- Daun bungkus [Smilax rotundifolia] merupakan daun yang sangat terkenal dari Papua yang jarang dilakukan penelitian.
- Daun ini banyak dijual di toko-toko online dengan harga beragam karena dianggap memiliki khasiat kejantanan yang disertai dengan mitos-mitosnya.
- Sepintas penampakkan daun bungkus mirip dengan daun sirih yang menjalar dan menjuntai.
- Sebuah riset yang diterbitkan pada Jurnal Farmasi menyebutkan, daun bungkus mengandung senyawa saponin. Saponin bisa dipakai untuk banyak keperluan, misalnya untuk membuat minuman beralkohol, dalam industri pakaian, kosmetik, obat- obatan, dan dipakai sebagai obat tradisional.
Indonesia memiliki kekayaan jenis tumbuhan luar biasa. Namun, kurangnya dukungan penelitian masih menjadi tantangan utama dalam mengembangkan potensi tanaman yang ada, terlebih sebagai tanaman obat.
Salah satunya, tanaman yang diidentikkan dari Papua, yaitu daun bungkus [Smilax rotundifolia]. Bagi masyarakat Papua, daun ini memiliki sebutan lain yaitu daun tiga jari atau daun Mambri.
Wilayah yang terkenal sebagai penghasil daun bungkus adalah Kampung Ambroben, Distrik Biak Kota, Papua. Daun bungkus sangat terkenal terutama bagi kaum pria karena dianggap memiliki khasiat kejantanan yang disertai dengan mitos-mitosnya.
Yoseph Rumbewas, warga Kota Biak, mengakui bahwa daun bungkus sangat terkenal di kotanya. Namun berbeda dengan beberapa tahun lalu, saat ini daun bungkus yang diperjualbelikan sudah dalam bentuk olahan seperti minyak urut.
Daun ini banyak dijual di toko-toko online dengan harga yang beragam. Sepintas, penampakkannya mirip daun sirih yang menjalar dan menjuntai. Panjang dan lebarnya bervariasi. Ada yang mencapai 15 cm dengan lebar 8 cm dan ada pula yang ukuran panjangnya hanya 7 cm dengan lebar 4 cm.
Baca: Gambir, Antara Tradisi Menyirih dan Mahar Perkawinan
Dalam buku berjudul “Tumbuhan obat tradisional Papua berdasarkan kearifan lokal masyarakat” yang disusun Dinas Kesehatan Provinsi Papua [2016], daun bungkus dimasukkan sebagai bagian dari kearifan masyarakat Papua. Habitat tumbuhan ini banyak terdapat di hutan dan pinggiran daerah agak panas.
Namun disebutkan, belum ada laporan mengenai informasi kandungan senyawa dan aktivitas farmakologis. Meski demikian, kemungkinan ada kandungan histaminnya karena memberi efek bengkak, gatal, dan juga melebarkan pembuluh darah.
Peneliti dari Fakultas MIPA Universitas Cenderawasih, Lisye Iriana Zebua menyebut, sampai saat ini belum ada penelitian terbaru yang bisa membuktikan mitos mengenai daun bungkus. Zebua mengatakan, potensi tanaman obat dari Papua memang sangat banyak dan beragam, termasuk potensi daun Mambri. Penelitian ilmiah berbagai tanaman obat Papua terkendala minimnya pengetahuan generasi muda tentang tanaman obat itu sendiri.
“Pengetahuan lokal tanaman obat Papua berbeda-beda untuk setiap suku. Dan [pengetahuan itu] sesuai dengan tempat tinggal mereka, baik di wilayah pegunungan maupun dataran rendah,” katanya, dikutip dari Jubi Papua, edisi 10 Maret 2022.
Baca juga: Sering Dikunyah Seperti Permen oleh Masyarakat Papua, Ini Manfaat Buah Pinang
Sementara, berdasarkan riset berjudul “Isolasi dan Identifikasi Senyawa Saponin Daun Bungkus [Smilax Rotundifolia] Menggunakan Metode Spektrofotometri Ultraviolet” yang oleh Firawati dan M. Iqbal Pratama [2018], dijelaskan bahwa daun bungkus mengandung senyawa saponin yang ditandai busa dan warna hijau pada penambahan pereaksi Liebermann Bouchard.
“Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji kandungan saponin karena mempunyai aktivitas farmakologi yang cukup luas. Sebut saja meliputi immunomodulator, antitumor, antiinflamasi, antivirus, antijamur, dapat membunuh kerang-kerangan, hipoglikemik, dan efek hipokolesterol,” ujar keduanya dalam tulisan yang terpublikasi di Jurnal Farmasi.
Dijelaskan lagi bahwa saponin juga mempunyai sifat bermacam yaitu terasa manis, ada juga yang pahit, dapat berbentuk buih, dapat menstabilkan emulsi, juga dapat menyebabkan hemolisis.
“Saponin bisa dipakai untuk banyak keperluan, misalnya untuk membuat minuman beralkohol, dalam industri pakaian, kosmetik, obat-obatan, dan sebagai obat tradisional,” jelas peneliti.
Sejauh ini, penelitian ilmiah mengenai daun bungkus Papua masih sangat sedikit. Sementara mitos tentang khasiatnnya beredar luas, namun masih sebatas testimoni dari para penggunanya.
Informasi yang sudah ada perlu dikembangkan untuk penelitian selanjutnya, agar masyarakat bisa mengetahui manfaat sesungguhnya daun bungkus tanpa mendapatkan risiko penggunaannya.