- WRI merilis laporan pada akhir Agustus 2023 yang menyebutkan dunia telah kehilangan seperempat luas hutannya akibat kebakaran yang terjadi pada kurun 2001 hingga 2022.
- Laporan WRI itu juga menyebutkan hilangnya hutan seluas tiga juta hektare per tahun lebih banyak dibanding tahun 2001.
- Krisis iklim menjadi penyebab utama makin sering dan makin buruknya kebakaran hutan. Gelombang panas ekstrem terjadi lima kali lebih banyak dibanding 150 tahun lalu, yang membuat daratan kering dan berpotensi terbakar
- Laporan itu menyebutkan penyebab kebakaran hutan di daerah tropis kebanyakan karena faktor manusia, sedangkan di wilayah boreal (subtropis) lebih banyak disebabkan karena faktor alam, misalnya petir.
Padang savana Bromo seluas 504 hektare yang dulu hijau itu kini berwarna kelabu untuk sementara waktu. Api yang berasal dari kecerobohan manusia telah menghanguskan salah satu ikon gunung Bromo itu dalam sekejap. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.
Namun satu bulan sebelumnya, di belahan dunia lain, kebakaran di pulau Maui, Hawaii telah menewaskan lebih dari 90 orang. Peristiwa yang diawali dari kebakaran hutan itu menghanguskan separuh pulau dan menjadi salah satu kebakaran terburuk di Amerika Serikat.
Sebuah laporan terbaru yang dirilis akhir bulan Agustus lalu menyebutkan, kebakaran menjadi penyebab hilangnya hutan seluas 3 juta hektare per tahun lebih banyak dibanding tahun 2001. Laporan yang dikeluarkan World Resources Institutes (WRI) ini juga menyebutkan 2021 menjadi tahun terburuk sepanjang abad dalam hal kebakaran hutan. Sebanyak 9,3 juta hektare hutan musnah akibat kebakaran hutan.
Laporan yang mendasarkan pada data yang dikumpulkan para peneliti dari Universitas Maryland itu menyatakan dunia kehilangan seperempat luas hutannya akibat kebakaran. Para peneliti Universitas Maryland menggunakan citra satelit Landsat untuk memetakan luas hutan yang hilang akibat kebakaran mulai 2001 hingga 2022. Gambar yang dihasilkan dari satelit kian hari semakin baik sehingga membantu para peneliti dalam membedakan hilangnya tutupan hutan akibat kebakaran atau sebab lain seperti pertanian atau industri.
Kebakaran hutan memang tidak selalu berakibat buruk. Secara alami, kebakaran hutan bisa mendukung tumbuhnya tanaman baru yang menjadi makanan hewan tertentu. Namun di sisi lain, hilangnya tegakan dapat menyebabkan perubahan dalam jangka panjang. Baik struktur hutan maupun sifat kimia tanahnya.
baca : Kebakaran Hutan dan Lahan Landa Berbagai Daerahpema
Laporan itu menyebutkan penyebab mengapa kebakaran hutan menjadi lebih sering terjadi dan semakin buruk. Krisis iklim menjadi penyebab utama dari makin maraknya kebakaran hutan. Disebutkan, saat ini gelombang panas ekstrem terjadi lima kali lebih banyak dibanding 150 tahun lalu. Akibatnya, cuaca panas membuat daratan menjadi kering yang menciptakan lingkungan sempurna bagi terciptanya kebakaran hutan.
Krisis iklim juga mengubah peta bencana. Kejadian kebakaran meningkat di hutan boreal, hutan yang terletak di wilayah beriklim dingin dan sedang yang kadang diliputi salju. Misalnya, Rusia pada 2021 harus kehilangan 5,4 juta hektare hutannya akibat kebakaran. Angka itu merupakan yang tertinggi sejak 20 tahun terakhir, dan meningkat sekitar 30 persen dibanding tahun sebelumnya.
Laporan itu menyebut, penyebab kebakaran hutan di daerah tropis kebanyakan karena faktor manusia dibanding alam. Ini berbeda dengan penyebab kebakaran hutan di wilayah boreal yang lebih banyak disebabkan karena faktor alam, misalnya karena petir. Alhasil, kawasan tropis harus kehilangan tutupan hutan dengan laju 36 ribu hektare per tahun selama 20 tahun terakhir. Brazil misalnya, pada 2016 harus kehilangan 2,38 juta hektare hutan akibat kebakaran.
baca juga : Studi: Iklim Global yang Menghangat dan Deforestasi Mendorong Risiko Kebakaran Hutan Kalimantan
Lembaga riset ini juga memberi peringatan akan pengaruh El Nino atas meningkatnya kejadian kebakaran hutan tropis. Fenomena El Nino yang muncul pada Juni 2023 diperkirakan akan berlangsung hingga awal 2024. El Nino merupakan siklus iklim alami yang berulang setiap 2 sampai 7 tahun. Fenomena alam ini menyebabkan suhu tinggi dan curah hujan di bawah rata-rata di beberapa wilayah di dunia. Akibatnya, potensi kebakaran hutan pun meningkat. Misalnya pada musim El Nino 2015 hingga 2016, kebakaran hutan meningkat 10 kali lipat di hutan hujan tropis Asia Tenggara dan Amerika Latin.
Sekelompok peneliti lain mencoba menghitung risiko kebakaran hutan dalam skenario pemanasan global 1,5 derajat Celsius dan 2 derajat Celsius. Mereka menggabungkan beberapa faktor dan menerapkan skenario itu berdasarkan wilayah. Hasil penelitian mereka berguna antara lain untuk memitigasi kebakaran hutan dan dampaknya bagi manusia dan lingkungan.
Hasilnya pada skenario pemanasan 2 derajat Celsius, risiko terjadinya kebakaran meningkat dibanding skenario 1,5 derajat, kecuali untuk wilayah Amazon barat. Wilayah kering seperti barat daya Amerika, dataran tinggi Brazil, dan kepulauan Arab berpotensi punya risiko lebih tinggi akan terjadinya kebakaran hutan. Sementara Basin Congo dan sebagian Amazon memiliki risiko kebakaran lebih rendah.
Hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Research Communications, 2023 ini menyebutkan dalam kesimpulannya bahwa kawasan dengan kelembapan atmosfer kurang akan berkorelasi dengan banyaknya kejadian kebakaran.
baca juga : Tawar Menawar Politik Penyebab Kebakaran Hutan dan Lahan, Bagaimana Ceritanya?
Terjadinya kebakaran hutan sendiri merupakan hasil dari pertemuan beberapa faktor. Antara lain kondisi lingkungan, pasokan bahan bakar biomassa, aktivitas manusia, dan fenomena meteorologis. Meningkatnya risiko kebakaran hutan karena faktor-faktor tersebut harus diantisipasi sehingga kemungkinan meningkatnya kejadian kebakaran hutan di masa depan bisa dikurangi agar tidak menimbulkan korban jiwa dan kerugian harta.
Akhirnya, tidak ada penyelesaian paripurna terkait kebakaran hutan. Namun mengurangi laju perubahan iklim setidaknya bisa mengurangi potensi meningkatnya jumlah kejadian kebakaran. Menjaga ketahanan hutan dengan tidak melakukan deforestasi dan penurunan fungsi hutan juga merupakan salah satu cara mencegah terjadinya kebakaran hutan. Membakar lahan atau membuat api di sekitar hutan terutama pada musim kering juga dapat menyulut kebakaran hutan yang meluas. Sehingga tindakan ceroboh semacam itu mestinya dilarang.(***)