, ,

Bandizt Shaggydog Bicara Kepedulian Alam dan Satwa

Namanya Odyssey Sanco. Biasa disapa Bandizt. Pria pembetot bass grup Band Shaggydog ini dikenal pecinta alam dan satwa. Ini berawal belasan tahun lalu kala dia melihat satwa domestik seperti kucing dan anjing terlantar di jalanan. Mungkin sengaja dibuang di jalan, selokan, bahkan tempat sampah. Kini, rumah Bandizt, di Bantul, Yogyakarta,  dihuni puluhan kucing dan anjing. Dia dan sang istri, Angelina Pane,  menganggap satwa-satwa ini anak mereka.

Banditz dan Shaggydog juga prihatin melihat kondisi hutan dan satwa endemik seperti orangutan. Populasi satwa endemik di Kalimantan dan Sumatera ini terus menurun dampak beragam hal dari hutan berubah bentuk menjadi, kebun sawit sampai pemukiman, sampai perburuan untuk pelihara maupun perdagangan ilegal.

Pria 43 tahun ini dan kelompok bandnya pun menjadi duta Animal Friends Jogja (AFJ) dalam mengkampanyekan setop makan daging anjing. Banditz juga pendiri AFJ, organisasi peduli satwa domestik seperti anjing dan kucing.

Kala saya berkunjung ke rumahnya, 6 Juni 2016, disambut gonggongan anjing. Dia bersama istri, tampak menyiapkan makanan buat anak-anak mereka, membersihkan kotoran hingga memberikan obat bagi yang sakit. Saya berkesempatan berbincang-bincang dengan Bandizt. Berikut petikannya…

Mengapa anda tergerak peduli alam dan satwa?

Keprihatinan mendalam makin marak kasus-kasus kekerasan terhadap satwa dan alam. Masih sedikit kepedulian masyarakat mencegah dan menghentikan. Kinerja pemerintah juga belum maksimal. Akhirnya, saya dan beberapa rekan mendirikan Animal Friends Jogja (AFJ). Ini bentuk konkrit, aksi langsung penyelamatan satwa domestik.

Saat it,  Jogja tak ada kelompok fokus memperjuangkan hak-hak satwa. Satwa banyak telantar, dijualbelikan, bahkan dibunuh seperti penembakan kucing di Sleman, 2014.

Bica ceritakan soal pendirian AFJ?

Awalnya,  AFJ hanya komunitas kecil tanpa nama, beranggotakan individu-individu peduli satwa yang bergerak secara sukarela. Program utama kami, edukasi. Seiring waktu, kenyataan makin banyak kekerasan satwa, makin intens juga kami berkonsultasi dengan ‘kakak’ kami di Jakarta Animal Aid Network. Kami mendiskusikan langkah-langkah penanggulangan.

Berbagai kasus ini ternyata membutuhkan pergerakan lebih progresif terutama advokasi. Akhirnya, kami beranikan diri membentuk AFJ.

Selain kesibukan tur keluar kota, ia membagi peran untuk mengurus anjing dan kucing di rumah. Foto: Tommy Apriando
Selain kesibukan tur keluar kota, ia membagi peran untuk mengurus anjing dan kucing di rumah. Foto: Tommy Apriando

Apa pendapat Anda soal masih marak perdagangan dan konsumsi daging anjing?

Bagi saya, hidup manusia harus bermanfaat bagi semua makhluk hidup. Mengukur kepedulian dan jiwa sosial manusia, dari bagaimana mereka berkata dan sikap. Jika dengan anjing dan kucing saja tak peduli, apalagi sesama manusia lain. Anjing itu satwa domestik bisa jadi sahabat manusia. Anjing juga sangat setia. Anjing bukan ternak konsumsi masyarakat.  Jujur di Jogja, saya sangat prihatin perdagangan dan konsumsi daging anjing marak.

Investigasi AFJ di Jogja, satu pemasok besar, setiap dua hari ada 60 anjing dibunuh untuk konsumsi. Ini luar penangkapan dan pembunuhan pribadi atau rumahan. Anjing ini satwa domestik, bukan sumber protein karena tak ada standar kesehatan dan kontrol terhadap daging anjing.

Anda dan band (Shaggydog) juga pernah menjadi duta orangutan. Bisa diceritakan?

Awalnya, tawaran dari teman di Centre for Orangutan Protection (COP). Mereka memperlihatkan kondisi hutan dan satwa endemik terancam punah. Saya sedih melihat ini. Hutan disulap menjadi perkebunan-perkebunan sawit, hutan gundul, illegal logging marak. Bagi kami,  hutan paru-paru bumi. Keberadaan hutan jelas mempengaruhi ketersediaan air dan bahan makanan. Apalagi habitat asli ribuan spesies satwa termasuk orangutan.

Sudah seharusnya kita sadar, bersama menjaga hutan. Keserakahan manusia sendirilah yang mengancam kepunahan satwa-satwa langka. Manusia berambisi tanpa memerdulikan mahluk lain. Kepunahan orangutan bisa dicegah dengan penegakan hukum tegas.

Bandizt dan istri, Ina, total dalam komitmen, kepedulian dan tindakan menyamatkan satwa domestik. Foto: Tommy Apriando
Bandizt dan istri, Ina, total dalam komitmen, kepedulian dan tindakan menyamatkan satwa domestik. Foto: Tommy Apriando

Bagaimana anda melihat andil pemerintah dalam perlindungan lingkungan dan satwa?

Memprihatinkan. Teramat kurang perhatian dan peran pemerintah dalam menjaga alam dan satwa.  Padahal itu kekayaan Indonesia.

Manusia, alam dan satwa saling punya keterkaitan kuat. Tanpa menjaga keharmonisan, jelas kehancuran akan terjadi. Kebijakan-kebijakan pemerintah seharusnya meletakkan interkoneksi ini sebagai salah satu prioritas. Bukan semata mengedepankan pengerukan keuntungan eksploitatif dan melupakan harmoni dan saling menghargai antara manusia, alam dan satwa.

Apa harapan anda terhadap pemerintah dan masyarakat dalam pelestarian alam, satwa liar maupun domestik?

Pemerintah peduli, legowo, dan kooperatif. Bersinergi bersama kelompok peduli satwa dan alam demi kebaikan bersama. Masyarakat, jangan berhenti mengedukasi diri dan menghindar dari sikap apatis bisa bersama bergerak demi pelestarian alam, perlindungan dan peningkatan kesejahteraan satwa.

Pemerintah lebih peduli, bekerja keras, dan tegas dalam menegakkan hukum terhadap pelaku kejahatan terhadap satwa. Penegakan hukum akan berdampak baik pada perlindungan satwa, selain kepedulian dari masyarakat.

Kucing-kucing yang ditampung Bandizt dan Ina di rumah. Foto: Tommy Apriando
Kucing-kucing yang ditampung Bandizt dan Ina di rumah. Foto: Tommy Apriando
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,