- DKP Sulsel bersama YKL Indonesia, pokmaswas Pulau Langkai dan Lanjukang serta sejumlah pihak lainnya melakukan patroli bersama di wilayah buka-tutup sementara sebagai upaya melindungi perairan dari destructive fishing.
- Buka-tutup sementara yang dilakukan nelayan Pulau Langkai dan Lanjukang dinilai sejalan dengan program Penjabat Gubernur Sulsel yang baru terkait ketahanan pangan, sehingga harus didukung penuh.
- Patroli bersama akan berdampak besar bagi semangat masyarakat dan di sisi lain akan memberikan efek jera kepada pelaku destructive fishing.
- Fungsi pokmaswas dalam menjaga dan mengawasi laut sangat penting, sehingga harus diperkuat dan difasilitasi dengan sarana dan prasarana yang memadai.
Pemerintah provinsi Sulawesi Selatan, melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) mendukung kegiatan buka-tutup sementara kawasan tangkap gurita, yang dilaksanakan oleh nelayan di Pulau Langkai dan Pulau Lanjukang, Makassar.
Kegiatan buka-tutup sementara ini dinilai sangat penting guna menjaga keberlanjutan perikanan, khususnya gurita, tidak hanya akan dinikmati sekarang, namun juga untuk anak dan cucu di masa yang akan datang.
Bentuk dukungan ditunjukkan dengan diadakannya patroli bersama yang diikuti oleh sejumlah pihak di perairan Pulau Langkai dan Lanjukang Kota Makassar pada Sabtu (16/9/2023) silam.
Dalam kunjungan ke kedua pulau ini, Muhammad Ilyas, Kepala DKP Sulsel, selain berdiskusi dengan nelayan, juga berkesempatan melakukan pemasangan tapal batas wilayah buka-tutup secara simbolik, serta pelepasan 50 ekor tukik. Ilyas juga berjanji untuk membantu perbaikan infrastruktur, seperti dermaga dan tambatan perahu yang sangat dibutuhkan nelayan.
Patroli bersama ini dilakukan atas inisiasi DKP Sulsel bersama Yayasan Konservasi Laut (YKL) Indonesia. Selain melibatkan kelompok masyarakat pengawas (pokmaswas), turut hadir dalam patroli ini adalah Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulsel, Kepala Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Sulsel, Polair Sulsel, Polsek Kepulauan Sangkarrang Makassar, BPSPL Sulawesi, Dinas Perikanan dan Pertanian Makassar, dan sejumlah pihak lainnya.
“Kalau laut tidak kita jaga, 10 atau 20 tahun mendatang anak cucu kita akan mencari ikan di mana, akan semakin jauh, seperti yang terjadi Barrang Lompo,” ungkap Ilyas.
baca : Buka-Tutup Kawasan Tangkap Gurita di Makassar Sukses. Bagaimana Keberlanjutannya?
Buka-tutup kawasan untuk perikanan kecil gurita ini adalah bagian dari program penguatan ekonomi dan konservasi gurita berbasis masyarakat (Proteksi Gama) yang dilaksanakan oleh YKL Indonesia atas dukungan Critical Ecosystem Partnership Fund (CEPF) dan Burung Indonesia.
Ilyas menilai apa yang dilakukan nelayan Pulau Langkai dan Pulau Lanjukang ini perlu dicontoh oleh nelayan di pulau lain, sehingga meskipun program ini akan segera berakhir, akan dilanjutkan oleh DKP Sulsel.
Buka-tutup sementara ini juga dinilai sejalan dengan program Penjabat Gubernur Sulsel yang baru terkait ketahanan pangan, sehingga harus didukung penuh, tidak hanya di Pulau Langkai dan Lanjukang, namun juga di lokasi-lokasi lain.
“Ini harus diperluas jangkauan di lokasi lain, nanti kami di DKP yang akan lanjutkan,” katanya.
Menurut Erwin, salah satu nelayan Pulau Langkai, kegiatan buka tutup ini telah dilakukan keempat kalinya. Hasilnya selama ini terjadi peningkatan gurita dan perbaikan terumbu karang.
