,

3.136 Kapal Aktif Siap Manfaatkan Kelebihan Pasokan Ikan Tuna

Kelebihan pasokan ikan yang ada di lautan Indonesia saat ini, dijamin akan dimanfaatkan sebaik mungkin oleh nelayan Indonesia. Janji tersebut diungkapkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyikapi prediksi masih berlangsungnya fenomena alam El Nino dan dilanjutkan dengan La Nina.

Direktur Jenderal Perikanan Tangkap KKP Narmoko Prasmadji mengungkapkan, tanpa ditanya oleh siapapun, KKP sudah paham bahwa El Nino akan berdampak positif untuk sektor kelautan Indonesia. Karenanya, dia sudah menginformasikan kabar tersebut kepada seluruh nelayan dan aparat yang bekerja di bawahnya.

“El Nino, secara alamiah, ikan bisa lebih banyak. Karena, pada saat itu unsur penyubur keluar. Ini sudah kita sadari sepenuhnya,” ungkap dia kepada Mongabay, di Jakarta, kemarin.

Namun, Narmoko mengakui, tidak seperti pada bulan-bulan sebelumnya, kelebihan pasokan ikan pada awal 2016 ini akan semakin beragam karenaa masuknya tambahan pasokan ikan tuna. Ikan tersebut, kata dia, adalah ikan berharga mahal yang paling banyak dicari oleh peecinta ikan di seluruh dunia.

Untuk itu, menurut Narmoko, pihaknya akan menyebarluarkan informasi kepada seluruh nelayan, terutama di wilayah timur sekitar Papua, Maluku, dan Maluku Utara yang berdekatan dengan pusat perairan yang diprediksi akan kelebihan pasokan tuna.

Akan tetapi, saat disinggung tentang kesiapan armada kapal yang ada di Indonesia saat ini, Narmoko tidak merinci lebih jauh. Begitu juga, bagaimana kapal-kapal bertonase besar yang saat ini masih non aktif karena dalam proses analisis dan evaluasi (anev) moratorium kapal eks asing, dia tidak menjelaskannya.

“Yang jelas, kapal-kapal yang beroperasi untuk menangkap kelebihan tuna, adalah kapal-kapal yang memenuhi persyaratan melaut sesuai dengan aturan saat ini. Mereka adalah kapal yang tonasenya sesuai dan menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan,” ucap dia.

Khusus untuk tuna, Narmoko mengatakan, siapapun yang menangkapnya, dipastikan harus menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan. Karena, itu akan memengaruhi kualitas tuna setelahnya. Jika tuna yang ditangkap tidak bagus, maka harganya akan jatuh.

Optimalkan Kapal Aktif

Sementara itu Direktur Pengendalian dan Penangkapan Ikan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap KKP Saifuddin mengungkapkan, antisipasi melimpahnya pasokan ikan tuna pada bulan-bulan sekarang, adalah dengan mengoptimalkan kapal-kapal yang beroperasi aktif.

Sementara, untuk kapal-kapal yang non aktif karena bermasalah dari segi perizinan ataupun dalam proses anev, menurut Saifuddin, untuk sementara tidak akan digunakan. Kapal-kapal tersebut, akan menunggu proses anev atau perpanjangan izin selesai dilakukan.

“Tapi untuk anev, itu kewenangannya ada di tangan Tim Satgas (IUU Fishing) ya. Kita hanya mengurusi kapal-kapal yang aktif dan non aktif karena perizinan saja,” sebut dia.

Saifuddin menjelaskan, kapal-kapal yang saat ini masih aktif SIUP (Surat Izin Usaha Perikanan) , SIPI (Surat Izin Penangkapan Ikan) , dan SIKPI (Surat Izin Kapal Penangkap Ikan), jumlahnya ada 3.943 kapal. Sementara, untuk kapal yang aktif terhitung per Januari 2016, jumlahnya ada 3.136 kapal.

“Ada yang masih dalam proses karena belum diperpanjang, perubahan data-data kapal, dan data-data perorangan lainnya. Jumlahnya, ada 300 kapal yang sedang ikut proses tersebut,” ungkap dia.

Untuk kapal-kapal yang masih aktif, kata Saifuddin, itu bisa memanfaatkan banyaknya pasokan ikan akibat El Nino. Termasuk, yang ada di sekitar wilayah pengelolaan perikanan (WPP) 717, terutama di Utara Pulau Papua.

“Tapi tentu saja, kapal-kapal tersebut harus memiliki izin setempat dan sesuai dengan tonasenya. Karena, tetap saja tidak sembarangan kapal bisa masuk ke wilayah perairan,” tandas dia.

Puluhan kapal penangkap ikan yang bersandar di di Pelabuhan Perikanan Nizam Zachman Muara Baru, Jakarta Utara pada Selasa (19/01/2016) siang. Kapal-kapal tersebut tidak beroperasi karena tidak mempunyai izin atau sedang mengurus izin melaut dari KKP. Foto : M Ambari
Puluhan kapal penangkap ikan yang bersandar di di Pelabuhan Perikanan Nizam Zachman Muara Baru, Jakarta Utara pada Selasa (19/01/2016) siang. Kapal-kapal tersebut tidak beroperasi karena tidak mempunyai izin atau sedang mengurus izin melaut dari KKP. Foto : M Ambari

Sebelumnya, Lektor Kepala bidang Oseanografi Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB, Alan Koropitan, mengatakan, El-Nino berdampak menguatkan upwelling arus laut, terutama terjadi di selatan Jawa dan Nusa Tenggara. “Khusus di daerah-daerah upwelling,  akan melimpah ikan-ikan pelagis kecil,” kata Alan.

Alan menjelaskan El-Nino menyebabkan warm pool region—semacam kolam air panas, kawasan laut yang airnya lebih panas dibanding sekitarnya— di Lautan Pasifik akan bergerak menjauhi Pasifik Barat menuju ke tengah.

“Kita bakalan kelimpahan ikan pelagis besar  yaitu tuna, yang suka berkumpul di warm pool region, yang bergerak dari Pasifik Barat menuju ke perairan timur Indonesia.  Tuna khususnya cakalang dan madidihang suka berkumpul di area warm pool tersebut,” terangnya.

Kelimpahan ikan pelagis besar seperti tuna, menjadi berkah bagi nelayan di perairan timur Indonesia. Untuk itu, pemerintah harus mengantisipasi dan bersiap menghadapinya.

Alan melihat pemerintah harus menyiapkan infrastruktur dari cold storage penyimpanan ikan, armada kapal-kapal besar penangkap ikan sampai ke industri pengolahan ikan.  “Pemerintah agar mengoptimalkan penangkapan tuna di perairan Indonesia timur, khususnya di WPP (wilayah pengelolaan perikanan) 717, di utara Papua,” katanya.

Dia melihat pemerintah belum siap dengan armada kapal besar penangkap ikan, karena adanya peraturan menteri kelautan dan perikanan terkait moratorium kapal eks asing. Banyak sekali kapal besar yang tidak melaut karena peraturan tersebut.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , , , , ,