Gadung, Kecamatan Matan Hilir Selatan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, satu individu orangutan terlihat sedang duduk.

Alih-alih buat sarang. Dedaunan yang tersisa di pohon itu pun tak cukup melindungi tubuhnya dari sengatan matahari siang. Si pongo seperti pasrah dengan keadaan. Perlahan, satwa tersebut akhirnya beranjak. Ia bergelantungan di antara ranting-ranting kering hingga mencapai batang pohon dan merosot ke bawah.

Pemandangan tersebut terekam ketika Mongabay Indonesia mencoba menelusuri bekas lahan gambut yang terbakar di kawasan Hutan Desa Pematang Gadung, Selasa (3/11/2015).

“Kawasan ini sudah mulai terbakar sejak Agustus lalu. Saat itulah orangutan dan satwa-satwa lain seperti beruang madu kebanyakan berada di sekitar sungai. Mungkin habitatnya di hutan sudah terbakar sehingga satwa ini mencari tempat yang aman,” kata Supardi (27), anggota Kelompok Taruna Tani Desa Pematang Gadung.

Supardi salah satu generasi muda desa itu yang turut lebur menjadi anggota Patroli Hutan Desa Pematang Gadung sejak 2014. Patroli yang dikomandani Ketus (31) ini berjumlah enam orang. Secara struktural, mereka berada di bawah manajemen Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Pematang Gadung.

Satu individu orangutan sedang bergelantungan di sebuah pohon yang sudah mengering di bantaran Sungai Deras, Desa Pematang Gadung, Kecamatan Matan Hilir Selatan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Foto: Andi Fachrizal
Satu individu orangutan sedang bergelantungan di sebuah pohon yang sudah mengering di bantaran Sungai Deras, Desa Pematang Gadung, Kecamatan Matan Hilir Selatan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Foto: Andi Fachrizal

Jika keadaan normal, mereka hanya berpatroli sekali dalam sebulan. Masa patroli bisa mencapai satu minggu menyusuri hutan desa. Berdasarkan data Direktorat Wilayah Pengelolaan dan Penyiapan Areal Pemanfaatan Kawasan Hutan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, areal Hutan Desa Pematang Gadung mencapai 14.415 hektar.

Namun, sejak kebakaran hutan dan lahan terjadi pada Agustus 2015 lalu, tim ini bekerja ekstra ketat. Bahkan, setiap hari mereka wajib melakukan patroli sekaligus memadamkan api. “Sekitar 11 hektar kawasan hutan desa ini terbakar. Sebagian besar lahan yang terbakar ada di dekat sekat kanal yang dibangun Pemerintah Ketapang melalui Dinas Pekerjaan Umum,” kata Supardi.

Tidak ada bantuan berarti dari pemerintah, kecuali pemadaman yang dilakukan melalui udara. Ada empat helikopter BNPB yang melakukan water bombing (pemboman air) di Pematang Gadung. Selebihnya, tim patroli inilah yang bekerja dengan peralatan seadanya. Mesin Robin dua unit dan 100 meter selang bantuan Yayasan IAR Indonesia.

“Kawasan kita yang terbakar adalah gambut dengan kedalaman mencapai belasan meter. Kalau dibom dengan air dari udara, api di permukaan memang padam. Tapi tidak bisa memadamkan api di bagian dalam. Makanya, ketika permukaan padam, di bagian dalam masih terbakar. Ini yang sulit jika lahan gambut terbakar,” urai Supardi.

Salah seorang anggota Tim Patroli Hutan Desa Pematang Gadung sedang menyisir kawasan gambut yang sudah terbakar sekaligus memastikan bahwa kawasan tersebut sudah aman dari ancaman api. Foto: Andi Fachrizal
Salah seorang anggota Tim Patroli Hutan Desa Pematang Gadung sedang menyisir kawasan gambut yang sudah terbakar sekaligus memastikan bahwa kawasan tersebut sudah aman dari ancaman api. Foto: Andi Fachrizal

Sumber api

Supardi menduga sumber api pemicu kebakaran di lahan gambut Pematang Gadung berasal dari para penambang emas. “Masih banyak penambang emas yang beroperasi di sini. Bisa saja itu bersumber dari puntung rokok atau di saat mereka memasak dan lupa memadamkan api.”

Ketus tak menampik dugaan itu. Menurut Komandan Patroli Hutan Desa Pematang Gadung ini, di musim kemarau lahan gambut sangat mudah terbakar. “Buang puntung rokok sembarangan saja bisa memicu kebakaran.”

Cerita tentang perilaku penambang emas ini tak hanya soal kebakaran lahan gambut semata. Mereka juga berburu satwa dilindungi seperti bekantan. Tim patroli bahkan pernah memergoki mereka sedang membawa empat ekor bekantan untuk dikonsumsi.

“Karena tertangkap tangan akhirnya mereka dibawa ke desa sekaligus diberikan pemahaman bahwa bekantan, beruang madu, dan orangutan tidak boleh diburu,” urainya.

Ketus berharap pemerintah tak hanya fokus memadamkan kebakaran lahan di sekitar permukiman warga. Kawasan-kawasan bergambut dalam yang terbakar juga penting diprioritaskan untuk menekan laju bencana asap. “Apalagi kalau kawasan itu merupakan habitat satwa dilindungi seperti orangutan, hendaknya kita lebih peduli,” pintanya.

Kendati api sudah padam, tim patroli masih bekerja ekstra ketat menyisir semua kawasan sekaligus memadamkan bara api yang masih tersisa. Foto: Andi Fachrizal
Kendati api sudah padam, tim patroli masih bekerja ekstra ketat menyisir semua kawasan sekaligus memadamkan bara api yang masih tersisa. Foto: Andi Fachrizal
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , ,