- Sebuah analisis secara genetik dari fosil penguin mengungkapkan bagaimana hewan ini berevolusi dari burung yang memiliki kemampuan terbang menjadi perenang.
- Berdasarkan penemuan fosil penguin tertua dari 62 juta tahun lalu, penguin sudah tidak bisa terbang. Bentuk tubuhnya pun sangat berbeda dengan penguin modern. Namun belum ditemukan catatan sejarah fosil penguin terbang.
- Penguin berevolusi secara genetik. Peneliti menemukan gen unik dari penguin yang mengubah banyak otot di sayap menjadi tendon. Sayap penguin berubah lebih seperti sirip yang membantu mereka menyelam.
- Penguin adalah spesies yang sensitif terhadap perubahan iklim. Bila pemanasan global semakin parah, ada kemungkinan mereka bisa punah lebih cepat karena habitat mereka sudah tidak dingin lagi.
Penguin mungkin familier dengan sebutan burung. Ya, betul, penguin adalah seekor burung. Namun, tak seperti kebanyakan burung yang bisa terbang, penguin justru adalah perenang. Sayap mereka digunakan untuk membantu mereka “terbang” di perairan Antartika yang dingin.
Akan tetapi tahukah kamu, jika penguin sebetulnya kehilangan kemampuan terbang dan malah menjadi perenang lincah sekitar 60 juta tahun lalu. Ini adalah suatu periode waktu sebelum lapisan es Antartika terbentuk!
Fakta ini diketahui dalam sebuah studi baru tahun 2022 tentang fosil dan genom penguin. Hasil identifikasi fosil terungkap bahwa telah terjadi serangkaian adaptasi genetik yang dibuat penguin untuk menjalani gaya hidup akuatik. Bisa terlihat dari penglihatan yang sensitif di bawah air, gen yang terkait dengan oksigen darah, dan perubahan kepadatan tulang.
“Temuan ini menunjukkan bahwa penguin sebagai hewan berkelompok beradaptasi untuk bertahan hidup dari beberapa perubahan lingkungan serius yang terjadi selama jutaan tahun,” kata ahli paleontologi di Bruce Museum di Greenwich, Connecticut, Daniel Ksepka.
Ia menjelaskan, fosil penguin tertua berasal 62 juta tahun lalu. Pada saat itu, penguin sudah tidak bisa terbang. Bentuk tubuhnya pun sangat berbeda dengan penguin modern. “Mereka memiliki kaki dan paruh yang lebih panjang, dan sayap mereka masih lebih mirip sayap daripada flipper,” kata Ksepka seperti dikutip dalam Live Science, Jumat (6/1/2023).
Namun kata Ksepka, nenek moyang penguin yang bisa terbang belum ditemukan dalam catatan fosil. Sehingga tidak diketahui secara pasti kapan penguin kehilangan kemampuan terbang mereka. Dalam studi tersebut, para peneliti mengevaluasi bukti fosil bersama genom semua penguin yang masih hidup, dan genom parsial untuk mereka yang punah dalam beberapa ratus tahun terakhir.
Temuan menunjukkan bahwa penguin berasal di dekat tempat yang sekarang disebut Selandia Baru beberapa saat sebelum 60 juta tahun yang lalu, tersebar ke Amerika Selatan dan Antartika, kemudian kembali ke Selandia Baru.
Dijelaskan Ksepka, sebagian besar spesies yang hidup saat ini menyimpang satu sama lain dalam 2 juta tahun terakhir. Selama periode itu, Bumi telah melalui siklus periode glasial dan interglasial di mana es kutub mengembang dan mundur.
Es yang maju mendorong penguin ke utara. Ini memotong beberapa populasi satu sama lain dan memungkinkan mereka untuk melakukan evolusi selama sekitar 100.000 tahun. Pada saat es mundur, penguin yang terpisah telah berevolusi menjadi spesies yang berbeda.
baca juga : Populasi Menyusut, Penguin Afrika Bisa Punah Beberapa Dekade Lagi
Adaptasi Genetis Penguin
Terlepas dari semua perubahan yang telah mereka lalui, penguin memiliki tingkat evolusi perubahan paling lambat dari semua burung. Namun, beberapa burung yang lebih besar dari penguin berevolusi lebih cepat daripada penguin. Jenis burung lain yang bereproduksi pada tingkat yang mirip dengan penguin juga berevolusi lebih cepat, sehingga diperlukan lebih banyak pekerjaan untuk memahami mengapa penguin sangat lambat dalam berevolusi, kata Ksepka.
Meskipun evolusi penguin mungkin relatif lambat, itu memberi mereka banyak adaptasi untuk kehidupan di dalam dan di dekat laut. Mereka berbagi serangkaian gen dengan burung lain yang tidak bisa terbang untuk memperpendek sayap mereka. Mereka juga memiliki gen unik mengubah banyak otot di sayap menjadi tendon. Pada akhirnya, sayap penguin lebih seperti sirip. Para peneliti juga menemukan mutasi pada gen yang terkait dengan penyimpanan kalsium. Kondisi tersebut berperan dalam kepadatan tulang untuk membantu mereka menyelam.
Evolusi juga telah menghasilkan banyak perubahan lain; gen yang terkait dengan penyimpanan lemak dan pengaturan suhu. Satu temuan menarik lainnya adalah bahwa penguin kehilangan beberapa gen di awal evolusi mereka yang terkait dengan mencerna kerangka krustasea. Ini menunjukkan bahwa penguin awalnya memangsa seperti ikan dan cumi-cumi.
Tetapi perluasan lapisan es menciptakan ekosistem Antartika kaya akan krill, krustasea kecil. Untungnya, para peneliti menemukan, penguin memiliki satu gen tersisa – gen CHIA – yang memungkinkan mereka untuk tetap mencerna krustasea.
baca juga : Setan Ini Memusnahkan Populasi Penguin di Sebuah Pulau di Australia
Kini sekitar 75% dari semua spesies penguin yang pernah hidup telah punah. Perubahan iklim pun sedang terjadi. Peringatan ini terutama berlaku untuk spesies dengan gaya hidup khusus, seperti penguin kaisar (Aptenodytes forsteri) yang berkembang biak sepenuhnya di atas es laut. Jika es laut mencair, penguin kaisar bakal kesulitan menemukan tempat berkembang biak.
Di belahan dunia lain, penguin kecil yang mendiami Kepulauan Galapagos hidup sangat jauh dari daratan lainnya. Mereka tidak punya tempat untuk melarikan diri jika habitat khatulistiwa mereka menjadi terlalu panas.
“Kami berpikir hewan-hewan ini sensitif terhadap perubahan lingkungan. Dalam banyak kasus mereka terancam punah. Dalam kasus lain mereka bisa menjadi jauh lebih rentan selama beberapa dekade ke depan,” pungkas Ksepka.