- Ulat sagu menjadi salah satu menu penting dalam masyarakat adat Papua dan banyak tempat menyelenggarakan festival ulat sagu.
- Pada beberapa etnis atau Suku di Papua, ulat-ulat sagu menjadi menu terhormat yang disajikan dalam ritual dan adat.
- Seperti bagi Suku Asmat, ulat sagu merupakan makanan yang memiliki daya spiritual dan dipercaya terdapat banyak sekali roh leluhur.
- Ternyata banyak penelitian tentang ulat sagu yang menyebut bahwa larva hewan ini memiliki kualitas protein yang tinggai dan baik untuk kesehatan manusia.
Bagi banyak orang ketika melihat hewan bernama ulat sagu, ada kemungkinan merasa ketakutan dan dianggap menjijikan. Namun, di beberapa tempat di wilayah timur Indonesia, terutama di Papua, ulat sagu adalah salah satu makanan favorit.
Bahkan, bagi mereka yang terbiasa mengonsumsinya, ulat sagu disebut sebagai makanan yang memiliki cita rasa lezat. Di Papua, ulat sagu bisa dikatakan produk terpenting kedua selain pohon sagu itu sendiri, sehingga banyak dibuat festival mengenai ulat sagu.
Menurut Hari Suroto, Peneliti Pusat Riset Arkeologi Lingkungan BRIN, masyarakat Papua memiliki tradisi memanen ulat sagu dengan cara membiarkan pohon sagu yang telah ditebang di alam, maka dengan begitu mereka bisa mendapatkan ulat sagu. Namun ternyata lebih dari itu, pada beberapa etnis di Papua, ulat-ulat sagu menjadi menu terhormat dalam ritual dan adat.
Misalkan dalam adat di Suku Asmat, di mana setiap pesta akan didahului dengan menebang pohon-pohon sagu, yang kemudian dibiarkan di tempat. Di dalam batang-batang sagu itulah akan terbentuk ulat-ulat sagu yang akan diperlukan sebagai menu terhormat di dalam festival. Ulat sagu dimakan mentah atau dibakar di atas bara api karena ulat-ulat sagu ini menjadi unsur penting dalam beberapa ritual Suku Asmat.
“Nah, bagi orang Asmat, ulat sagu merupakan makanan yang memiliki daya spiritual. Di dalam ulat sagu dipercaya terdapat banyak sekali roh leluhur. Dengan kekuatan raga dan spiritual, ia dipersonifikasikan terletak di antara persinggungan titik persendian yang menjaga agar tubuh tetap bergerak,” ungkap Hari kepada Mongabay.
Baca: Jadi Bagian Budaya, Orang Papua Konsumsi Sagu Sejak 50 Ribu Tahun Lalu
Tidak hanya pada Suku Asmat, ulat sagu juga merupakan hal paling penting yang dilakukan dalam ritual oleh Suku Korowai. Ritual tersebut kini dibuat dalam festival ulat sagu, dengan tujuan menjamin kelangsungan hidup dengan fokus pada kesuburan dan kemakmuran. Perayaan dalam festival ulat sagu ini terkait dengan dunia roh terhadap manusia, agar menjaga budaya dari gangguan dan bahaya.
Sementara di antara Suku Kamoro, sebuah ritual makanan ulat sagu disiapkan bagi upacara inisiasi anak lelaki, terdiri dari jenis kerang-kerangan tertentu atau ulat sagu yang dicampur dengan sagu dan dipanggang dalam kemasan daun sagu berukuran panjang. Kandungan lemak dari hewan-hewan ini meresap ke dalam sagu untuk dijadikan ritual.
Baca: Sagu, Sumber Pangan Nasional yang Belum Dimaksimalkan
Kaya protein
Kebiasaan konsumsi ulat sagu di Papua ternyata memiliki banyak manfaat buat kesehatan. Berbagai penelitian dilakukan untuk membuktikan kandungan kesehatan bagi orang yang mengonsumsi ulat sagu.
Sebagaimana diketahui, ulat sagu merupakan larva berukuran sekitar tiga sampai empat sentimeter yang berasal dari jenis kumbang penggerek dengan nama ilmiah Rhynchophorus ferrugineus. Hewan ini berkembang biak di dalam batang pohon sagu yang tumbang.
Salah satu penelitian tentang ulat sagu dengan menggunakan analisis kimiawi dilakukan di Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Hasilnya menyebutkan bahwa ulat sagu mengandung protein dengan kualitas cukup baik. Dalam keadaan basah ulat sagu mengandung air 67,35%, abu 2,45%, protein 11,47%, dan lemak 18,25%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kondisi basah maupun kering, pada suhu 70 derajat Celcius, kandungan nutrien yang tinggi adalah lemak dan protein.
“Kandungan lemak yang tinggi pada ulat sagu, disebabkan karena lemak akan digunakan sebagai energi cadangan pada saat ulat sagu memasuki fase pupa [kepompong],” ungkap penelitian tersebut.
Baca juga: Ulat Sagu, Kuliner dari Kampung Yoboi
Mengutip dari laman halodoc, ulat sagu memiliki banyak manfaat bagi kesehatan di antaranya adalah baik untuk sistem pencernaan, contohnya untuk mencegah sembelit atau perut kembung.
Selain kaya protein, ternyata ulat sagu juga kaya akan mineral penting yang dianggap baik untuk membantu memperkuat tulang dan gigi, serta dapat melawan infeksi akibat mikroba. Kendati demikian, mengonsumsi ulat sagu sebaiknya dilakukan dengan tidak berlebihan. Sebab, mengonsumsi protein terlalu banyak dapat memicu masalah pencernaan, seperti sembelit, diare, kembung, hingga kram perut.
Selain penelitian tentang kualitas protein pada ulat sagu yang tinggi, berbagai penelitian mengenai pengolahan ulat sagu juga sudah banyak dilakukan. Salah satunya adalah penelitian mengenai pembuatan tepung ulat sagu, yang mengandung antioksidan sekaligus arginin; keduanya berperan memodulasi stres oksidatif termasuk Nitrik oxide [No] yang terlibat pada imunopatologi malaria serebral.