- Kepulauan Galapagos memiliki keanekaragaman hayati dan fauna endemik. Salah satunya adalah marine iguana (iguana laut).
- Kendati memiliki perawakan yang “seram” rupanya iguana laut adalah kadal pemakan rumput laut. Mereka mampu menyelam ke dalam air hingga kedalaman 30 meter.
- Perubahan iklim dan aktivitas wisata di beberapa lokasi di Galapagos menjadi penyebab populasi mereka menurun. Peristiwa “El-nino” membuat suhu menghangat sehingga membuat hilangnya ganggang merah dan hijau.
- Uniknya, untuk bertahan hidup ketika terjadi krisis makanan, iguana laut menyusutkan tubuhnya 20 %. Ketika makanan melimpah, mereka bisa kembali kepada kondisi normal lagi.
Masih ingat dengan film Godzilla? Monster fiksi dengan rupa tubuh menyeramkan dan gigi yang ganas. Sosok yang mengusai lautan juga mematikan di daratan.
Rupanya, “Godzilla” versi kecil juga ada dan masih eksis hingga sekarang ini. Ya, ini adalah marine iguanas atau iguana laut (Amblyrhynchus cristatus), reptil endemik dari Kepulauan Galapagos.
Mereka hidup pada sebuah pulau yang berada lebih dari 900 kilometer di lepas pantai Ekuador. Perawakannya seseram monster godzilla dengan kulit berwarna abu-abu kehitaman dan dipersenjatai sisik berbentuk piramida di punggung.
Fakta: Iguana Luat Ternyata Herbivora
Iguana laut adalah satu-satunya spesies kadal yang mencari makan di laut. Melansir dari www.iucnredlist.org, meskipun memiliki ciri khas garang dengan kuku tajam, iguana laut bukanlah seekor karnivora. Makanan mereka adalah alga dan rumput laut. Oleh karena itu, iguana laut harus menyelam ke dasar laut untuk makan. Mereka bahkan bisa berenang hingga kedalaman 30 meter.
Menurut laporan Katherine Harmon Courage (dalam smithsonianmag.com), iguana laut tumbuh lebih dari empat kaki atau 1.2 meter. Ukuran itu ideal menjadikan iguana laut sebagai penyelam ulung. Apalagi ekor mereka mampu berevolusi menjadi datar untuk meningkatkan kemampuan manuver di laut.
baca : Seorang Penyelam Bertemu dengan Makhluk Seperti Godzilla di Dasar Laut
Meski begitu iguana laut bersifat eksotermik. Mereka tidak dapat bertahan terlalu lama di air. Tapi daya adaptasi mereka dengan lingkungannya mampu memfungsikan bagian tubuh seperti kelenjar sebagai penyaring sekaligus mengatur kelebihan garam. Maka, kadal jenis ini perlu berjemur di bawah sinar matahari untuk menaikkan suhu tubuh mereka.
Iguana laut sangat tergantung pada laut. Sebab ketergantungan mereka pada air membuat mereka rentan terhadap perubahan yang disebabkan oleh El Niño-Southern Oscillation (ENSO). Akibatnya, siklus iklim yang terjadi menjadi tidak teratur sehingga mempengaruhi suhu laut.
Emily Osterloff dari Natural History Museum mengatakan, air yang lebih hangat menyebabkan hilangnya ganggang merah dan hijau yang disukai iguana laut. Jumlah ganggang coklat memang meningkat, tetapi kadal tidak dapat dengan mudah mencernanya. Bahkan mungkin beracun bagi mereka.
Pengurangan makanan ini menyebabkan hewan mati kelaparan. Selama peristiwa El Nino, 10-90% iguana laut dapat mati, menyebabkan fluktuasi populasi yang ekstrem pada spesies ini. Saat ini populasinya diprediksi tinggal 210.000 spesies.
“Iguana laut telah mengembangkan kemampuan untuk beradaptasi dan meningkatkan peluang mereka untuk bertahan hidup selama fase hangat. Besar kemungkinan 90% dari populasi mereka bisa binasa,” tulis Emily Osterloff dalam Natural History Museum dikutip Kamis (5/7/2023).
baca juga : 10 Kadal Terunik di Dunia, 2 Jenis Ada di Indonesia
Kondisi saat Ini
Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) telah mendaftarkan iguana laut sebagai satwa “rentan” punah di alam. Ini disebabkan oleh peristiwa El Niño berkala, yang membawa air hangat ke Galapagos.
Iguana ini terancam oleh ledakan populasi manusia yang perlahan menggerus ruang di habitatnya. Di sisi lain, kunjungan wisata yang membludak berdampak pada polusi laut seperti tumpahan minyak dan solar penyebab rusaknya habitat, dan penyakit yang muncul.
“Kehadiran dan intensitas wisata telah terbukti memiliki efek negatif yang signifikan terhadap kelestarian iguana,” tulis Emily.
Untuk mengatasi kekurangan pakan, iguana laut melakukan adaptasi yang unik: tubuh mereka menyusut, tidak hanya pada berat tubuh melainkan juga pada total panjang tubuh.
baca juga : Tidak Hanya Menemukan, Charles Darwin Juga Memakan Satwa Temuannya
Saat mode bertahan hidup, individu iguana laut dapat menyusut sebanyak 20% lebih pendek. Karena tulang rawan dan jaringan ikat hanya 10% dari panjang hewan tersebut. Diyakini pengurangan ukuran merupakan hasil dari iguana yang menyerap kembali materi tulang mereka sendiri.
“Hal ini mungkin disebabkan oleh individu yang lebih kecil mampu mencari makan menggunakan lebih sedikit energi. Betina juga terlihat menyusut lebih banyak daripada jantan, yang mungkin terkait dengan energi ekstra yang dibutuhkan betina untuk memproduksi dan membawa telur,” tulis Emily.
Iguana laut juga menghadapi ancaman predator di darat seperti burung elang dan bangau. Padahal mereka sangat bergantung pada daratan untuk kawin dan berbiak.
Selain ancaman itu, peningkatan pariwisata ke Kepulauan Galapagos juga berdampak pada ekosistem mereka. Pada kenyataannya, di dunia nyata “Godzilla” ini memang kalah oleh manusia. Dan tangan dan kepedulian kita bisa jadi penyambung agar “film” di Galapagos tidak berakhir dengan kepunahan.
baca juga : Bunglon Jambul Hijau, Si Reptil yang Mampu Berubah Warna
Sumber: iucnredlist.org, nhm.ac.uk dan smithsonianmag.com