“Hanya saja tantangan kami adalah adanya nelayan dari luar yang datang beraktivitas di lokasi buka-tutup dan seringkali datang di malam hari, sehingga sulit untuk diawasi,” katanya.
Buka-tutup ini sendiri hanya untuk perikanan gurita dan di wilayah terumbu karang. Nelayan lain tetap bisa melintas namun tidak diperkenankan beraktivitas selama tiga bulan, apalagi menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan.
Menanggapi keluhan ini, Ilyas berjanji akan membantu masyarakat dalam melakukan sosialisasi melibatkan masyarakat nelayan di pulau lain sekitar.
“Nanti kita undang lurah dan para pokmaswas berkumpul untuk komunikasikan hal ini, supaya mereka tahu kapan pembatasan dilakukan, kapan boleh menangkap dan alat tangkap apa yang boleh digunakan.”
baca juga : Program Pengelolaan Gurita ternyata juga Lindungi Spesies Terancam Punah di Perairan Makassar
Setelah sosialisasi, lanjutnya, akan dilakukan patroli bersama dan penindakan bagi nelayan-nelayan yang beraktivitas di lokasi yang ditutup sementara tersebut, khususnya di waktu malam.
Muhammad Fauzi Rafiq, Koordinator Pemberdayaan & Advokasi YKL Indonesia, menyatakan pentingnya dilakukan patroli secara rutin di wilayah Pulau Langkai dan Lanjukang mengingat besarnya potensi sumberdaya lautnya namun di sisi lain masih marak aktivitas destructive fishing di sekitar pulau.
“Untuk pokmaswas sendiri setiap bulannya melakukan patroli rutin dengan melakukan pengawasan sekitar pulau. Mereka melihat, mencatat dan melaporkan apa saja yang terjadi di sekitar pulau terutama di wilayah yang dilakukan buka-tutup sementara,” katanya.
Hal ini dilakukan untuk menjaga sumber daya laut serta upaya memaksimalkan hasil dalam program buka-tutup.
“Menurut beberapa nelayan program buka-tutup sementara wilayah tangkap gurita akan maksimal hasilnya hanya jika ada pengawasan yang kuat. Ini akan mengurangi aktivitas destructive fishing yang masih sering terjadi.”
Di samping itu, lanjutnya, patroli bersama akan berdampak besar bagi semangat masyarakat dan di sisi lain akan memberikan efek jera kepada pelaku destructive fishing.
baca juga : Maraknya Illegal dan Destructive Fishing, Pengawasan Laut Butuh Perhatian Serius
Hary Rustam Tawainella, Kepala Bidang Pengawasan DKP Sulsel, menyatakan vitalnya fungsi pokmaswas dalam menjaga dan mengawasi laut, sehingga harus diperkuat dan difasilitasi dengan sarana dan prasarana yang memadai.
“Setiap pokmaswas itu kami bekali dengan sarana dan prasarana, ada seragam dan kamera. Fungsi pengawas itu ada tiga melihat, mendengar dan melaporkan dan tidak bisa melakukan penindakan. Jadi harus dilengkapi dengan alat komunikasi dan dokumentasi.”
Alfons, aparat polisi perairan (Polair) Sulsel, menyatakan pentingnya pokmaswas dilengkapi juga dengan tanda pengenal khusus sehingga memiliki legitimasi yang kuat ketika menjalankan perannya mengawasi.
“Nelayan itu kan bukan dari sini saja yang melaut, mungkin bagusnya tim pengawas diberi id card agar bisa lebih didengar oleh nelayan lain, agar tidak malah jadi konflik ketika dipertanyakan otoritasnya.”
Muhammad Jufri, Kepala Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Sulsel, menyatakan di kedua pulau ini, khususnya Pulau Lanjukang memiliki potensi pariwisata yang perlu dikembangkan, tidak hanya semata gurita. Apalagi di pulau ini terdapat inisiatif konservasi penyu yang dilakukan warga.
“Kita bisa bangun sistem pariwisata ke pulau, sebelum ke pulau wisatawan harus edukasi dulu, mereka harus donasi untuk penyu ini. Begitu turun dari kapal langsung ditawarkan donasi penyu itu, minimal 5 ekor lah,” katanya. (***)