- Seekor paus ditemukan mati terdampar dengan kondisi sudah berbau menyengat di Pulau Tabalaa, Desa Lede, Kecamatan Lede Kabupaten Pulau Taliabu, Provinsi Maluku Utara.
- Hingga Selasa (7/3/2023), paus ini belum juga ditangani oleh pihak Dinas Kelautan Perikanan (DKP) Pulau Taliabu karena lokasinya medan berat yang sulit diakses termasuk menggunakan alat evakuasi sehingga sulit dilakukan penanganan.
- Loka PSPL Sorong menawarkan model penanganan dekomposisi alami dengan cara menarik bangkai paus ke area mangrove yang jauh dari pemukiman dan aktivitas masyarakat, karena Pulau Tabalaa tidak berpenduduk.
- Loka LPSPL Sorong telah menangani 25 kejadian keterdamparan di tahun 2022, yang terjadi di wilayah Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, Papua, Papua Barat Daya, Papua Selatan, Papua Pegunungan serta Papua Tengah.
Seekor paus ditemukan mati dan terdampar di Pulau Tabalaa, Desa Lede, Kecamatan Lede Kabupaten Pulau Taliabu, Provinsi Maluku Utara. Bangkai paus dengan panjang sekitar 10 meter dan lebar sekitar 5 meter itu, sudah berbau menyengat.
Sulaiman staf DKP Kabupaten Pulau Taliabu menceritakan paus itu ditemukan oleh nelayan tuna bernama Labaya pada Jumat (24/2/2023), hanyut di area rumpon nelayan berjarak sekira 13 mil dari utara Pulau Taliabu. Keesokan harinya paus tersebut ditemukan lagi oleh beberapa nelayan. Paus ini kemudian membusuk dan terdampar di pulau Tabalaa.
Paus ini selain belum diketahui jenisnya, warga setempat juga belum bisa memastikan penyebab kematiannya hingga terdampar.
“Kita kebetulan mancing dan tidak sengaja melihat bangkai ikan paus itu. Dari ciri tubuhnya paus ini sudah lama mati, karena saat didekati tercium bau yang menyengat,” jelas La Saleh, warga Lede.
“Sejumlah nelayan setelah mengetahui ada ikan paus terdampar dalam kondisi sudah mati, langsung mendekat dan mengambil gigi taring ikan Paus itu sebagai hiasan di rumah,” cerita Saleh.
Hingga Selasa (7/3/2023), paus ini belum juga ditangani oleh pihak Dinas Kelautan Perikanan (DKP) Pulau Taliabu. Karena ukuran tubuh yang besar, paus yang sebagian mulai hancur itu sulit terbawa arus. Warga terutama nelayan berharap penanganan dari pemeritah setempat.
baca : Seekor Hiu Paus Jantan Terdampar di Pantai Larantuka. Apa Penyebabnya?
Tabalaa merupakan sebuah pulau kecil tak berpenduduk di Taliabu yang dapat dijangkau mengunakan speedboat dari Ibu kota Pulau Taliabu selama 1 jam perjalanan.
“Sementara jarak permukiman warga Lede dari lokasi terdamparnya paus jika ditarik garis lurus ialah sekira 2,2 km,” jelas Sulaiman staf DKP Kabupaten Pulau Taliabu.
“Ada nelayan yang mengambil bagian tubuh paus berupa pengambilan gigi/taring,” jelasnya. Padahal aktifitas ini tidak seharusnya dilakukan.
Sulaiman mengatakan lokasi terdamparnya paus ini pada medan berat yang sulit diakses termasuk menggunakan alat evakuasi sehingga sulit dilakukan penanganan. Lokasinya di dalam teluk dengan hutan mangrove dan kondisi karang.
Soal temuan paus mati ini, pihak Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (LPSPL) Sorong yang memiliki wilayah kerja hingga Maluku dan Maluku Utara telah melakukan beberapa langkah. Salah satunya mengumpulkan bahan berupa data dan keterangan untuk mengetahui secara pasti kematian mamalia laut tersebut.
“Pada 7 Maret 2023, LPSPL Sorong telah mengumpulkan informasi melalui pemberitaan media online. Selanjutnya LPSPL Sorong Satker Ternate berkoordinasi dengan Dinas Perikanan Kabupaten Pulau Taliabu untuk meminta keterangan soal ini,” jelas Melia Widya dari LPSPL Sorong Satker Ternate.
