- Saat pemotongan hewan kurban pada Hari Raya Idul Adha, kemasan daging banyak menggunakan kantong plastik. Padahal kantong plastik tidak baik bagi lingkungan, sulit terurai.
- Sebagian besar kantong plastik kresek merupakan hasil daur ulang plastik yang umumnya berasal dari limbah wadah bekas produk pangan, bahan kimia, pestisida, kotoran hewan atau manusia, dan sebagainya. Dalam proses pembuatannya juga menggunakan bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan.
- Ada alternatif yang bisa kita gunakan sebagai pengganti kantong plastik dalam membungkus daging kurban, misalkan daun jati, daun pisang, daun bambu, daun jagung, dan daun palem
- Daun bersifat aman dan biodegradable [mudah terurai secara alami], tidak akan ada bahan kimia yang menempel pada makanan sehingga tidak ada kekhawatiran berdampak pada kesehatan, dan pastinya ramah lingkungan.
Hari Raya Idul Adha atau Hari Raya Kurban kita rayakan Selasa [20/7/2021]. Lebaran ini dibarengi dengan pemotongan hewan kurban, seperti sapi atau kambing. Biasanya, untuk pemotongan hewan kurban telah dibentuk panitia penyelenggara di masjid-masjid sekaligus pendistribusiannya.
Namun saat dibagikan, umumnya daging dikemas dalam kantong plastik. Padahal, kantong plastik kurang baik untuk lingkungan, karena butuh puluhan hingga ratusan tahun untuk terurai di tanah.
Imbauan soal penggunaan kantong plastik ini juga sudah disampaikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan [BPOM] sejak 2019 lalu, bahwa sebagian besar kantong plastik kresek merupakan hasil daur ulang plastik. Plastik daur ulang tersebut, umumnya berasal dari limbah wadah bekas produk pangan, bahan kimia, pestisida, kotoran hewan atau manusia, dan sebagainya. Dalam proses pembuatannya juga menggunakan bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan.
“Diimbau untuk tidak menggunakan kantong plastik kresek daur ulang untuk mewadahi langsung berbagai jenis bahan baku pangan misalnya daging, ikan, dll, serta berbagai jenis makanan siap santap.”
Baca: Bagi-bagi Daging Kurban Bebas Plastik dengan Pakai Besek
Daun jati
Ada alternatif yang kita gunakan sebagai pengganti kantong plastik dalam membungkus daging kurban, misalkan daun jati atau daun pisang. Penggunaan daun jati sebagai kemasan daging kurban sudah pernah dilakukan di Kabupaten Bojonegoro. Ketika itu, Kepolisian Resort Bojonegoro menyembelih delapan ekor sapi dan 27 ekor kambing yang menghasilkan 1.500 bungkus daging yang semunya dibungkus daun jati dijajar di meja, kemudian dibagikan ke sejumlah warga sekitar, Polres, dan pondok pesantren.
Dilansir dari doktersehat, jika memakai daun jati, tidak akan ada bahan kimia yang menempel pada makanan sehingga tidak ada kekhawatiran mengalami dampak kesehatan. Bungkus makanan dari daun jati pun lebih ramah lingkungan, jika dibandingkan dengan pembungkus berbahan plastik. Hal ini berarti, menggunakannya tidak akan memicu penumpukan sampah yang merusak lingkungan.
Dalam jurnal yang ditulis oleh Musri Fatul Alfiyah, Dwi Ari Budiretnani, dan Nur Solikin, disebutkan bahwa secara tradisional, masyarakat menggunakan daun jati untuk pembungkus makanan tanpa mengetahui kandungan yang terdapat pada daun jati.
Daun jati memiliki ciri berdaun besar, bulat telur terbalik, berhadapan, dengan tangkai yang sangat pendek serta memiliki kandungan fitokimia yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil uji fitokimia dalam daun jati terdapat flavonoid, alkaloid, tanin, napthaquinones dan antrakuinon yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri atau sebagai antibakteri. Senyawa aktif dalam daun jati ini dapat digunakan untuk mengawetkan daging.
Baca: Kurangi Plastik, Wadah Daging Kurban Pakai Besek
Manfaat bungkus daun
Dalam buku “Pengemasan Pangan, Kajian Pengemasan yang Aman, Nyaman, Efektif dan Efisien [2017]” dijelaskan bahwa kemasan makanan tradisional jenis kemasan yang memanfaatkan bahan botanis [daun-daunan, misalnya] tidak hanya berfungsi sebagai pelindung isinya dari debu atau agar tahan lama. Tapi juga, merupakan upaya untuk mengatur, merapikan makanan itu agar mudah dan praktis, dan dipegang.
Selain itu, bahan kemasan tersebut juga memberikan aroma tertentu pada makanannya. Sehingga peranan kemasan tradisional dengan memanfaatkan daun-daunan adalah melindungi produk dari lingkungan luar, membuat praktis, membantu proses pemasakan [fermentasi], menarik konsumen dengan cara warna dan teknik pengemasan, serta mempertahankan kualitas produk.
Ragam pengemasan pangan yang sering dijumpai seperti kemasan dengan menggunakan daun pisang, kelobot jagung [pelepah daun jagung], daun kelapa/enau [aren], daun jambu air dan daun jati. Daun digunakan secara luas, bersifat aman dan biodegradable [mudah terurai secara alami], yang biasanya berupa daun pisang, daun jati, daun bambu, daun jagung dan daun palem, dan lebih aman digunakan dalam proses pemanasan dibanding plastik.
Baca juga: Pisang, Antara Varietas dan Manfaat yang Kita Lupakan
Seperti diketahui, untuk satu ekor sapi bisa menghasilkan 350 paket daging kurban. Sedang, kambing atau domba sekitar 50 paket. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2019, kurban saat Idul Adha jumlahnya mencapai 1,560 juta, terdiri 460.000 sapi atau kerbau dan 1,1 juta kambing atau domba. Untuk membungkusnya, tentu saja perlu perlu wadah kantong plastik kresek.
“Bayangkan jika dua lapis. Saya yakin, itu akan langsung jadi sampah karena kotor,” kata Novrizal Tahar, Direktur Pengelolaan Sampah, Direktorat Pengelolaan Sampah, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan [KLHK], sebagaimana pernah diberitakan Mongabay sebelumnya.
Sejak 2015, KLHK terus kampanye “Rayakan Idul Adha Tanpa Kantong Plastik” guna mengurangi sampah plastik. Kampanye ini, melalui surat edaran kepada pemerintah kabupaten/wali kota dan provinsi. Adapun pilihan pembungkus makanan lebih alami berupa besek bambu, besek daun pandan, daun kelapa, daun jati, dan daun pisang.
Pada Hari Raya Idul Adha sebelumnya [2019], aksi mengganti kantong plastik kresek untuk daging kurban dengan pembungkus makanan alami seperti besek bambu, sudah dilakukan di beberapa tempat. Salah satunya oleh panitia kurban SMPN 3 Kota Malang, Jawa Timur, mereka beralih tak pakai kresek karena sulit terurai.
Besek bisa hancur dan terurai dalam waktu singkat. Penggunaan besek juga bagian dari pendidikan lingkungan kepada siswa. Dengan menggunakan wadah besek, bakal mendapat pahala atas ibadah kurban dan menyelamatkan lingkungan.