- Merbah cerucuk adalah burung yang biasa ditemukan di kebun-kebun di sekitar kita
- Burung ini termasuk dalam hewan komunal atau sering berkelompok, baik ketika mencari makanan maupun bertengger.
- Burung ini berstatus least concern atau resiko rendah menurut IUCN Red List. Burung jenis ini sudah mulai susah ditemukan di alam liar. Ini karena kemudahannya unuk dipelihara, sangat mudah jinak jika dipelihara sejak kecil.
- Adanya kuota atau batas-batas hukum yang jelas sebagai perlindungan terhadap pelestariannya harus segera dilakukan.
Burung ini bernama Merbah Cerucuk (Pycnonotus goiavier). Burung yang juga bernama Yellow-vented Bulbul Merupakan sejenis burung pengicau dari suku Pycnonotidae. Orang Sunda menyebutnya cica, cucak, cerukcuk atau jogjog. Sedangkan orang Jawa menyebutnya sebagai terucuk atau cerocokan, mengikuti bunyi suaranya yang khas..
Burung ini berukuran sedang. Yang dewasanya, mempunyai panjang tubuh total sekitar 20 cm. Mempunyai ciri mahkota cokelat gelap kehitaman, alis dan sekitar mata putih, dengan kekang (garis di depan mata) hitam.
Sisi atas tubuhnya berwarna coklat, sedangkan sisi bawahnya (tenggorokan, dada dan perut) adalah putih. Sisi lambung dengan coretan-coretan coklat pucat, dan penutup pantat berwarna kuning. Memang sekilas, burung ini terlhat unik dan agak sedikit mirip dengan derkuku, jika dilihat dari kejauhan.
baca : Penampilan Burung Ini Mengingatkan Kita Pada Donald Trump
Merbah cerukcuk menyukai tempat-tempat terbuka, semak belukar, tepi jalan, kebun, dan hutan sekunder. Dan Mongabay Indonesia pun mengambil gambar burung ini di perkebunan di daerah Bogor pada Februari kemarin.
Umumnya terdapat di daerah dengan ketinggian 1500 m dpl. Tetapi tidak menutup kemungkinan pula, burung ini juga ditemukan di daerah yang lebih rendah, di mana di sana sedang musim buah-buah kecil.
Dan dapat ditemukan di daerah Sumatera (termasukpulau-pulau bagian timur), Kalimantan (termasuk Batambangan dan Maratua), Jawa dan Bali. Sedangkan untuk penyebaran globalnya, merbah cerucuk terdapat di Asia Tenggara, semenanjung Malaysia, Sunda Besar dan Lombok. (John MacKinnon, Karen Phillipps, Bas Van Balen, “ Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan”. LIPI/ Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia, 2010).
baca juga : Isapmadu Elok, Burung Menawan Hati di Tanah Papua
Burung ini termasuk dalam hewan komunal atau sering berkelompok, baik ketika mencari makanan maupun bertengger, dengan jenisnya sendiri maupun dengan jenis merbah yang lain, atau bahkan dengan jenis burung yang lain. Tidur berkelompok dengan jenisnya, di ranting-ranting perdu atau pohon kecil.
Pemeriksaan terhadap isi perut beberapa spesimen merbah cerukcuk dari Aceh mendapatkan sisa-sisa buah ara (Ficus), bebijian sejenis lada liar, dan sisa tubuh serangga besar. Sementara, penelitian di sebuah perkebunan kelapa sawit di Serawak, mendapatkan bahwa burung ini menyukai serangga-serangga ordo Coleoptera dan Homoptera sebagai mangsanya, selain juga memangsa aneka nyamuk (ordo Diptera), cacing tanah, buah-buah kecil, seperti buah senggani (Melastoma), dedaunan, dan serat-serat buah kelapa sawit. Di pekarangan rumah di Jawa, burung ini kerap melubangi buah pepaya dan pisang yang telah masak.
menarik dibaca : Si Imut Burung Cabai Bunga Api
Walaupun menurut IUCN Red List (The International Union for Conservation of Nature), burung Merbah Cerucuk hanya masuk dalam status least concern, atau resiko rendah (telah dievaluasi berdasarkan kriteria risiko, dan tidak memenuhi syarat sebagai kategori kritis, genting, rentan, maupun hampir terancam), tetapi burung jenis ini sudah mulai susah ditemukan di alam liar.
Ini karena kemudahannya untuk dipelihara, burung ini banyak ditangkap untuk dipelihara di rumah-rumah. Burung ini sangat mudah jinak jika dipelihara sejak kecil. Merbah cerucuk akan kembali terbang ke rumah pemiliknya untuk meminta makanan jika dilepaskan dari kandangnya.
Adanya kuota atau batas-batas hukum yang jelas sebagai perlindungan terhadap pelestariannya harus segera dilakukan. Ini untuk mencegahnya menghilang dari kebun-kebun di belakang rumah kita. Apabila tidak segera dibuatkan peraturannya, mungkin saja 10 tahun ke depan suara unik Merbah Cerucuk akan benar-benar menghilang dari habitat aslinya.
baca juga : Empat Dekade Penelitian, 457 Burung Dinyatakan Sebagai Spesies Baru