Menurut Widya, pengumpulan data dan informasi tersebut sekaligus memberikan rekomendasi teknis penanganan setiap mamalia laut yang terdampar karena berpotensi membahayakan kesehatan manusia. Selain itu katanya dapat menimbulkan polusi air dan udara.
baca juga : Luka-luka, Paus Sperma Mati Terdampar di Perairan Balantak
“Karena itu kami menawarkan model penanganan dekomposisi alami dengan cara menarik bangkai paus ke area mangrove yang jauh dari pemukiman dan aktivitas masyarakat, selanjutnya ditambatkan dengan cara diikat untuk menghindari bangkai terbawa arus atau gelombang,” jelasnya.
Metode ini dirasa efektif, karena di pulau tidak berpenduduk. Meski begitu katanya, harus melalui persetujuan dengan masyarakat sekitar. Berdasarkan hal itu, selanjutnya LPSPL Sorong Satker Ternate meminta kepada Dinas Perikanan agar menghimbau warganya untuk tidak melakukan pengambilan derivat atau bagian-bagian dari paus tersebut, kecuali untuk tujuan penelitian. Imbauan ini disampaikan karena paus merupakan jenis biota yang dilindungi berdasarkan regulasi nasional.
Mamalia Laut yang Mati, 36 Persen Ada di Malut
Sebelumnya, Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (LPSPL) Sorong menyampaikan bahwa pihaknya telah menangani 25 kejadian keterdamparan di tahun 2022. Keterdamparan tersebut terjadi di wilayah Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, Papua, Papua Barat Daya, Papua Selatan, Papua Pegunungan serta Papua Tengah.
Kepala LPSPL Sorong Santoso Budi Widiarto dalam rilis resmi KKP di Sorong, Senin (23/1/2023) lalu menjelaskan bahwa jenis paus mendominasi kejadian mamalia laut terdampar di wilayah timur Indonesia baik yang masih hidup maupun yang mati.
“Jenis paus mendominasi kejadian mamalia laut terdampar di wilayah timur, jumlahnya hampir 52% yaitu sebanyak 13 kejadian jenis paus terdampar, 10 kejadian jenis dugong terdampar dan 2 kejadian lumba-lumba terdampar,” ungkapnya.
Dari seluruh kejadian mamalia laut terdampar di wilayah timur Indonesia, 50% penanganannya dilakukan secara langsung dengan turun ke lapangan, pendampingan dan pemberian rekomendasi teknis. Sedangkan 50% lainnya keterlibatan tidak langsung yakni melakukan pendataan dan pengumpulan bahan keterangan kejadian.
baca juga : Seekor Paus Terdampar Mati di Pulau Morotai
Wilayah timur Indonesia sangat akrab dengan kejadian mamalia laut terdampar. Hal ini disebabkan perairan laut di wilayah Indonesia terutama Indonesia bagian timur merupakan salah satu jalur migrasi serta habitat penting mamalia laut seperti paus, lumba-lumba dan dugong. Penanganan kejadian keterdamparan mamalia laut adalah strategi KKP dalam menjaga kesehatan laut Indonesia dan menjadi salah satu implementasi kebijakan ekonomi biru untuk menjaga keberlanjutan keanekaragaman hayati laut di Indonesia.
“Berdasarkan data yang dimiliki LPSPL Sorong, hotspot kejadian mamalia terdampar di wilayah timur Indonesia tahun 2022 berlokasi di Provinsi Maluku Utara sebanyak 36%, dan Papua Barat Daya sebanyak 24% dari total kejadian mamalia laut terdampar. Banyaknya mamalia yang ditemukan di wilayah ini dikarenakan perairan di kedua provinsi tersebut adalah jalur migrasi bagi mamalia laut dan terdiri dari pulau-pulau membentang dari Samudera Hindia hingga Samudera Pasifik,” lanjutnya.
Santoso juga menyebutkan mamalia laut terdampar paling banyak ditemui pada kondisi kode 4 dan 5 yakni mengalami pembusukan tingkat lanjut dan penguraian akhir. Banyaknya mamalia laut yang ditemukan dalam kondisi membusuk menunjukkan bahwa mamalia laut dalam kondisi sekarat atau terdampar dan sulit dijangkau manusia sehingga membutuhkan waktu untuk ditangani.
KKP telah menetapkan Rencana Aksi Penanganan Mamalia Laut Terdampar melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 79 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Nasional (RAN) Konservasi Mamalia Laut Periode 2018-2022 serta Pedoman Penanganan Mamalia Laut Terdampar. Dalam kurun waktu 2017 hingga 2022 kejadian mamalia laut terdampar cenderung meningkat setiap tahunnya khususnya untuk jenis mamalia laut paus dan dugong sedangkan untuk jenis lumba-lumba cenderung menurun kejadian keterdamparannya dari 2019 hingga 2022.