, ,

Longsor Kepung Pegunungan Arfak, 6 Orang Dilaporkan Hilang

Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat, setidaknya terkepung lima titik longsor cukup parah, pada sejumlah ruas jalan utama dan dua kampung, Sopnyai dan Minyeimemud, Senin (18/4/16). Hujan deras menguyur daerah itu satu pekan terakhir.

Di Kampung Sopnyai, dilaporkan enam orang hilang, jalan tertimbun tanah hingga transportasi terputus. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Papua Barat Derek Ampnir mengatakan, nasib enam orang hilang belum diketahui.

Informasi longsor, katanya, baru diketahui sekitar pukul 13.00, Senin (18/4/16). Hingga berita ini turun, tim sama sekali tak punya gambaran awal tentang kondisi korban dan situasi pasca longsor di kampung itu.

Tim BPBD telah menyiapkan rencana tanggap darurat ke daerah itu sore hari, namun hujan deras mengguyur terpaksa rencana urung. Jalan menuju Kampung Sopnyai dilaporkan longsor hingga tak bisa dilalui. Tim BPBD Pegunungan Arfak belum tiba. “Tim BPBD tak bisa menembus daerah karena jalan menuju kampung rusak parah, Pegunungan Arfak dikepung longsor,” kata Derek dihubungi Mongabay dari Manokwari, Senin (18/4/16). Meski begitu, korban longsor telah mengungsi ke gereja.

Derek mengatakan, tim BPBD Papua Barat akan berangkat ke lokasi, Selasa subuh (19/4/16). Dalam rencana tanggap darurat kesana, katanya, tim berangkat 12 orang langsung di bawah komandonya. Tim akan membawa kebutuhan dasar masyarakat seperti makanan dan selimut.

Suasana Kampung Demaisi, Distrik Minyambou, Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat. Foto: Duma Sanda
Suasana Kampung Demaisi, Distrik Minyambou, Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat. Foto: Duma Sanda

Kampung Sopiyai dihuni 500 jiwa berada di bawah tebing dengan tanah labil hingga mudah longsor. Daerah ini sudah diprediksi jauh hari paling potensial longsor.

Longsor juga dilaporkan terjadi di Minyeimemud, namun belum bisa diverifikasi karena BPBD tak mengantongi informasi cukup tetapi dilaporkan tak ada korban jiwa.

Longsor juga terjadi pada jalan menuju Kabupaten Pegunungan Arfak. Dua titik paling parah, menyebabkan kendaraan tertahan di kilometer lima dan 18, tak jauh dari Kampung Apui dan Demaisi Distrik Minyambou.

Senada dikatakan Ketua Forum Penanggulangan Bencana (FPB) Kabupaten Manokwari, Yulianus Peterson Sinery. Dia mengatakan, belum bisa memverifikasi korban hilang dampak longsor di Kampung Sopnyai.

Roni, sopir yang sudah tujuh tahun mengoperasikan kendaraan gardan ganda, mengatakan, kabupaten ini tak bisa diakses sejak Senin pagi.

“Ada sekitar 40 kendaraan menuju ke Pegaf berangkat sejak subuh, hanya dua lolos. Itupun mereka nekat. Sisanya berbalik ke Manokwari,” katanya

Sejak satu pekan terakhir, katanya, hujan deras mengguyur daerah itu, namun baru Senin hujan melumpuhkan transportasi.

Transportasi ke wilayah Pegunungan Arfak dari Manokwari, selama ini menggunakan kendaraan gardan ganda, maupun truk (untuk membawa material pembuatan jalan).

Dalam kondisi ekstrim, semisal, setelah hujan, biasa hanya kendaraan gardan ganda bisa lewat. Itupun bila alat berat semacam eskavator siaga mengeruk material longsoran yang menutup jalan atau membuka sungai yang tertutup material yang terbawa arus.

Perlu alat berat

Alat berat dari Dinas Pekerjaan Umum sudah dikerahkan mengatasi longsor tetapi masih kurang. “Kebutuhah mendesak alat berat untuk membersihkan material longsor dan meperbaiki akses jalan. Kondisi saat ini masih hujan deras,” kata Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB.

ebing yang rawan longsor tak jauh dari Kampung Demaisi di Pegunungan Arfak Papua Barat. Foto: Duma Sanda
ebing yang rawan longsor tak jauh dari Kampung Demaisi di Pegunungan Arfak Papua Barat. Foto: Duma Sanda
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,