- Ilmuwan terkenal dan pegiat lingkungan Jane Goodall, DBE, dianugerahi Templeton Prize 2021. Sebuah penghargaan bernilai $1,5 juta yang mengakui pencapaian orang-orang yang “memanfaatkan kekuatan sains untuk mengeksplorasi pertanyaan terdalam tentang alam semesta dan tempat serta tujuan umat manusia di dalamnya.”
- Goodall, yang bergabung dengan daftar pemenang termasyhur, termasuk Desmond Tutu dan Dalai Lama, dianugerahi untuk “keingintahuan ilmiah dan spiritualnya”. Dia mewakili pilihan yang tidak biasa untuk penghargaan ini karena dia bukanlah tokoh agama.
- Penghormatan atas Goodall datang ketika lebih banyak pemimpin agama berbicara tentang perlunya melindungi alam sebagai bagian dari iman mereka.
Primatologis, konservasionis, dan ahli lingkungan terkenal dunia, Jane Goodall, DBE, memenangkan Templeton Prize 2021. Penghargaan prestisius senilai $1,5 juta yang mengakui pencapaian orang-orang yang “memanfaatkan kekuatan sains untuk mengeksplorasi pertanyaan terdalam tentang alam semesta serta tempat dan tujuan umat manusia di dalamnya.”
Goodall, yang bergabung dalam daftar pemenang termasyhur termasuk Desmond Tutu [2013] dan Dalai Lama [2012], dianugerahi untuk “keingintahuan ilmiah dan spiritual” yang menghasilkan wawasan baru tentang kecerdasan hewan. Juga, bagaimana manusia terhubung dengan spesies dan ekosistem yang mengelilingi kita.
“Kami bahagia dan merasa terhormat memberikan penghargaan kepada Dr. Jane Goodall tahun ini. Prestasinya melampaui parameter tradisional penelitian ilmiah dalam menentukan persepsi kita tentang apa artinya menjadi manusia,” kata Heather Templeton Dill, Presiden John Templeton Foundation.
“Penemuannya telah sangat mengubah pandangan dunia tentang kecerdasan hewan dan memperkaya pemahaman kita tentang kemanusiaan dengan cara yang rendah hati dan juga memuliakan. Pada akhirnya, hasil karyanya mencontohkan tentang jenis kerendahan hati, keingintahuan spiritual, dan penemuan yang sering ditulis dan dibicarakan oleh kakek saya, John Templeton, selama hidupnya.”
John Templeton merupakan seorang investor dan dermawan yang memulai Templeton Growth Fund, sebuah reksadana terdiversifikasi, tahun 1954. Selama hidupnya, ia menyumbangkan lebih dari $1 miliar untuk kegiatan amal dan mendirikan Yayasan John Templeton, yang memberikan Penghargaan Templeton setiap tahunnya.
Goodall mewakili nominasi yang tidak biasa untuk penghargaan tersebut karena dia bukanlah tokoh agama. Goodall, yang dibesarkan dalam keluarga Kristen, mengidentifikasi diri sebagai spiritual ketimbang religius, sebuah pandangan yang muncul dari pengalamannya mempelajari simpanse di hutan Tanzania, katanya.
“Di dalam hutan hujan saya belajar tentang keterkaitan semua spesies, masing-masing dengan peran yang harus dimainkan,” katanya saat menerima penghargaan. “Saya merasakan hubungan spiritual yang kuat dengan alam.”
Penghormatan untuk Goodall datang ketika lebih banyak pemimpin agama berbicara tentang perlunya melindungi alam sebagai bagian dari iman mereka. Misalnya, Paus Fransiskus telah menjadi advokat yang blak-blakan dalam memerangi perubahan iklim dan mengakui peran yang dimainkan masyarakat adat dalam menjaga sumber daya planet ini. Sementara, Interfaith Rainforest Initiative telah mempertemukan para pemimpin lintas agama untuk mendukung upaya pelestarian hutan. Goodall juga telah terlibat dalam upaya ini.
Goodall mengatakan bahwa seumur hidupnya ia telah meningkatkan kesadaran, menciptakan koneksi, dan bekerja dengan banyak orang telah mengajarinya banyak hal tentang sifat dan potensi manusia.
“Saya telah belajar lebih banyak tentang dua sisi sifat manusia, dan saya yakin bahwa ada lebih banyak orang baik daripada orang jahat,” katanya melalui sambutan penerimaan penghargaannya.
“Ada begitu banyak orang yang menangani tugas yang tampaknya mustahil, lalu berhasil. Hanya jika kepala dan hati bekerja dalam harmoni, kita dapat mencapai potensi kemanusiaan kita yang sebenarnya.”
Keterangan: Jane Goodall adalah anggota Advisory Board Mongabay.
Tulisan asli dapat dibaca pada tautan ini: Jane Goodall wins Templeton Prize for work at intersection of science and spirituality. Artikel diterjemahkan oleh Akita Verselita.