Seekor macan tutul (Panthera pardus) jantan berusia 1 tahun ditemukan tergeletak dalam keadaan sakit oleh warga di area perkebunan milik warga Desa pamokalan, Kecamatan Haurbeuti, Ciamis, Jawa barat, pada Senin (9/10/2015). Dugaan sementara, macan tutul turun gunung dari habitatnya di kawasan Suaka Margasatwa Gunung Sawal untuk mencari makan dan mencari daerah jajahannya sendiri karena baru dilepas oleh induknya.
Kepala BKSDA (Badan Konservasi Sumber Daya Alam) Jawa Barat Wilayah III, M. Djundjun Nurzaman saat dihubungi Mongabay membenarkan penemuan macan tutul tersebut. Dia mengatakan penemuan macan tutul tersebut pertama kali ditemukan oleh warga pukul 07.15 WIB yang hendak beraktifitas ke kebun di lereng Gunung Sawal.
“Pada awalnya warga mengira macan sudah mati karena posisinya tergeletak, tetapi pas dihampiri macan masih bergerak dan hendak menyerang namun tak berdaya. Lalu warga meraporkan ke aparat desa kemudian dilaporkan ke Polsek Cihaurbeuti dan informasi sampai ke bidang wilayah (BKSDA Wilayah III),” paparnya.
Dikatakan Djundjun lebih lanjut, saat tim evakuasi dari BKSDA tiba ke lokasi langsung melakukan pemeriksaan dan mengevakuasi macan tutul tersebut. Dia menambahkan ketika mengevakuasi macan tutul tersebut petugas menanggkapnya dengan tangan kosong tanpa menggunakan perangkap ataupun obat bius. Dia memaparkan hal tersebut diakibatkan kondisi macan yang lemas karena kurang makan dan juga terdapat luka bekas cakaran dibagian muka yang menyebabkan macan tutul tak berdaya.
Berdasarkan pantauan Mongabay, macan tutul yang ditemukan warga sedang berteduh di salah satu saung warga yang berjarak 1 kilometer dari kawasan Suaka Margasatwa (SM) Gunung Sawal. Macan tutul tersebut memiliki panjang 125 sentimeter dan tinggi 50 sentimeter. Perawakanya kurus sebab hanya memilki berat berkisar 20 kilogram saja. Tidak hanya terluka dibagian muka tetapi salah satu matanya mengalami katarak.
“ Sebetulnya jika kondisi macan dalam kondisi baik bisa langsung dilepas, tetapi kondisi macan yang ditemukan dalam kondisi sakit dan butuh pertolongan dan perawatan. Untuk sementara macan akan dibawa ke Taman Satwa Cikembulan Garut untuk pemulihan,” tuturnya
Djundjun mengungkapkan setiap tahunnya selalu ada saja macan yang keluar dari habitatnya. Rata – rata usia macan yang keluar dari wilayahnya itu 8 bulan sampai 1,5 tahun. Tercatat,tahun 2015 sudah dua kali kejadian keluarnya satwa yang dilindungi itu keluar dari kawasan konservasi. Dia mengatakan bulan lalu macan kumbang ditemukan di desa Cikupa, Kecamatan Haurbeuti, Kabupaten Ciamis. Namun berhasil dikembalikan ke kawasan SM Gunung Sawal.
Populasi Satwa
Wilayah Gunung Sawal memiliki ketinggian 1300 meter diatas permukaan laut dengan cakupan luas sebesar 5400 hektare, memilki keanekaragaman hayati yang cukup beragam. Kepala Resor Korservasi Wilayah XIX Gunung Sawal, Warid menyebutkan masih banyaknya satwa yang dilindungi hidup dikawasan tersebut. Dia juga mengatakan selain macan tutul dan macan kumbang, spesies endemik Jawa barat seperti surili, kancil, dan lutung masih bisa ditemukan di Gunung Sawal. Spesies burung yang hampir punah pun seperti elang jawa hidup di kawasan ini.
Warid mengatakan terkait kasus turunya macan tutul ke area perkebunan ataupun pemukiman akibat kelaparan. “ Untuk ekosistem sendiri di Gunung Sawal tidak ada masalah dan cukup terjaga dengan baik. Hanya saja macan yang ditemukan kemarin kondisinya sedikit berbeda,mungkin karena cacat atau akibat pertarungan dengan macan lain kedua matanya tidak berfungsi dengan baik, yang satu rabun yang satunya terluka sehingga menyulitkannya untuk mencari makan saat kami memberikan ayam langsung dimakan oleh macan tersebut” ucapnya saat di hubungi oleh Mongabay.
Dia melanjutkan sudah ada upaya dari Litbang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bogor untuk melakukan penelitian sekaligus inventalisir. Rencananya langkah awal akan dipasang kamera pengintai di beberapa titik tujuan agar mengetahui jumlah macan yang ada di kawasan SM Gunung Sawal. Selain itu dia juga menjelaskan nantinya akan dilakukan penilitian yang dibantu oleh Litbang untuk mendalami kasus macan yang sering memasuki perkebunan dan pemukiman warga setempat.