,

Macan Tutul Turun Gunung Lagi

Seekor macan tutul (Panthera pardus melas) kembali terkena jerat seusai memakan ternak ayam milik warga di kampung Balandongan, Desa Mandalare, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, pada Rabu (30/03/2016). Macan tutul yang turun ke pemukiman warga tersebut berasal dari habitat aslinya di Gunung Sawal.

“Menurut penuturan warga sudah empat hari berturut – turut ternak ayam mereka hilang. Jumlahnya yang diketahui empat ekor untuk kasus sekarang. Warga menduga dimangsa musang. Terus dipasanglah jerat dan ternyata yang terkena jerat adalah macan. Dan warga pun segera melapor dan kita langsung melakukan evakuasi bersama tim,” jelas Kepala Resort Gunung Sawal, Warid saat dihubungi via telepon oleh Mongabay.

Warid memaparkan saat ditemukan kondisi macan tutul dalam keadaan lemah. Hal ini diperkirakan karena terkena jerat pada malam hari sehingga macan tutul tersebut kelelahan. “Kakinya tidak patah hanya saja bengkak, akibat berontak terus sampai akhirnya tali nilon yang menjeratnya semakin kencang,” jelasnya.

Kalau persoalan sumber makanan, kata Warid, masih mencukupi karena di Gunung Sawal banyak terdapat mamalia seperti babi hutan. Namun, penyebab turunnya “penjaga hutan” itu dipastikan karena lemahnya insting berburu.  “Ketika saya amati secara detail, giginya sedikit pendek dan seperti patah. Ternyata si macan tutul itu berjenis kelamin betina dan berumur sudah tua sehingga sulit mungkin untuk memangsa buruannya,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat, Sylvana Ratina menuturkan permasalahan turunnya macan tutul ke pemukiman warga sebagian besar karena faktor terganggungnya habitat satwa tersebut.

“Khusus di Suaka Marga Gunung Sawal sendiri memang dulunya banyak satwa – satwa yang dilindungi tinggal di sana. Dulu pernah terdapat petak 67 bekas peninggalan Perhutani, kemudian berkembang dan yang tadinya hutan produksi sekarang dijadikan kawasan konservasi atas usulan Pemda setempat,” ucapnya.

Lebih lanjut dia menjelaskan, daerah tersebut memang dulunya dikelola dengan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Namun masyarakat yang tinggal di sana, kata dia, tidak dicarikan solusinya sehingga masyarakatnya masih melakukan kegiatan pertanian. Padahal, kawasan tersebut sudah berubah menjadi konservasi yang tidak boleh dimasuki tanpa izin.

“Kita masih mengkaji dan menduga-duga terhadap fenomena turunnya macan dari habitatnya. Memang, sejak tahun 2008  sudah terjadi konflik dengan warga yaitu dengan memakan hewan ternak seperti ayam, kambing. Nah, ketika mereka [macan tutul] lapar, tidak ada makananya dan di habitat asalnya, makanannya yang ada kaya babi hutan sudah diburu orang dan sebagainya, bisa saja terjadi,” katanya melalui sambungan seluler.

Pelepasliaran Macan

Sylvana mengungkapkan tahun 2016 sudah terjadi 2 kasus macan tutul yang turun gunung dan masuk ke pemukiman warga. Yang pertama, kata dia, terjadi Januari lalu, macan tutul yang ditemukan juga memangsa hewan ternak warga dan ditemukan dalam keadaan buta.

“Yang pertama sudah kami evakuasi ke Taman Satwa Cikembulan, Garut untuk direhabilitasi. Untuk yang sekarang sudah langsung dibawa ke Konservasi Taman Safari Indonesia, Bogor,” ungkapnya.

Dia menjelaskan tak mudah untuk melepasliarkan macan tutul ke habitatnya begitu saja. Dia melanjutkan perlu ada kajian yang mesti harus dilakukan terlebih dulu. “Kondisi satwa yang ditangkap kan dalam kondisi lemah,perlu dulu direhabilitasi ke keadaan semula dan itu ada prosedurnya. Selain itu juga ada kajian tentang habitatnya apa dilepasliarkan diawal ditemukannya atau mencari kawasan konservasi baru,” jelasnya.

Macan tutul Jawa (Panthera pardus melas). Foto: CIFOR
Macan tutul Jawa (Panthera pardus melas). Foto: CIFOR

Dalam waktu dekat, kata dia, pihaknya akan melakukan kajian habitat dan inventarisasi di Gunung Sawal. “Ya kami ingin melakukan diskusi dengan para pemerhati dan peneliti macan tutul terkait program tersebut untuk mencari solusinya bersama,” ungkapnya.

Sylvana juga menuturkan keterbatasan peralatan dan dana menjadi kendala terwujudnya program tersebut. “Saya juga meminta ke beberapa pihak untuk dibuatkan CSR (Corporate Sosical Responsibility) untuk menunjang kajian habitat dan inventarisasi soalnya kejadian macan turun gunung sering terjadi tiap tahun,” katanya.

Selain itu, Sylvana menghimbau kepada masyarakat di sekitar kawasan hutan untuk melapor apabila melihat atau menemukan macan tutul yang turun dari habitatnya. Dia juga mengingatkan kepada masyarakat agar mengurangi intensitas kegiatannya yang memasuki kawasan konservasi agar konflik antara macan dengan warga tidak terjadi lagi.

“Kami akan berupaya dalam jangka pendek ini melakukan kajian habitat dan inventarisasi terhadap macan tutul di Gunung Sawal. Dan kami juga mengajak masyarakat untuk bersama – sama menjaga dan memelihara habitatnya agar macan tutul tetap ada sebagai pengatur ekosistem,” pungkasnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,